ILUS - BAB 12

3.8K 326 22
                                    

Sam sedang sibuk mengangkat cucian kotor dan berniat membawanya ke binatu saat tiba-tiba Sarah mendekatinya.

“Antarakan kopi untuk Mr. Dexter sebelum kau pergi ke binatu.”

Sam agak terkejut, apa yang terjadi pada Sarah hingga dia meminta bantuan dirinya untuk mengantar kopi.

“Maaf, tapi aku harus segera membawa pakaian ini ke binatu.” Tolak Sam, sebenarnya bagi Sam tidak masalah harus mengantar berapa ribu kali ke kamar Sean sebelum pria itu mengutarakan isi hatinya, tapi setelah kejadian semalam, bertemu pria itu menjadi sangat mengerikan bagi Sam.

“Kau menolak permintaanku?” Tanya Sarah dan Sam menggeleng. “Maaf.” Sam meletakkan keranjang itu ke sudut ruangan.

“Aku akan meminta Merry mengantar itu ke binatu, kau antarkan kopi Mr. Dexter sekaligus rapikan kamarnya.”

“Ok.” Sam menyerah, dia pasrah, jika ini memang harus terjadi padanya, maka sekuat apapun dia mengelak tetap tidak akan berhasil.

Sam mengambil cangkir kopi yang sudah di seduh oleh Sarah dan membawanya ke kamar Sean. Di dalam kamar Sean tampak sedang duduk di sofa dengan kaki terangkat ke meja sementara di pangkuannya menyala laptop dan beberapa tumpukan kertas bertebaran di atas meja.

“Kopi anda Sir.” Sam meletakan kopi itu di atas meja.

“Jangan letakan di situ, aku tidak ingin kopi itu tumpah di tumpukan pekerjaanku.” Kata Sean dingin.

“Maaf, aku akan meletakannya di meja kecil.” Sam mengambil kembali cangkir kopi itu.

“Pegang dulu.” Kata Sean tanpa menatap kea rah Samantha.

“Apa?”

“Pegang cangkir itu sampai aku selesai dengan pekerjaanku.”

Alis Sam berkerut, tapi dia tidak menjawab. Dia hanya berdiri mematung memegangi cangkir itu dan berdiri di sisi Sean mengerjakan tumpukan pekerjaannya.

Satu, dua, lima, sepuluh, limabelas. Limabelas menit sudah Sam berdiri mematung di tempat itu, dan dia mulai kesal dengan tingkah Sean. Dia bahkan tidak menyentuh kopinya sama sekali.

“Berikan kopi itu padaku.” Kata Sean dan Sam menyodorkannya. Sean menyesap kopi yang udah dingin dan mendongak menatap Sam. “Berikan aku kopi baru, itu sudah dingin.” Kata Sean.

“Saya permisi.” Kata Sam, dia keluar dari kamar Sean dengan perasaan kesal. Segera setelah membuatkan kopi yang baru Sam naik lagi ke lantai dua dan menyodorkan cangkir kopi itu. Sean mearih cangkirnya dan karena terburu-buru cangkir itu miring dan isinya berhamburan membasahi kemeja putih yang dikenakan Sean. Dia segera mengibas-ngibaskan bajunya dengan tangannya karena sengatan kopi panas mengenai kulitnya.

“Maaf . . . maaf Sir.” Sam segera meletakkan cangkir itu di meja dan segera membantu Sam membuka kancing bajunya dan melepaskannya. Kulit putih mulus milik Sean memerah, jelas sekali kulitnya terbakar panasnya kopi.

“Aku akan mengambil kotak obat.” Kata Sam cepat dan Sean bangkit dari tempatnya duduk.

“Di dalam lemariku, kotak warna merah.” Kata Sean.

Dalam kepanikan semua bergerak sangat cepat, Sam segera membuka lemari dan mencari kotak warna merah yang dimaksud Sean. Kotak itu berukuran tidak terlalu besar.

“Ini?” Tanya Sam sambil mengangkat kotak berwarna merah yang dia ambil dari dalam lemari. Meski ada beberapa kotak, tapi itu satu-satunya kotak berwarna merah.

“Ya.” Jawab Sean cepat, dia berjalan ke arah ranjang, dan sambil meringis membaringkan dirinya. Sam segera menghampirinya dan duduk di tepi ranjang.

I Love You Sam #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang