7: with him

252 50 0
                                    

DUAARRR

Aku tersentak dan terbangun begitu mendengar suara petir yang meraung. Bahkan, lantai tempat dimana aku sedang berbaring sekarang terasa bergetar karenanya. Aku mengerang begitu merasakan rasa sakit pada kepalaku. Mungkin sakitnya tidak separah tadi.

Aku langsung mencari keberadaan Yunseong dan menyadari bahwa dia masih duduk ditempat tadi -bersandar pada mesin kasir. Aku mendudukkan diriku, kemudian bersandar pada dinding. Aku merasakan rasa dingin yang begitu menyucuk sehingga aku tak kuasa hingga menggigil. Kurasa tertidur disaat cuaca dingin seperti ini bukanlah hal yang baik, aku bisa saja kena hipotermia. Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku, meniup-niupnya dan menyadari bahwa nafasku mengeluarkan embun asap pertanda suhu benar-benar rendah. Aku memeluk diriku yang menggigil, lantas menoleh pada Yunseong yang ternyata sedang tertidur. Ia tertidur dengan kepala menunduk diantara kedua lututnya dan bersandar pada mesin kasir.

Tanganku yang dingin meraih handphone milik Yunseong yang ia letakkan sembarangan di lantai, berniat ingin melihat sudah berapa lama aku tertidur. Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Aku baru tertidur satu jam. Aku kembali terkaget saat mendengar suara petir yang tiba-tiba meledak diatas sana.

Aku benar-benar kedinginan sekarang. Aku tak kuasa menahan diriku yang menggigil sehingga bibirku bergetar. Aku merangkak mendekati Yunseong, tampaknya ia sudah tertidur dengan lelap. Tanganku meraih bahunya kemudian mengguncangnya pelan. Kepalanya mendongak perlahan, lantas menatapku dengan matanya yang terlihat sayu. Aku begitu kedinginan sehingga aku merasa ingin pingsan. Dia terkejut begitu melihatku yang benar-benar menggigil.

"Kamu kedinginan?" Dia mengganti posisi duduknya. Aku mengangguk, masih berusaha menghangatkan diriku dengan meniup-niup tanganku didepannya.

Dia tidak mengatakan apa-apa lantas menarik tanganku tiba-tiba. Kemudian dia meletakkan kedua tanganku diatas dadanya, tangannya yang besar menahan tanganku untuk tetap berada disana.

"K-kamu ngapain?" Tanyaku gugup.

Dia cuma menguap, kemudian mempererat pegangannya pada jari-jariku yang berada tepat diatas dadanya yang bidang.

"Kamu akan merasa lebih baik setelah ini, percayalah."

Aku cuma terpaku, namun membiarkannya melakukan itu. Dia menutup jaketnya, untuk seketika tanganku sudah tidak lagi sedingin tadi. Kali ini aku bisa merasakan detak jantungnya yang teratur diatas tanganku, aku terpaku sambil memperhatikan bagaimana tangannya yang besar itu berusaha memberikan kehangatan pada tanganku.

Aku memproses situasi ini dan menyadari bahwa pipiku memanas, mata cokelat miliknya melihat kesembarang arah kecuali mataku. Jantungku serasa akan meledak mengingat jarak kami begitu dekat, dan sentuhan dari jemarinya yang hangat itu membuatku salah tingkah. Aku tak tahan lantas mengulum senyum dibibirku.

Mata kami akhirnya bertemu, aku merasakan sebuah perasaan aneh diperutku. Perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasanya seperti aku sedang berada di puncak rollercoaster dan ratusan kupu-kupu beterbangan didalam sana begitu ia menatapku lekat-lekat. Sejujurnya aku mulai terbiasa setiap dia menatapku, namun kali ini aku merasa dia jauh lebih menarik daripada sebelumnya. Aku tidak tahu mengapa, tapi menatap matanya membuatku candu.

"Kamu merasa lebih baik?"

Pertanyaan darinya membuatku kembali pada kenyataan. Aku mengedipkan mataku beberapa kali sebelum menjawabnya. "U-uh ya, kurasa begitu."

Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang