selasa jumat apanya haha aku malah update sesukanya XD oke maapkeun. ini update dua chapter yah...
happy reading!
----
KETEBALANNYA mungkin sekitar delapan senti kalau Runa mau repot-repot mengukurnya dengan penggaris. Dia sedang berada di dalam ruang kesehatan sekolah, berusaha meraih gelas teh hangat yang berada di nakas samping ranjang dengan susah payah.
Kalau saja bukan karena jaket-super-tebal yang Remiel pakaikan padanya, sudah pasti dirinya sekarang sedang meneguk teh itu sebelum benar-benar menjadi dingin.
Bukan hanya karena jaket itu, melainkan seluruh tubuh Runa memang sangat letih untuk digerakkan. Ketika ujung jari tengahnya sudah menyentuh gelas, seseorang membuka pintu dan mengintip dulu dengan kepala yang menjulur sebelum benar-benar masuk.
Runa berhenti meraih gelas, namun tangannya tetap terjulur. Sosok lelaki yang baru memasuki ruangan itu mengusap tengkuknya sampai ke atas kepala, kembali memperhatikan sekitar: hanya ada lima ranjang yang tiga di antaranya berisi (karena tirai penghalangnya tertutup).
"Ngapain lo di sini?" tanya Runa (dia tidak sinis, sungguh).
Lelaki itu beralih menatap salah satu ranjang yang tirainya tidak begitu tertutup, dan mendapati Runa terbaring di sana: seperti memakai pelampung besar putih dengan tangan terjulur ke arah gelas.
Faran tersenyum. Setelah dua langkah untuk menuju ranjang Runa, senyumnya luntur.
Dia sedang apa di sini?
Dia menatap Runa yang menunggu. Lalu dirinya mulai memberanikan diri lagi untuk mendekat, dan mengambilkan gelas yang dia terka sedang ingin gadis itu ambil. Faran menyeret kursi yang ada di sana lebih dekat ke ranjang sebelum akhirnya memberikan gelas itu pada Runa.
"Kebetulan aja lewat," kata Faran sambil sebelah tangannya yang kosong mengepal, terlalu gemas ingin membantu Runa bangun dari tidurnya.
Gadis itu terlihat seperti orang obesitas daripada flu. Runa mengambil gelas itu setelah berhasil bangun seorang diri. Menyesap aroma pekat teh manis kesukaannya.
"Emang gak ada guru?" tanya Runa sambil melirik jam (beberapa belas menit lagi bel pulang berbunyi) mengenyampingkan pertanyaan kenapa laki-laki ini menuju ranjangnya dan berasumsi bahwa Faran menuju kepadanya hanya karena melihat ia ingin minum.
Faran mengangguk, kemudian Runa kembali bertanya. "Trus kenapa Kharis gak ke sini? Dia di mana sekarang?"
"Gue gak liat," katanya. "Kok lo sakitnya tambah parah sih?" tanyanya setelah jeda beberapa detik.
Semenjak hari di mana Runa kehujanan itu, dirinya langsung terserang flu. Sebenarnya dia sudah sempat membaik kemarin-kemarin, namun entah kenapa hari ini (ketika dia memaksakan masuk karena ada praktik biologi dan tidak ingin susulan sendiri) demamnya kembali naik.
Remiel tadi sempat marah kepadanya ketika dia kembali ke ruang kesehatan karena terus saja memaksa masuk sekolah, sambil memakaikan lagi jaket-super-tebal yang pernah Runa pakai sebelumnya.
"Gue kalau keujanan biasanya gini, kambuh-kambuhan sakitnya," kata Runa sambil menggenggam gelas dengan erat, membuat reaksi eksoterm dari gelas itu berpindah ke tangannya.
"Yauda," kata Runa.
Faran yang sedang melihat ke bawah itu langsung mendongak kepadanya. "Apanya?"
"Lo," balas Runa sambil meneguk lagi tehnya. "Udahan di sininya, makasih udah bantu gue minum."
Faran merasa jengkel seketika itu juga. Dia masih ingin berada di sana, dia masih ingin membicarakan sesuatu yang dia juga tidak tahu apa, terlebih dia masih ingin melihat Runa. Tapi ekspresi Runa yang masih tidak bersahabat sudah cukup membuatnya mengalah dan pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fill in The Blank
Teen Fictioncompleted✓ Faran sudah menduga ada yang tidak beres dari hubungan kelima orang yang ada di sekolah barunya. Runa, Remiel, Kharis, Ender, dan Abel menyimpan suatu rahasia. Ketika dia mendapat kesempatan untuk dekat dengan Runa, dia mencoba memanfaatk...