15: unravelling

224 39 4
                                    

Begitu kami tiba didepan rumah, Seungyoun sempat menatapku dengan khawatir.

Mungkin dia tahu apa yang sedang mengganggu pikiranku setelah menguak sebagian besar memori masa kecilku bersama Yunseong tadi. Sebagian dari diriku ingin mengetahui segalanya, namun sebagiannya lagi tak yakin. Aku ragu apakah aku benar-benar siap untuk mengetahui semuanya, mungkin aku takkan suka tentang kenyataan yang mungkin akan berbuah pahit.

"Kamu bisa melakukannya," Kata Seungyoun. "Eomma pasti akan menceritakannya kalau kamu bertanya baik-baik."

Aku mengangguk kecil. Meskipun kata 'baik-baik' itu mungkin tak sanggup ku terjemahkan dalam perbuatan kali ini. Aku lelah. Aku telah mencoba beberapa kali menanyakan pada ibuku secara 'baik-baik' tapi ibuku selalu bisa menghindari pertanyaanku. Dia benar-benar ingin menyembunyikan sesuatu tentang masa kecilku, tentang aku.

Disaat Seungyoun memakirkan mobil ke dalam garasi, aku masuk kerumah dengan hati yang gusar. Aku menantikan untuk bertemu ibuku dan melihat wajahnya setelah kilasan tentang beliau yang begitu menakutkan dalam ingatanku mengubah persepsiku tentang ibuku yang lemah lembut dan penyayang.

"Kamu sudah pulang," sahutnya dari dalam ruang tamu begitu mendengar suara langkah kakiku. Dia terdengar tenang, seperti biasanya.

Aku menelan ludahku, lantas masuk ke ruang tamu tanpa membalas sahutannya. Aku melihat ibuku sedang menonton acara telivisi dan tanpa sadar berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di hadapannya. Awalnya ibuku hanya menatapku dengan heran, namun ekspresinya berubah seratus delapan puluh derajat begitu melihat sesuatu yang berkilauan yang melingkar dileherku.

"Dari mana kamu mendapatkan itu?" Suaranya terdengar tertahan. Dia terlihat panik.

Aku berusaha terlihat tenang, "Yunseong mengembalikannya padaku, Eomma."

Ibuku yang awalnya duduk disofa, langsung berdiri setelah aku mengatakan itu. Rahangnya mengeras, matanya menatapku dengan pelototan yang bahkan baru pertama kali kulihat.

"Kamu bertemu dengannya?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk mantap.

Untuk sepersekian detik, dia tidak menatapku, lantas tertegun pada titik dibelakangku, seperti sedang terlarut dalam pikirannya.

"Apa Eomma akan memarahiku karna bertemu dengan Yunseong?"

Ibuku kembali menatapku. Ekspresinya masih sama seperti tadi. Awalnya kupikir dia akan memarahiku seperti yang ada di kilasan itu. Aku tidak tahu kenapa di kilasan itu menunjukkan bahwa ibuku sangat tidak suka aku yang bergaul dengan Yunseong. Tapi kali ini aku akan mencari tahu.

Sedetik kemudian ekspresi kerasnya berubah menjadi halus, tangannya yang ramping dan kurus itu terjulur pada wajahku lantas menyingkirkan helaian rambut di wajahku ke belakang telingaku. Matanya terkunci pada pendant kalung di dadaku. Dia tersenyum tipis. Dan aku menunggu jawabannya.

"Minjee sudah besar, seharusnya Eomma tidak memperingatkan lagi tentang ini. Tapi Eomma mohon jangan dekat-dekat dengan Yunseong lagi, oke?"

Aku menautkan kedua alisku, "Tapi kenapa?"

"Dia... dia bukan anak yang baik."

"Jangan berbohong, Eomma." Aku bersikeras. "Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi, aku sudah tahu semuanya."

Kulihat pupil mata ibuku membulat, mulutnya setengah terbuka saat aku mengatakan itu. Aku tahu aku berbohong, aku belum mengetahui semuanya. Tapi kupikir dengan mengatakan seperti itu ibuku akan berhenti untuk menyembunyikan perihal masa kecilku dariku.

"Tidak, kamu tidak tahu apa-apa." Katanya, kudengar dia menghembuskan napas panjang. "Apa yang dikatakan Yunseong padamu, itu tidak benar, oke? Dia... dia sangat terobsesi padamu sejak kecil, Minjee. Eomma selalu melarang kamu dekat dengannya karena dia pernah melukai kamu, dan -dan Eomma tahu seharusnya kita tak perlu kembali ke pantai itu lagi waktu itu."

Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang