Mata Jungkook tak juga lepas dari layar komputernya sejak jam 9 tadi. Dan sekarang jam sudah menunjukkan angka 1 siang. Itu artinya, kurang lebih sudah 4 jam Jungkook masih tetap dalam posisi seperti itu.
Lisa mendengus. Ia tidak tega dan khawatir dengan Jungkook. Sejak tadi pemuda itu tidak mau disuruh makan, atau setidaknya berhenti sebentar. Kopi yang Lisa buatkan juga sama sekali belum disentuh sehingga sekarang pasti sudah dingin. Jungkook bilang, ada sedikit masalah dengan perusahaannya dan dia ingin menyelesaikannya hari ini juga. Yah, Jungkook memang pekerja keras. Dan kalau sudah waktunya serius, dia harus serius. Lisa sendiri takut menegurnya. Tapi, ini tidak bisa dibiarkan. Lisa takut Jungkook bisa sakit.
"Jungkook-ah." Panggil Lisa agak pelan. Ia duduk di sofa depan meja Jungkook. "Jungkook-ah. Ini sudah lewat makan siang."
Jungkook tidak menggubris. Tatapannya tetap pada layar komputernya. Entah memang tidak fokus sehingga tidak mendengar, atau memang sengaja membiarkan Lisa.
"Jungkook-ah."
"Ah? Ya? Kau memanggilku?" Jungkook mendongakkan wajahnya. "Ada apa chagi?"
Lisa menghela napasnya pelan. "Ini sudah jam satu. Sudah lewat jam makan siang."
"Benarkah? Kau sudah makan? Maaf, ya. Kau tak apa kan kalau pergi sendiri? Atau mau kusuruh orang untuk membelikanmu makanan? Atau kau mau pesan sendiri? Aku masih sibuk sekarang. Kau—"
"Jungkook-ah! Jangan mengkhawatirkanku!" Potong Lisa cepat. "Ini sudah jam satu. Dan kau belum makan apapun. Kau makan ya?"
"Tapi pekerjaanku belum selesai. Masih ada beberapa lagi yang harus kuurus."
"Dengan melawatkan jam makan siangmu?" Tanya Lisa. Ia mendesah pelan, kemudian sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat. "Kau itu tidak boleh terlalu larut seperti ini. Aku mengerti kau sangat sibuk. Tapi aku mengkhawatirkan dirimu. Kalau kau tetap memaksa bekerja sementara perutmu lapar, kau tidak bisa konsen nantinya. Bagaimana kalau kau menulis data yang salah? Bagaimana kalau kau salah mengetik? Repot kan. Istirahatlah sebentaarr saja. Ya?"
Jungkook menatap Lisa. Gadis itu tampak terlihat cemas sekali. Ucapannya memang terdengar benar. Jungkook jadi merasa tidak enak. Apalagi sejak beberapa jam yang lalu ia selalu menganggurkan Lisa. Dan bahkan kopi yang sudah dibuatkannya juga tidak diminum. Lisa sudah begitu perhatian padanya, tapi malah disia-siakan. Pokoknya besok Jungkook harus membawa gadis ini berkencan. Harus!
"Ah... baiklah." Jungkook tersenyum kecil. Ia berdiri dari kursinya dan duduk di sebelah Lisa. "Jadi... kita mau makan apa, nyonya Jeon? Apa kau sudah memikirkannya? Kau ingin kita makan di luar... atau memesan saja?"
"Karena waktumu tidak banyak, kurasa kita pesan saja ya? Kau mau makan apa?"
"Aku? Aku... ingin memakanmu." Jungkook memeluk Lisa.
"Yak! A... apa-apaan sih?!" Seru Lisa terkejut dengan wajahnya yang mendadak bersemu.
"Hehe.... boleh tidak?"
Lisa mengernyit. Apa Jungkook mendadak gila setelah matanya menatap komputer selama 4 jam? Apa dia terkena dampak radiasi jadi begini?
"Yak! Kau gila ya?!" Lisa memukul kening Jungkook pelan. Ah, agak kencang. Tapi tidak begitu kencang. Dan tidak begitu pelan juga.
"Aduh!" Jungkook meringis. "Yak! Sakit tahu! Jahat sekali sih! Memangnya aku tidak boleh memelukmu??"
"B... bukan begitu! Tadi kau tiba-tiba saja memelukku dan bilang mau memakanku! Kupikir kau sudah gila karena terus di depan komputer selama 4 jam!"
"Apa?" Jungkook menatap Lisa. "Aku... gila?"
"Eung!"
Jungkook meneliti wajah gadis itu. Wajahnya yang terlihat ketakutan plus cemas itu lucu sekali. Beberapa saat kemudian, tawa Jungkook pecah mengudara. Pemuda itu terus tertawa, sambil memegang keningnya yang masih agak perih. Lisa ini kenapa bisa menggemaskan huh?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING CEO ; liskook ✔️
Fanfiction"Dia musuh bebuyutanku! Mana mungkin aku jatuh cinta pada CEO menyebalkan seperti itu!"