14-

15.6K 1.5K 83
                                    

"Sebentar lagi aku akan menikah."

Lisa menatap undangan yang disodorkan Bambam. Tertera nama Bambam, juga nama pasangannya disana. "K.. kau... sungguhan?"

"Iya. Sebetulnya sudah lama aku dijodohkan waktu mendadak pulang ke Thailand. Ternyata, orang tuaku ingin mengurus ini. Awalnya kami memang saling tidak mengenal, sama-sama tidak punya perasaan cinta. Dan menolak keras karena umur kami yang terbilang sangat muda. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya kami bisa sama-sama saling mencintai."

Lisa diam beberapa saat. Jadi... ia terlambat?

"Maaf ya, aku baru bisa memberitahumu." Bambam tersenyum. "Nanti jangan lupa datang, ya! Aku akan mengadakan acaranya di Seoul, kok. Kebetulan, kakek  calon istriku kelahiran Korea."

"A... ah.. iya. Pasti." Lisa memasang sekelumit senyuman tipis. "Selamat ya."






~~~~






"Ukh.... HUAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!" Lisa menumpahkan seluruh perasaannya. Ya, sejak beberapa menit yang lalu gadis itu belum berhenti menangis. Bagaimana tidak? Hatinya terasa sakit sekali. Seperti ada ribuan pisau yang menusuk hatinya dan mengoyaknya dalam-dalam. Ucapan Bambam kemarin membuat dadanya sesak. Kenyataannya, Bambam memang sama sekali tidak pernah menaruh perasaan pada Lisa. Pemuda itu hanya menganggapnya teman. Tidak lebih. Ya, TEMAN.

Sedangkan di hadapannya, duduk seorang Jeon Jungkook yang menatap Lisa dengan tatapan bingung, aneh, ngeri dan kasihan. Bagaimana tidak terlihat ngeri? Lisa menangis meraung-raung di hadapannya dengan matanya yang lebam seperti habis ditinju. Hidungnya juga memerah dan kini diatas meja kerjanya banyak tisu berserakan. Jungkook bingung harus apa. Ingin mengusirnya dari meja, tapi kasihan. Tapi bagaimana kalau gadis ini terus menangis sampai kembali malam? Jungkook tidak dapat bekerja.

"H.. hei tenanglah.."

"Huuu..... b.. ba...bagai...bagaimana a.. aku bisa te...nang.... kup.. kupikir... ba..ba..bam..bam.. juga menyukaiku... huuu....." Lisa menyedot ingusnya.

Jungkook menatap Lisa. Kan, ia sudah duga akan seperti ini. Tapi awalnya Jungkook hanya mengira kalau Bambam tidak suka saja. Ternyata malah sudah mau menikah.

"J.... jung... kook.... k... ka... kau... mengerti.... p... pera....saan....k.. ku kan? A... ak... aku mengerti.... bagaimana..... pe.... ra... saan.... S... Soyeon.... eonnie... huuuu....." Lisa menenggelamkan kepalanya pada tangannya. Gadis itu benar-benar sakit hati. Bambam itu cinta pertamanya. Dan Lisa tidak pernah sesuka ini pada seseorang.

Jungkook menghela napasnya. Kasihan juga. Ia berdiri, kemudian duduk di sisi Lisa. Tubuh gadis itu bergetar, napasnya tersengal-sengal. Dan entah dorongan apa, tiba-tiba saja Jungkook merengkuh tubuh Lisa ke dalam dekapannya, membiarkan gadis itu menangis di pelukannya. "Ya, aku mengerti. Menangis saja sampai puas." Tangan Jungkook sesekali mengusap pundak Lisa.

Lisa sedikit terkejut sebetulnya, tapi memang ini yang ia butuhkan. Ia butuh tempat untuk mencurahkan segalanya. Jadi, ia membiarkan Jungkook memeluk tubuhnya.

"Tenanglah, di dunia ini banyak pria yang lebih baik dari Bambam. Kau juga pasti akan menemukan seseorang yang lebih pantas untukmu."

Perlahan, tangisan Lisa mereda. Ia mengusap pipinya yang sangat basah. "Eung. Gomawo."

Jungkook melepaskan tangannya, kemudian menatap Lisa. Ia menyingkirkan tangan gadis itu dan mengusap pipinya. "Sudah jangan menangis. Wajahmu jelek sekali seperti anak babi."

"Yak! Apa katamu?!"

"Hehe... tidak, aku bercanda." Jungkook terkekeh.

Lisa mempoutkan bibirnya. "Dasar jahat."

ANNOYING CEO ; liskook ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang