Chapter 20

165 16 0
                                    


RUNA merasakan dirinya tengah berselingkuh.

Sekarang jam lima sore di Skadegladje bersama Remiel yang fokus dengan game arcade-nya. Mestinya dia tidak usah merasa begitu, menemani cowok main game dan sibuk berbalas pesan dengan cowok lain kan bukan berarti dia berselingkuh.

Ditambah lagi, Runa tidak tahu siapa yang sedang dia selingkuhi. Hanya saja seperti itulah yang dia rasakan sekarang.

Ketika dia merasakan ponselnya bergetar lagi, buru-buru dia membuka pesan dari Faran. Sampai hari ini pun, Faran masih bersikap dingin kepadanya. Lelaki itu tidak mau tersenyum atau pun melirik Runa, namun tetap makan satu meja bersamanya dan membalas apa pun yang Runa tanyakan.

Bukan. Bukan karena Runa sudah berubah menjadi cewek hangat yang cerewet. Semua itu dia lakukan di bawah tekanan dari Ender, tentu saja. Beberapa kali Kharis harus menarik Runa menjauh untuk bertanya apa dia sakit, namun kalau bukan Remiel, Faran pasti ada di dekatnya.

Bagaimanapun juga, dia harus tetap menjaga hubungannya tetap baik dengan Faran demi kelancaran tugasnya. Lebih cepat lebih baik, kata Ender tadi. Jadi tanpa banyak pikir lagi, Runa mengajak Faran jalan. Yang mana pasti dianggap kencan kedua oleh lelaki itu.

Dan sialnya lagi, Remiel juga memaksa dirinya untuk ikut ke Skadegladje tempat permainan arcade yang sering dikunjunginya. Semua itu juga diakibatkan oleh kata-kata 'Lebih cepat lebih baik'-nya Ender.

Atau mungkin Runa yang salah memilih waktu.

Runa baru saja memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku rok abunya ketika Remiel berhasil memenangkan permainan kesekiannya.

"Wuu huu!" serunya senang, dia baru saja mengadakan battle dengan salah seorang temannya yang sekarang bertingkah frustrasi.

Selagi teman yang kalah itu melakukan hukumannya, Remiel mendekat kepada Runa, tidak berniat menerapkan prinsip Skadegladje: perasaan senang seseorang karena ada seseorang yang merasa tidak bahagia.

Bukannya dia tidak bahagia, Remiel merasa begitu hanya saja sekarang dirinya tidak fokus pada bahagia yang satu itu, melainkan kebahagiaannya yang lain.

Wajah lelaki itu tampak berseri-seri, sementara Runa memasang senyum lebar yang sangat-tidak-Runa. Entah kenapa dia sekarang mulai terbiasa menampilkan fake-face-nya kepada orang lain.

"Laper ga, Yang?"

Runa merasakan dia akan segera memuntahkan sesuatu yang entah apa. "Sialan, lo bilang apa barusan?"

Wajah Runa merah padam secara mendadak. Kedua tangannya mengepal gemas ingin meninju Remiel yang sekarang terkekeh pelan.

Awalnya dia merasa simpati karena Remiel dengan sedihnya harus merasakan perasaan yang terlarang kepadanya, namun sekarang melihat tingkahnya ini, Runa memutuskan bahwa Remiel benar-benar menjijikan.

"Kan udah boleh sekarang," kata Remiel menggoda.

Sungguh, deh. Runa tidak habis pikir apa yang sedang dia lakukan, atau apa yang sedang Remiel lakukan. Dia menyayangi Remiel sebagai kakaknya, dia terbiasa dengan seluruh tingkah Remiel yang bagaimanapun atau seaneh apa pun itu.

Tetapi melihat sorot mata jahilnya yang sudah sering dilihatnya sekarang berubah, Runa sampai-sampai tidak hanya ingin meninju Remiel, namun membuat dirinya sendiri babak belur.

"Lucu, Rem," katanya benar-benar marah sekarang. Namun Remiel tidak ambil pusing, dia juga sudah terbiasa dengan seluruh sifat dan sikap Runa. "Kan gue udah bilang, kita gak pacaran."

Fill in The BlankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang