Chapter 5

326 43 0
                                        


dua kali nih, mohon vote dan komentarnya yaaaa!

happy reading!~

-----

TIDAK ada yang spesial di hari Sabtu ini selain kenyataan bahwa hari ini diadakan acara amal tahunan HBHS di gymnasium sekolah. Sudah beberapa hari yang lalu, omongan usil yang menganggu telinga dan hati Faran tidak mereda sedikit pun, bahkan kabarnya video itu sudah menyebar luas menjadi lelucon di sekolah lain dan yang terburuk adalah, video itu menyebar di sekolah lamanya.

Meski video yang diunggah itu menampilkan bagian belakang dirinya, semua orang yang mengenalnya tetap bakal tahu kalau itu adalah dirinya karena maraknya yang mengatakan bahwa lelaki di video itu bernama Faran.

Tapi mulai malam ini dia akan berhenti memikirkan hal itu. Semuanya akan tampak baik-baik saja selama kedua orangtuanya tidak mengetahui apa-apa. Kalau sampai dia ketahuan, mungkin tidak hanya akan sisi di dalam dirinya saja yang terluka.

Lelaki itu memakai pakaian formal, kemeja lengan pendek dan celana jin, tidak lupa jaket hitam tebal favoritnya. Selama perjalanan menuju sekolah, di dalam bus dirinya memikirkan lagi perkataan ayahnya dulu.

Bahwa dia dilarang mendekati Tiga Besar (julukan yang dia buat sendiri).

Sehari sebelum kegiatan belajar mengajar HBHS dilaksanakan, ayahnya memanggil Faran ke ruang kerja miliknya. Lelaki yang berprofesi sebagai profesor itu mengeluarkan tiga lembar foto ke hadapannya.

"Berhubung baru kemarin Ayah tau di mana sekolah baru kamu," katanya waktu itu. Ayahnya memang tidak pernah tau hal-hal sepele seperti di mana dia bersekolah atau dia sudah makan atau belum, bagaimana kesehariannya di sekolah atau hal-hal semacam itu.

Selama tujuh belas tahun kehidupannya sebagai seorang anak dari profesor, dirinya hanya tahu ada empat hal yang membuat ayahnya terkejut, 1) Ketika dia baru ditemukan setelah menghilang secara misterius di taman bermain saat umur empat tahun. 2) Ketika dirinya hampir membunuh teman sekolah dasarnya karena memainkan suatu hal berbahaya yang dicurinya dari kantor ayah. 3) Ketika mengetahui alasan dirinya dipaksa pindah sekolah oleh sekolah lamanya dan yang terakhir, 4) Ketika ayahnya mengetahui sekolah barunya.

Dan situasi itu adalah keadaan yang benar-benar tidak ingin lagi dia ada di dalamnya, alasan mengapa ayahnya tidak boleh sampai tahu apa yang sudah terjadi padanya hari itu.

"Liat wajahnya baik-baik," kata sang Ayah, menatap lekat putranya dari balik kacamata beningnya. Faran memperhatikan satu-persatu foto itu. Kemudian ayahnya mulai menunjukinya satu-persatu.

"Yang ini namanya Remiel," ujarnya sambil menunjuk seorang cowok tinggi berambut gelap yang memakai kaus polo hitam.

"Ini Runa." Saat mengingat hal itu, Faran menyadari bahwa yang ditunjukan ayahnya adalah sebuah foto lama. Runa di foto itu tampak terlihat jelek, dengan rambut sebahunya dan senyum konyol. Ketika ayahnya menunjukan foto Kharis, dirinya makin terkejut karena Kharislah yang terlihat benar-benar tidak cantik: rambut gelombangnya begitu mengembang dan makeup asal-asalannya membuat dirinya tampak seperti wanita penghibur.

Namun sekarang Faran harus menarik lagi kata-katanya dulu, karena Runa dan Kharis tidak semengerikan fotonya. Sementara Remiel tidak begitu memperlihatkan perubahan yang signifikan.

"Siapa mereka?" tanyanya waktu itu.

"Pokoknya kamu turutin aja perintah Ayah. Jauhin mereka bertiga, ngerti Faran?"

Dia memandang ayahnya dengan penuh rasa penasaran yang dalam. Selama ini, dirinya memang tidak dekat dengan sang Ayah. Ayahnya selalu lebih banyak mengluangkan waktu untuk penelitian, dan lebih menyukai ketika para tamunya yang berjas datang ke rumah dibanding ketika Faran menghampirinya untuk meminta bantuan soal PR.

Fill in The BlankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang