Sesampai di rumahsakit aku sudah melihat Sarah dan seorang wanita seisuainya, kupikir dia pasti adalah isteri Mr. Mendez. Mereka berdiri di ambang pintu ruang perawatan khusus.
Saat kami sampai seorang dokter tengah berada di dalam ruang perawatan dan tak lama dia keluar, Mr. Dexter segera mengikuti langkah sang dokter untuk mengkonsultasikan kondisi neneknya.
“Granny baru menghubungiku sekitar satu jam yang lalu.” Kataku pada Sarah yang tampak begitu sedih melihat kondisi Granny dengan selang infuse dan oksigen terpasang di tubuhnya.
“Dia sudah masuk rumah sakit sejak tadi siang. Dia tidak ingin kami menghubungi siapapun.” Kata wanita di sebelahku.
“Anda pasti Mrs. Mendez.”
“Ya. Panggil saja aku Gloria.”
Mataku juga berkaca melihat wanita tua paling baik hati itu terbaring lemah tak berdaya.
“Satu jam yang lalu dia masih bisa menghubungimu dan menghubungi dua orang temannya. Setelah itu dia mengeluh lelah dan ingin tidur. Dia belum bangun sampai sekarang, detak jantungnya melemah, itu sebabnya dia dipindahkan keruangan khusus.” Kata Gloria.
“Semoga kondisinya segera membaik.”
“Ku juga berharap begitu.”
Kami menunggu dengan cemas, kami juga menunggu informasi dari Mr. Dexter tentang kondisi Mrs. Dexter yang sesungguhnya. Tapi pria itu cukup lama tak kembali ke ruangan. Entah mengapa aku merasa harus menemukan dia di suatu tempat. Aku berjalan keluar dari lorong itu dan menyusuri beberapa lorong lain untuk menemukan pria itu. Dan langkahku terhenti ketika melihatnya duduk di sebuah tepi taman dengan lampu taman yang temaram sebagai penerangannya. Dia membungkuk dengan wajah tertunduk.
Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sebelahnya.
“Bagaimana kondisi Granny?” Tanyaku dan dia menoleh menatapku dengan mata berkaca.
“Granny koma.” Katanya dan seketika aku merasakan betapa hancurnya dia mendengar berita itu, sedangkan aku yang baru saja mengenal Granny merasakan kehancuran yang teramat sangat.
Aku menarik dirinya dan memberikan pelukan, entah mengapa aku ingin sekali memeluknya seperti aku memeluk anak laki-laki berusia lima tahun yang sedang sedih. Dia merebahkan kepalanya ke pundakku dan mulai terisak. Dia tampak begitu rapuh menghadapi kondisi ini. Aku mengusap-usap punggungnya, beharap dia bisa merasakan empatiku padanya dan dia bisa melewati semua ini dengan baik.
“Aku tidak tahu bagaimana cara melewati hidupku tanpa Granny.” Katanya sembari menatapku dengan mata sayu yang penuh kesedihan. Mata yang biasanya memancarkan pesona itu kini terlihat begitu menyedihkan. Aku menelan ludah, hanya bisa meraih tangannya dan mengenggamnya erat.
“Granny akan baik-baik saja.” Kataku yakin, meski sesungguhnya aku juga tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia sampai kehilangan Granny. Wanita itu bahkan jauh lebih penting dibandingkan ibu kandung baginya.
“Kuharap juga begitu.”
“Kita temui Granny sekarang, mungkin dengan merasakan kehadiranmu kondisinya akan membaik.” Kataku dan kami memutuskan untuk kembali ke ruang perawatan Granny. Dia masuk kedalam ruangan itu dan menemani neneknya sepanjang malam, sementara Sarah dan Gloria pulang setelah dijemput oleh Pablo, sementara aku berjaga di luar sendirian.
Malam semakin larut dan aku baru merasakan bahwa tubuhku mengigil kedinginan mengingat aku hanya mengenakan kemeja putih dan rok span berwarna hitam, seragam kerjaku hari ini.
“Kau kedinginan?” Katanya dan aku terhenyak karena sebelumnya dia berada di dalam ruangan perawatan.
“Em . . . tidak.” Aku bergidik, meski setelah itu aku menyadari bahwa kedua tanganku memeluk tubuhku erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/196027074-288-k700066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Sam #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
RomanceJangan Lupa Follow Akun saya ya 🤗 --------------- Telat nikah . . . Masih perawan diusiaku yang ke dua puluh enam tahun, dianggap sebagai kutukan yang harus ku tanggung seumur hidupku. Semua orang mentertawakanku termasuk Arabelle, orang yang sudah...