19: his shadow

197 35 6
                                    

Suasana restoran masih sama seperti tadi, kecuali kehadiran seorang gadis berambut cokelat terang berjaket denim yang sedang berbicara dengan Yunseong di meja kami tadi. Yunseong mengangkat wajahnya dan tersenyum cerah begitu mendapatiku yang berjalan kearah mereka.

Gadis itu berbalik, mengikuti arah pandangan Yunseong. Aku bisa melihat jelas wajahnya, dia cantik.

“Hay, aku ketinggalan apa?” Sapaku, lantas mengambil tempat duduk di samping Yunseong.

Gadis yang tidak kuketahui namanya itu tersenyum ramah padaku. “Wah lihat siapa yang ada disini.” Dia mengamatiku dengan seksama, kemudian kembali menatap Yunseong yang sedang menunduk. “Yunseong, pencerahan?”

Aku melirik Yunseong, dan dia menghela napas panjang lantas menoleh kearahku. Dia tersenyum tipis padaku sebelum akhirnya menegakkan punggungnya dan menatap gadis itu juga. “Ya, aku disini bersama Minjee dan kupikir ini bukan urusanmu, terima kasih.” Yunseong terdengar kesal. Aku bingung.

Gadis itu tertawa yang dipaksakan, melipat tangannya didepan dada sambil memperhatikan ekspresi Yunseong yang terlihat gelisah. Aku masih memperhatikan gadis itu, tatapannya terlihat mengintimidasi terhadap Yunseong. Aku tidak tahu sebenarnya apa hubungan mereka dan kenapa situasi sekarang terasa sungguh canggung.

“Kupikir kamu ga tertarik untuk berkencan. Ada apa denganmu sekarang?” Ujar gadis itu pada Yunseong yang semakin membuat atmosfir bertambah canggung.

“Uh, sesungguhnya kami tidak berkencan.” Sergahku.

Dia menoleh padaku, tatapan intimidasinya berubah menjadi sebuah senyuman. Kupikir dia berusaha ramah padaku, namun sebaliknya pada Yunseong –sungguh mengintimidasi. “Oh maafkan aku, Minjee. Tapi tidak masalah kalau memang berkencan, kalian berduakan memang dekat dari dulu. Bukan sebuah kejutan, bisa dibilang begitu.”

Aku mengerutkan keningku samar-samar. Perempuan itu menyebutkan namaku bagaikan kami dua orang yang sudah saling mengenal.

“Apa aku kenal kamu?” Tanyaku was-was.

Perempuan itu terlihat kebingungan.

Yunseong menoleh padaku dan menatapku teduh, “Ya, kamu mengenalnya. Ini Yeonhee, sepupuku.”

Yeonhee?

Aku berusaha mengingat nama dan wajahnya namun tak ada satu memoripun yang muncul. Aku menyerah, lantas teringat bahwa aku sempat merasa cemburu terhadap sepupunya Yunseong tadi. Betapa konyolnya aku.

Gadis itu –Yeonhee, berdeham. “Apa aku ketinggalan sesuatu?”

Kupikir Yeonhee tidak tahu tentang apa yang terjadi padaku.

“Um, aku kehilangan sebagian memoriku karena head trauma. Kupikir itu sebabnya aku lupa sama kamu.” Jelasku sambil mengernyit.

Yeonhee menatapku tak percaya, “Head trauma? Memangnya kamu kenapa? Hey, aku ketinggalan banyak hal disini.”

Yunseong menghela napas panjang, “Yaampun Yeonhee, kenapa kamu pelupa sekali? Aku pernah bilang padamu tentang kecelakaan yang menimpa Minjee musim panas itu.”

“Ya, aku tidak berpikir kalau Minjee sampai amnesia begitu.” Yeonhee memajukan bibirnya. “Ngomong-ngomong, kupikir kita harus perkenalan lagi, bagaimana?”

Aku tertawa garing, “Amnesia terdengar kasar, tapi hey tentu saja, senang bertemu denganmu Yeonhee.” Aku menjulurkan tanganku pada Yeonhee.

“Aku juga!” Yeonhee menyambut tanganku dan tersenyum cerah. “Ini sangat mengejutkan bagiku. Aku pikir Minjee memang tak mau lagi bertemu denganku setelah selama ini tidak ada kabar.”

Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang