Sam mengikuti langkah Granny menuju kamarnya, dan entah apa yang terjadi, sudah ada dua orang wanita muda menunggu kedatangan mereka di kamar besar itu. Juga sebuah gaun dalam mannequin.
Semua sudah tampak di persiapkan, dan Sam bahkan tidak bisa memikirkan bagaimana Granny mempersiapkan semua sementara dia masih dalam proses pemulihan dari sakit yang dideritanya.
“Granny, jangan memaksakan diri.”
“Kalian harus dipaksa, jika tidak kalian tidak akan bergerak kemanapun.”
“Paskan baju itu dengannya, dan semuanya pastikan siap untuk besok pagi.” Kata Granny.
“Baik nyonya.”
“Granny?” Alis Sam bertaut tapi nenek tua itu tampak tidak bergeming, dia duduk di kursi malas sambil menunggu Sam siap dengan gaunnya. Sementara itu Sean yang kebingungan dengan kedatangan neneknya juga akhirnya datang menyusul ke kamar neneknya.
Sean masuk tanpa mengetuk, dan saat dia masuk Sam sudah tampak siap dengan gaunnya. Sean tertegun menatap kecantikan Sam yang semakin terpancar dengan balutan gaun putih vintage itu.
Sean berjalan menghampiri Granny dan saat tangannya menyentuh pundak Granny sementara matanya terpaut pada Sam, Granny meraih tangan cucunya itu lalu meremasnya. Sean mengalihkan pandangannya pada Granny dan entah mengapa Granny mendongak menatapnya haru.
“Bagaimana menurutmu?” Tanya Granny.
“Sempurna.” Jawab Sean singkat, sementara Sam tertunduk malu. Entah apa yang dia rasakan sekarang ini, berbalut gaun pengantin milik Granny dihadapan Sean, itu moment yang mengguncang semua kesadarannya.
“Sekarang giliranmu, cobalah tuxedo untukmu.” Kata Granny dan Sean mengkerutkan alisnya.
“Apa?” Protesnya.
“Tolong bantu cucuku memakai tuxedonya.” Kata Granny dan dua orang itu dengan cekatan membantu Sean untuk mengenakan tuxedonya.
Setelah mereka berdua berpakaian masing-masing dengan gaun dan tuxedo, akhirnya Granny bangkit dari tempatnya duduk.
“St. Patric 9.00 sharp. Don’t be late.” Kata Granny pada Sam dan Sean.
“Gran . . .” Sean menarik tangan neneknya itu. “Are you kidding me?”
“Kau kenal nenekmu Sean, dan sejak dulu aku bukan tipe orang yang suka bercanda.” Kata Granny serius. “Sekarang aku ingin istirahat, kalian semua keluar dari kamarku.”
“Mereka akan keluar, tapi kita akan bicara.” Kata Sean. Dia memang ingi menikahi Samantha, tapi tidak dengan cara dipaksa dan terburu-buru seperti ini. Seperti tidak ada hari lain lagi.
“Tidak, aku tidak ingin mendengar apapun.” Kata Granny.
“Samantha . . .” Katanya memanggil Sam.
“Ya Granny.”
“Kau akan tidur di kamar tamu, dan besok pukul enam akan datang perias juga hair stylist dan penata gaunmu.”
Sam hanya menunduk, sementara Granny segera naik ke atas ranjang dan membungkus dirinya dengan selimut. Semua orang keluar kecuali Sean.
“Granny . . . aku menginginkan pernikahan tapi tidak dengan cara seperti ini.”
“Kumohon Sean, aku ingin istirahat.”
“Gran . . . “ Sean balas memohon. “Aku menyukai gadis itu bukan karena Granny memintanya, dan aku ingin memenangkan hatinya dengan caraku.” Kata Sean kemudian.
“Dan aku mungkin tidak punya banyak waktu menunggumu memenangkan hatinya.” Kata Granny dengan suara tegas dan Sean terdiam seketika.
“Jangan berkata seperti itu di depanku Gran.”

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Sam #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
RomanceJangan Lupa Follow Akun saya ya 🤗 --------------- Telat nikah . . . Masih perawan diusiaku yang ke dua puluh enam tahun, dianggap sebagai kutukan yang harus ku tanggung seumur hidupku. Semua orang mentertawakanku termasuk Arabelle, orang yang sudah...