Chapter 10

207 22 0
                                    

Haiii maaf seminggu kemarin nggak update aku sibuk dan wifi bermasalah mulu hehe

hari ini aku update banyak, happy reading!


-----

Chapter 10


MEREKA berdua terbahak-bahak melihat seorang gadis mungil bermuka galak itu membawa-bawa bola basket. Teman-teman perempuannya sibuk mengelilingnya, tetapi mereka tidak akan pernah mampu melawan seorang Abel.

Sedikit saja gerakan tangan yang mengancam keberadaan bola yang dikuasainya, dia akan buru-buru menghindar, gesit, lincah, dan tentunya sambil memelototi teman-temannya agar tidak jadi merebut bola itu.

"HAHAHA!" suara tawa Remiel sangat keras, dia terbahak sambil memukuli Kharis yang duduk di sebelahnya.

"Liat tuh, liat!" tunjuk Kharis ke tengah lapang basket outdoor, sikapnya tidak menunjukan bahwa dirinya terganggu karena dipukuli, "dia cuma melotot aja mereka semua gak jadi ngambil bolanya!"

Beberapa cewek di lapang itu tidak ikut mengelilingi Abel, dan malah sibuk mengangkat kedua tangan sambil berteriak agar Abel mengoper bola itu kepadanya. 

Lalu seorang cewek lain yang diduga dari tim lawan mulai berteriak kesal, memarahi Abel. Tentunya itu tidak mempan bagi gadis kecil itu.

Saat itu masih jam pelajaran pertama, namun kebetulan guru kedua kelas mereka belum hadir. Juga karena masih banyak murid yang berlalu lalang, mereka berdua memutuskan menonton jam olahraga kelas sepuluh.

Tadinya Remiel hanya berniat melihat-lihat kumpulan cewek imut yang berkeringat, namun hal itu dipatahkan Kharis ketika mendadak gadis itu melemparkan diri ke arahnya lalu duduk dan mengatakan bahwa kelas Abel-lah yang memiliki jam olahraga Senin pagi.

Guru olahraga murid kelas sepuluh membunyikan peluitnya, namun tidak ada satupun dari anak perempuan yang mendengarnya. Justru murid lelaki lah yang menghentikan permainan mereka dan melihati gurunya.

"Itu yang megang bola!" teriak sang Guru. "Dribble!"

Dan ucapannya hanya seperti angin sepoi bulan Agustus yang berhembus di dasar laut. Tidak ada. Justru saat ini, anak-anak perempuan yang mulai muak dengan Abel, merebut bola itu secara paksa (tanpa melihat mata Abel tentunya) lalu melarikan diri ke ring-nya sendiri.

Kharis dan Remiel semakin mengeraskan suara tawanya, hingga beberapa murid di sekitar sana mulai ikut melihati ke arah lapang. Sejak dulu, permainan olahraga manapun yang dimainkan oleh para cewek (yang bukan bidangnya) memang akan berakhir seperti ini, penuh kericuhan.

Malahan, Kharis sendiri mengakui bahwa dirinya adalah tipe cewek yang ikut mengerubungi bola saat permainan sepak bola. Namun karena dirinya sudah sadar, dia lebih banyak menyingkir ke pinggir lapang jika dipaksa ikut ke dalam permainan.

Sebenarnya Kharis masih ingin menonton Abel yang saat ini sudah bisa dikendalikan sang Guru dan sedang dimarahi di tengah lapangan, namun Remiel sudah berhenti tertawa dan mulai bertanya padanya.

"Eh iya, kemaren gimana ke toko bunga? Ada petunjuk?"

Kharis yang mendengar pertanyaan itu langsung merengut tidak suka. Dia menggeleng keras-keras sambil membuat gestur tubuh yang tidak ingin lagi membahas hal itu. 

Saat Davis membagi-bagi kelompok untuk menemukan ketiga anak Ersi, dirinya tiba-tiba kehilangan semangat (yang sebetulnya sedikit itu) karena dia harus sekelompok dengan Abel.

"Lo sendiri?" Pertanyaan itu meluncur dengan sendirinya, padahal dia kan tidak ingin membahasnya.

Remiel menarik napas panjang. "Gue belom ngelakuin apa-apa malah," katanya sambil menyangga tubuh dengan dua tangan yang di kebelakangkan.

Fill in The BlankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang