RAVARGA Caldis atau yang biasa disebut RC oleh Ender dan yang lainnya baru saja menuruni tangga kayu di kediaman yang dia sediakan untuk anak-anaknya. Sesaat sebelum itu, Ender dan Kharis baru saja sampai di rumah itu dan terkejut mendapati Zean dan Lyn duduk manis di ruang tamu dan mengisyaratkan bahwa Ersi ada di lantai atas, di lantai tiga yang tidak pernah terjamah sedikipun oleh mereka semua. Lagipula isinya hanya sebuah pintu jati berukir yang dikunci ganda.
Melihat kedatangan kedua anaknya yang lain, Ersi menatap mereka penuh intimidasi dengan berhenti bergerak tiba-tiba, mata yang menyipit serta kedua tangan yang ditautkan di belakang tubuh.
Ender dan Kharis langsung membeku, mereka semua memang tidak ada yang berani bertingkah sedikitpun jika Ersi sudah datang berkunjung: hanya Remiel dan Davis yang berani melakukannya.
Dengan gerakan lambat, Ender dan Kharis mengangguk singkat pada Ersi dan mengikuti kedua kakaknya yang lain untuk duduk di sofa ruang tamu.
Ersi berdiri di depan mereka semua, tanpa bersuara sedikitpun. Hari ini pria itu tampak rapi dengan stelan jas hitam dan dasi biru gelap, dan rambut hitamnya yang tersisir rapi ke belakang.
Seingat Ender, Remiel tidak pernah mengatakan bahwa Ersi tidak pernah datang pada hari rabu, untuk itulah Ender memaksakan hari ini untuk ke rumah mereka setelah mendapat informasi penting dari salah satu ajudannya yang ditugaskan untuk memberi informasi dari penyadap di rumah Faran.
"Kenapa kalian berdua di sini?" tanya Ersi, pertama kalinya dalam hidup Ender mendengar ayahnya bertanya. Tidak tahu kalau Kharis, Lyn dan Zean, mereka bertiga telah lebih dulu dibawa ke rumah ini.
Dan perasaan yang tiba-tiba menyergap hatinya, yang tidak dia kenali ini berhasil menerobos dinding pertahanannya begitu saja. Dia merasa ingin menangis, air mata menyeruak di kedua matanya. Ender menjaga bulir beningnya agar tidak jatuh dengan bertahan untuk tidak mengedip.
"Kami ...," kata Kharis gugup. Ender tahu gadis itu tidak bisa diandalkan apalagi keadaan gugup seperti ini. Tapi dirinya juga sedang tidak ingin berbicara, dia takut kalau mulutnya mengeluarkan suara, justru airmatanya ikut meluruh. Saat ini, dia sedang memfokuskan diri membayangkan bahwa ada Pupu di dekatnya.
"Ada yang ketinggalan waktu hari Minggu, Yah." Lyn mengeluarkan suara. Menyelamatkan mereka berdua. Memang, selain akhir tahun, semua anaknya dibolehkan berkumpul pada hari Sabtu dan Minggu saja, selebihnya mereka tetap harus tinggal di rumah ibu masing-masing.
Pengecualian untuk Lyn, Zean dan Davis karena mereka sudah dewasa. Kadang mereka juga tidak paham untuk apa Ersi menerapkan aturan itu.
Dan ya, Ersi mengizinkan mereka semua memanggilnya ayah. Hanya saja, kebanyakan dari mereka tidak mampu dan tidak berani berbicara langsung dengan pria misterius yang sangat menakutkan luar dalam itu.
Jadi bagi siapapun yang berani, mereka telah menerima penghormatan terbesar: memanggil ayah kandung mereka dengan sebutan ayah. Sejauh ini, masih Remiel dan Davis yang berani sering melakukannya. Lyn sudah pernah dua kali dengan yang satu ini, Runa juga pernah satu kali. Sisanya tidak pernah sama sekali.
Ersi menyipitkan matanya, menatap tajam ke arah Ender seolah tahu anak lelaki itu tengah menahan agar tidak mengedip dan menjatuhkan airmatanya.
"Ender," panggil pria itu.
Dan hancurlah sudah pertahanan remaja lelaki itu: airmatanya jatuh dengan lembut.
***
Runa tengah memperhatikan Remiel menuang bumbu mi instant ke dalam piring tanpa berkedip. Entah kenapa dirinya sangat suka melihat laki-laki memasak, makanya dia juga suka membantu Zean menyiapkan makanan ketika berada di rumah Ersi entah itu dibuat oleh tangan lelaki itu sendiri atau oleh mesin-mesin aneh yang dia ciptakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fill in The Blank
Novela Juvenilcompleted✓ Faran sudah menduga ada yang tidak beres dari hubungan kelima orang yang ada di sekolah barunya. Runa, Remiel, Kharis, Ender, dan Abel menyimpan suatu rahasia. Ketika dia mendapat kesempatan untuk dekat dengan Runa, dia mencoba memanfaatk...