23: truthfully

190 30 4
                                    

Yunseong ada disini, dihadapanku.

Saat aku berdiri dihadapannya aku begitu terpaku melihatnya yang tampak begitu gagah dengan tuxedo putih yang ia kenakan. Dia terlihat bersinar dibawah cahaya temaram lampu-lampu kecil, wajahnya terlihat datar, namun menyiratkan sebuah emosi yang tidak bisa kubaca saat kedua matanya berusaha untuk menghindari tatapanku.

"Kenapa kamu disini?" Tanyaku dengan sedikit berteriak akibat suara musik yang lantang menggema ke sepenjuru ruangan.

"Kamu terlihat luar biasa." Ujarnya, namun matanya masih memandang lantai.

"Terima kasih, tapi kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Benar, apa yang aku lakukan disini? Bukankah acara seperti ini bebas didatangi siapapun?" Tanyanya balik.

"Bukankah seharusnya kamu sedang ujian?" Tanyaku lagi.

"Sudah selesai." Jawabnya singkat.

Aku mengangguk mengerti. "Siapa yang mengajakmu ke tempat ini?"

"Uh," Dia bergeming, "Wonyoung. Dia memintaku untuk ikut."

"Ah, jadi Wonyoung." Ujarku.

"Kamu kenal dia?"

Aku terkekeh, "Tentu saja. Dia sangat terkenal disini. Aku dengar kamu seniornya di komunitas tari?"

Yunseong mengangguk, "Lagi pula, aku tidak sempat mengikuti prom night sewaktu SMA dulu. Aku ketiduran."

"Jadi ini prom night pertamamu?"

"Bisa dianggap begitu."

Aku masih memperhatikan wajahnya, dia masih tidak berani mempertemukan matanya padaku, entah kenapa. Jujur saja, melihatnya lagi malam ini membuat perasaan yang sempat kukubur dalam-dalam untuknya muncul kembali. Lihat saja wajah itu, meskipun ekspresinya datar, dia tetap terlihat menarik.

"Yunseong Oppa, disini kamu rupanya." Tiba-tiba seorang gadis dengan gaun berwarna merah memeluk lengan Yunseong. Siapa lagi kalau bukan Wonyoung.

Senyumku tiba-tiba memudar. Wonyoung yang menyadari kehadiranku lantas menggelayut manja dilengan Yunseong.

"Aku mau ke toilet sebentar." Ujar Yunseong, lantas pergi tanpa memperdulikan gadis yang saat ini merengek padanya karena ditinggal.

"Membicarakan apa dengan Yunseong barusan?" Wonyoung menyerangku dengan pertanyaan penuh kecemburuan setelah memastikan Yunseong telah pergi. Garis bawahi kecemburuan.

"Dia barusan memujiku, kupikir dia menyukaiku, kamu harus berhati-hati." Setelah itu aku pergi agar tidak memancing pertengkaran. Karena saat ini Wonyoung terlihat mengeraskan rahangnya dan menghentakkan kakinya.

Aku yang tak kunjung menemukan Yujin diantara orang-orang yang tengah menari, memutuskan untuk pergi keluar ruangan. Aku menuju koridor sekolah yang terlihat sepi, berbeda 180 derajat dengan keadaan meriah didalam aula sana. Hanya ada beberapa gadis-gadis yang sedang berfoto-foto ria serta beberapa pasangan yang sedang berduaan di ujung lorong.

Aku berhenti didepan jendela koridor yang menampakkan kondisi halaman sekolah yang tertutup salju. Keadaan kota bila di musim dingin adalah yang terbaik. Lampu kelap-kelip berhamburan dijalanan, dan salju yang berserakan. Aku memikirkan pertemuan yang tak terduga dengan Yunseong barusan, dan kenapa dia sama sekali tidak berani menatapku.

"Aw!" Aku memekik saat merasakan benda dingin dan basah menempel pada pipiku.

"Sendirian saja? Mana pasanganmu?" Yunseong menjulurkan minuman kaleng padaku, ternyata benda itu yang ia tempelkan padaku pipiku barusan.

Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang