Chapter 4

367 43 0
                                    

mulai hari ini, FITB update secara teratur yaaa, enaknya tiap hari apa nih?


happy reading!~

-----

MENJADI bulan-bulanan banyak orang memang bukan hal baru bagi seorang Faran, meski tidak pernah sekalipun dia merasa tidak terbebani atas perlakuan itu. Dia berpikir semalam suntuk, mengabaikan tugas sekolah, mengabaikan suara tamu-tamu ayahnya yang seakan tidak pernah pulang dari rumahnya.

Sebenarnya dia berniat untuk tidak masuk sekolah beberapa hari, namun sepertinya itu akan menambah banyak masalah lain untuknya kelak, bahwa pertama dia pasti ketinggalan pelajaran, dan kedua dia tidak memiliki alasan untuk tidak pergi ke sekolah. Sampai saat ini, ibunya belum tahu apa yang baru saja menimpa putranya di sekolah, dan itu lebih baik daripada melihat ekspresi ibunya saat dia memperlihatkan video celana melorotnya di kantin sekolah. Dia bahkan tidak bisa membayangkan hal itu.

Dia sudah terlalu tua untuk dibercandai seperti itu jika semuanya hanya sebuah candaan. Dan, orang dewasa macam apa yang bisa dengan tidak sengaja membuat hal seperti itu terjadi?

Pagi itu dia sedang sendirian di kelasnya (menurutnya lebih baik datang lebih awal daripada datang terlambat dan membiarkan wajahnya dipandangi terus), memikirkan wajah cewek yang diketahuinya bernama Runa, bagaimana dengan ekspresi naifnya yang menjengkelkan berkata bahwa dia bisa menyelesaikan semuanya.

Malam tadi dia sudah melihat video itu, yang diunggah oleh seseorang yang tidak dikenalnya. Dan dia merasa ingin mati saat itu juga, dan sekarang wajahnya merah padam, seolah seseorang baru saja menarik tali yang terlilit di lehernya.

Tapi setelah berpikir terus-menerus, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke sekolah. Menghindari hinaan yang lebih banyak lagi selain pada kolom komentar di video tersebut. Meski banyak orang yang terus saja berkomentar 'Siapa cowok itu' setelah seseorang menyebutkan namanya sebelumnya, tetapi banyak juga yang mengejeknya meskipun tidak tahu siapa dirinya.

Faran menyatukan kedua tangannya di atas meja, saling berjalin lalu meremasnya. Dia terpejam lagi, kerutan di dahinya semakin dalam sejak kemarin.

Kemudian seseorang datang.

"Eh," kata orang itu sambil menunjuknya. Faran mengangkat wajahnya sedikit, melihat reaksi lelaki yang baru saja memasuki kelas itu mengetahui bahwa dia tetap masuk sekolah meski baru saja dipermalukan seluruh sekolah.

"Abu-abu! Hahaha." Lelaki itu berjalan sambil melempar tasnya ke bangku. Lalu menghampiri Faran dan menepuk pundaknya sebelum keluar lagi dari kelas.

Faran mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Dia menahan hasratnya untuk kabur dari kelas ini, sebelumnya dia harus melihat reaksi orang-orang di sekitarnya terlebih dahulu.

Lalu begitu seterusnya sampai hampir setengah penghuni kelas ini berdatangan, kebanyakan dari mereka hanya melempar tas dan keluar lagi, namun beberapa ada yang tinggal di kelas sambil mengatainya ataupun berbisik membicarakan dirinya sambil tertawa.

Faran mengakui bahwa dirinya memang seorang lelaki, tetapi entah kenapa diperlakukan seperti ini, dia merasa bahwa kalau dia akan lebih tenang jika menangis saat itu juga. Sampai pukul enam lima puluh, barulah salah satu anggota Tiga Besar muncul di hadapannya.

"Faran!" panggilnya setelah sebelumnya terkejut melihat Faran ada di kelas. Dengan langkah lebar-lebar, Kharis menghampirinya dan duduk di bangku kosong tepat di samping Faran.

"Apa? Lo kira gue gak bakal masuk?" katanya datar. Kharis buru-buru mengangguk. Lalu pandangannya tertumbuk pada beberapa cewek dan cowok teman sekelasnya mencuri pandang ke arah Faran dan menertawainya.

Fill in The BlankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang