Mungkin hari ini adalah salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku mengumpulkan beberapa faktor yang membuatku bisa menambahkan peristiwa hari ini dalam buku kenanganku yang baru. Pertama, aku dijemput oleh orang yang kusukai. Kedua, dia mengajakku ke tempat yang paling kurindukan. Dan ketiga, bukankah seperti ini yang dinamakan berkencan?
Well, mungkin Yunseong tidak mengajakku berkencan secara resmi seperti berkata: Kamu mau berkencan denganku? Atau hal-hal seperti itu. Tapi sebagian dari diriku menganggap kami layaknya dua orang yang sedang berkencan. Namun aku tidak tahu bagaimana Yunseong memandang ini.
Kupikir aku harus mengurangi rasa percaya diriku, kalau-kalau dia merasa biasa saja. Tapi hey, dia tidak mungkin mencium keningku seperti tadi kalau dia menganggap ini hal yang biasa!
"Kenapa kamu senyum-senyum begitu?"
Aku tersadar saat Yunseong memandangku dengan alis bertautan.
Aku membalasnya dengan sebuah cengiran, "hanya memikirkan kenapa aku bisa berakhir disini."
Ekspresinya berubah --yang awalnya bingung, menjadi tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. "Oh, berarti kamu senang jalan-jalan sama aku?"
Aku berusaha menyembunyikan senyumku, "memangnya kamu tidak?"
Yunseong menyandarkan punggungnya pada jok, lantas menatap kedua mataku dengan ekspresi menggoda. Sial. Dia begitu tahu caranya membuatku terpana.
"Bagaimana kalau kamu aku culik dan ga kuantar pulang? Hmm, sepertinya aku tahu tempat untuk menyembunyikan sandera. Aku bisa saja minta uang tebusan, tapi hey, bagaimana bisa dikatakan kamu seorang sandera kalau kamu sendiri senang sama aku."
Aku menatapnya terheran-heran.
Yunseong meraih tanganku yang awalnya berada diatas pahaku. Hangat jemarinya berlawanan dengan dingin pada jemariku, aku terheran begitu dia menarik tanganku perlahan menuju bibirnya, lantas meniup punggung tanganku. Apa lagi yang ingin dia lakukan?
"Cho Minjee," katanya sambil memegang tanganku dibawah hidungnya. "Aku akan melakukan apapun supaya kamu ga pergi lagi. Biarpun itu menculikmu."
Caranya berbicara terdengar serius. Aku jadi merinding.
Tapi kemudian dia tersenyum, dan melepaskan tanganku. "Sebenarnya aku serius."
Aku menarik kembali tanganku, lantas menatapnya takut. "Kamu aneh."
Dia melirikku tanpa menolehkan kepalanya. "Baguslah kalau kamu menganggapku begitu."
"Tapi itu bukan pujian."
"Terdengar seperti pujian bagiku." Katanya.
"Kamu kepedean."
"Kata orang yang baru saja mengatakan aku sempurna." Dia menyengir.
Oke, perkataannya yang terakhir membuatku terdiam, alih-alih merasa malu. Benar saja aku memang baru saja mengatakan kalau dirinya sempurna pada saat momen kecil waltz tadi.
Yunseong berakhir tertawa melihat aku yang terdiam karena malu. Lantas mencoba menyembunyikan rona merah pada pipiku dengan menoleh keluar jendela yang memperlihatkan pantai yang sedang diguyur hujan.
Untuk sepuluh menit kedepan, kami cuma memandangi hujan yang turun dengan derasnya dari dalam mobil.
Yunseong merapikan kembali rambutnya yang sempat basah tadi, dan kaus hitamnya perlahan-lahan mulai kering. Begitupun aku, rasa dingin yang awalnya sempat membuatku flu, sedikit menghilang akibat bantuan dari heater di mobil Yunseong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓
FanfictionNiatnya hanya ingin berteduh dari badai kemudian langsung pulang. Tapi apa jadinya kalau ternyata Cho Minjee terkunci didalam toko Lemonade itu di tengah malam saat badai hebat melanda Apgujeong. Namun siapa sangka, kalau cowok aneh dan misterius se...