9: retrieved

254 45 4
                                    

Aku tak percaya dengan kenyataan yang ada didepanku.

Yunseong terbaring tak sadarkan diri diatas pecahan kaca botol jus yang berserakan akibat gempa bumi tadi. Bukan hanya itu yang menjadi fokusku sekarang, sebuah batang pohon yang sangat besar dan berat telah menerjang masuk melalui atap toko yang kupikir akan menjadi pelindung kami --menciptakan lubang besar diatap toko dan hujan pun masuk ke ruangan ini dengan tidak terhindarkan. Semuanya berubah menjadi bencana dalam hitungan detik.

Lututku melemas melihat laki-laki yang ada dihadapanku itu tak sadarkan diri. Sedikit dariku bersyukur tubuhnya tidak terhimpit sepenuhnya oleh batang pohon yang kupikir patah akibat serangan petir ataupun angin kencang. Namun hal yang membuatku ingin menangis sekarang adalah karena batang pohon itu berhasil menimpa kaki kiri Yunseong.

Aku dengan panik langsung bergerak untuk mengangkat batang pohon sialan itu dari atas kakinya. Namun benda itu terlalu berat untuk bahkan bergeser barang seinci pun. Kurasakan badanku mulai basah kuyup akibat curah hujan yang masuk dari lubang pada atap toko. Aku menghela napas keras, menoleh pada Yunseong yang terlihat tak kunjung akan terbangun, dia juga sama basah kuyupnya denganku.

Aku tahu aku harus segera melakukan apapun untuk menolongnya.

Aku mengumpulkan segala kekuatanku lagi, memperkuat diriku agar tidak menangis disituasi ini. Lagi, aku mencoba untuk mengangkat batang pohon itu dari kakinya, mengharapkan sebuah keajaiban. Kudengar Yunseong melenguh saat aku bersusah payah mengangkat batang pohon itu. Dia tersadar.

"Yunseong, aku akan mengangkat batang pohonnya. Jadi kumohon bertahanlah." Kataku masih berusaha mengerahkan segala kekuatanku begitu melihat Yunseong yang dengan perlahan mendudukkan badannya.

Dia paham dengan perkataanku, lantas membantuku untuk mengangkat benda sialan itu dari kakinya. "Kita angkat bersama, oke?"

Aku mengangguk, kurasakan air mata mulai mengalir dipipiku yang telah basah akibat air hujan yang mengguyur tubuhku. Aku kembali mengerahkan kekuatanku begitu kedua tangan Yunseong terjulur untuk mengangkat benda itu, dia memberikan aba-aba kemudian secara bersamaan kami mengangkat batang pohonnya. Kurasakan benda itu mulai terangkat perlahan, Yunseong dengan cepat menggeser kakinya ke tempat yang lebih aman, disaat yang bersamaan kurasakan otot-otot ditanganku menjadi sangat sakit. Aku dengan cepat membanting kembali batang pohon itu ke lantai begitu memastikan Yunseong baik-baik saja. Dia terduduk dilantai, dengan kedua kaki diluruskan.

Aku mengatur deru nafasku setelah itu, kemudian melemaskan lenganku yang terasa begitu sakit. Aku langsung menghampiri Yunseong dan mencengkram bahunya, lantas menatapnya dengan begitu cemas. "Kamu ga papa?"

Yunseong tidak menjawab namun ia mengangguk. Kudengar deru nafasnya yang memburu, kupikir karena menahan sakit. Aku menoleh pada kaki kirinya tadinya tertimpa batang kayu, lantas langsung memeriksa keadaannya. Aku menggulung celana panjangnya, dan aku bersyukur tidak ada luka berdarah apapun disana.

"Bisa kamu gerakkan?" Tanyaku cemas.

Yunseong mencoba menggerak-gerakkan kedua kakinya, namun kemudian dia mengerang kesakitan.

Oh tidak, apa mungkin patah?

Aku tidak mengatakan apa yang kupikirkan pada Yunseong, aku tidak ingin dia semakin cemas ditengah huru hara ini.

"Kamu tidak apa-apa," Aku menatapnya dengan mantap. "Aku akan menopangmu, oke?"

Yunseong mengangguk begitu aku mengatakan itu. Aku melingkarkan tangannya pada bahuku, lantas menariknya untuk berdiri dengan perlahan. Dia semakin melenguh kesakitan saat dirinya mulai berdiri. Aku menopang badannya yang terasa berat, kupikir kaki kirinya benar-benar tidak bisa digerakkan untuk sekarang. Ia berjalan dengan terpincang-pincang saat aku dengan perlahan membimbingnya menjauhi bagian tengah toko yang sekarang terlihat bagaikan sebuah bencana.

Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang