FARAN merasakan sudut bibirnya tidak berhenti tertarik ke kedua sisinya. Dia sendiri bertanya-tanya, apakah karena baru saja Runa memeluknya sambil meneriakan semangat di telinganya atau karena dia baru saja berhasil menyabet juara pertama?
Dia memang sering balapan liar di sekolahnya yang lama, entah itu motor atau sepeda. Dia sangat suka berkompetisi dengan cara balapan seperti ini.
"Ya, sekarang kita udah dapet pemenangnya. Nama kalian siapa?" tanya si wanita sambil menghampiri Faran yang masih terengah-engah dan Runa.
Mereka berdua menyebutkan namanya, lalu si wanita berpindah kepada juara-juara yang lainnya.
Setelah itu mereka semua diberi kaus couple berwana putih nuansa pink, seperti pada setiap hiasan yang dipakai pada acara ini.
"Sekarang silakan kalian semua ke photoboot dulu ya, kita foto buat kenang-kenangan."
Setiap juara termasuk peserta digiring ke tempat itu, pertama-tama mereka diharuskan berfoto berdua dulu. Seorang pria sudah bersiap di sana sambil memegang kamera polaroid.
"Sekarang kenang-kenangan buat kalian dulu," katanya memosisikan Faran dan Runa sebagai juara satu untuk difoto.
Mau tidak mau, Runa tersenyum memamerkan kausnya kepada kamera karena melihat Faran yang begitu bersemangat.
"Eh bentar-bentar," kata si fotografer, "tangan kalian coba ngebentuk hati gitu," katanya sambil membuat bentuk hati dengan kedua tangannya yang dilengkungkan dan ditempelkan satu sama lain.
Faran dan Runa meragu sejenak. Mereka saling pandang dengan bingung, lalu ketika Faran mulai mengangkat sebelah tangannya yang melengkung, si wanita yang memegang pengeras suara berbicara.
"Waa! Kayaknya pasangan yang ini malu-malu ya? Gak usah malu dong, kalian kan pacaran!"
"Kita nggak pacaran," kata Runa tiba-tiba. Membiarkan tangan Faran menggantung sendirian, tidak terbalas.
Hening mendadak di antara semua penonton, peserta, apalagi semua kru di sana.
Si wanita terkekeh canggung. "Aduh kok bisa?" katanya tidak semangat. Dia melirik seorang kru yang tadi mengantar Runa dan Faran ke arena.
"Udah ditanyain kan mereka pasangan apa bukan?" kata si wanita tanpa pengeras suara. Namun kata-kata itu bisa didengar Faran dan Runa dengan jelas.
Faran memandangi orang yang begitu cemas saat menjemput mereka sekarang kembali dipenuhi sorot mata aku-bersalah. Dia mengusap tengkuk dan terlihat sangat menyedihkan saat ini.
"Kita pacaran kok!" sela Faran cepat. Dia tersenyum lebar meski jantungnya sekarang sudah memukul-mukul dadanya begitu keras.
"Dia lagi ngambek tadi," timpalnya sambil melirik Runa yang balas meliriknya dengan mengerutkan hidung. Lagi. Membuat Faran gemas melihatnya.
Faran berbisik cepat di telinga Runa. "Sekarangkitapacaran." Lalu menjauh lagi untuk berkata dengan normal, lebih kepada gadis itu. "Kamu jangan marah lagi dong, udah ini mau makan kan?"
Runa tidak menjawab. Dia mengerutkan alisnya lalu menyebarkan pandangannya kepada orang-orang di sekitarnya yang menunggu. Sebelum terlalu lama menjawab, Faran merangkulnya.
Gadis itu kembali menatap sepasang manik hitam milik Faran. Tatapan yang sama yang diberikan Ender saat masih di mobil tadi, kemudian dengan sekejap dia memutuskan untuk mengikuti permainannya.
"Aku pengen makan di rumah kamu tapinya," kata Runa sedikit melembutkan suaranya.
Dia sedikit berharap bisa lebih terdengar manja seperti Kharis, namun itu bukan bakatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fill in The Blank
Novela Juvenilcompleted✓ Faran sudah menduga ada yang tidak beres dari hubungan kelima orang yang ada di sekolah barunya. Runa, Remiel, Kharis, Ender, dan Abel menyimpan suatu rahasia. Ketika dia mendapat kesempatan untuk dekat dengan Runa, dia mencoba memanfaatk...