Apakah kau pernah merasa seperti berada disuatu tempat dan waktu, namun nyatanya kau bahkan tak pernah ingat pernah ada didalam memori itu?
Aku merasakaannya saat menatap Yunseong saat ini.
Semua ini, bagaikan sebuah lelucon. Aku bahkan tidak bisa mempercayai diriku sendiri dan apa yang muncul diingatanku saat ini.
Musim panas tahun 2010 menceritakan kisah itu dikepalaku sekarang, dalam bentuk kilasan aneh yang menerjang ingatanku secara bertubi-tubi, menyisakan rasa sakit luar biasa pada kepalaku.
Semilir angin, suara terjangan ombak, serta cuaca yang hangat. Aku berada disebuah pantai yang begitu indah dan tenang. Mataku menyoroti langit yang terlihat begitu indah dengan warna oranye sunset yang lembut. Aku berdiri diatas sebuah dermaga, mengenakan dress musim panas selutut berwarna putih.
Aku… aku ingat tempat ini.
Sewaktu aku kecil, ayahku sering membawa aku dan Seungyoun saat musim panas untuk berlibur ke tempat ini. Aku selalu bermain dengan pasir saat Seungyoun dan ayahku pergi ke ujung dermaga untuk memancing. Itu memori yang hangat untuk diingat.
Namun sakit dikepalaku makin menerjang saat tiba-tiba seorang anak laki-laki datang dan menarik tanganku.
“Kamu, Cho Minjee. Aku, Yunseong. Kamu berjanji akan selalu ikut kemanapun aku pergi, kan?” Anak laki-laki itu berkata dengan senyuman cerah diwajahnya.
Y-yunseong?
“Yunseong?” Aku bertanya-tanya, entah itu pada diriku sendiri atau pada anak laki-laki yang saat ini tengah menatapku dengan senyumannya.
“Kita harus segera bersembunyi, atau ibumu akan menyuruhku pergi! Ayo!” Dia menarik tanganku lebih kuat saat ini.
Aku mengikutinya, berlari diatas dermaga, hingga kami tiba diujung dermaga, dimana dibawah kakiku adalah lautan yang terlihat begitu dalam dan misterius. Tiba-tiba dari kejauhan, aku mendengar seorang wanita meneriakkan namaku dengan lantang.
“Cho Minjee!” Aku sontak menoleh, begitupun Yunseong kecil dihadapanku sekarang. Itu adalah suara ibuku, dan dia terdengar begitu cemas.
“Cho Minjee, ibu mohon kembalilah! Kamu tidak boleh bermain-main di dermaga sendirian! Kamu bisa terjatuh!” Aku melihat sosok ibuku berteriak dari pinggir pantai begitu ia menyadari aku sedang berdiri di ujung dermaga.
Sendirian? Aku kan sedang bersama Yunseong?
Aku benar-benar tidak tahu kemana arah dari ingatan ini. Ralat, ini bukanlah ingatan. Aku… Aku tidak pernah mengingat memori ini dalam bagian hidupku, rasanya bagaikan memori ini bukanlah milikku. Aku tak lagi melawan rasa sakit dikepalaku, alih-alih membiarkannya mengalir dan mengambil alih kesadaranku saat ini.
Aku merasakan diriku ambruk ditangan Yunseong. Laki-laki itu menangkap tubuhku yang melemah, entah itu karena rasa sakit dikepalaku atau karena ingatan aneh yang aku barusan alami. Aku tidak ingat pernah bertemu dengannya dipantai itu, setidaknya musim panas 2010 adalah hal yang mungkin terselip dari ingatanku, namun sungguh, aku tidak pernah bertemu dengan Yunseong sebelumnya.
“Kamu tidak apa-apa? Kamu kelihatan bingung.” Yunseong menangkup kedua pipiku.
Aku menoleh padanya, menatap matanya lekat-lekat, aku meneliti setiap ekspresi dari wajahnya sebelum akhirnya menjauh dari hadapannya. Kilasan aneh itu terus menerjang hingga aku tidak tahu lagi mana yang benar. Apa ini memang pertama kalinya aku bertemu dengan Yunseong? Ataukah kilasan itu hanyalah sebuah khayalan yang bahkan tidak nyata?
Tidak, tidak, aku yakin kilasan itu adalah sebuah memoriku. Memori yang mungkin terhilang dari otakku. Selama kami bertemu, aku ingat dia selalu bersikap seolah-olah mengenalku, dia mengenal ibuku, dan dia selalu menanyakan pertanyaan aneh. Yah meskipun dia tidak terburu-buru dalam menunjukkannya, aku tahu dia sebenarnya mengenalku. Jauh sebelum malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓
FanfictionNiatnya hanya ingin berteduh dari badai kemudian langsung pulang. Tapi apa jadinya kalau ternyata Cho Minjee terkunci didalam toko Lemonade itu di tengah malam saat badai hebat melanda Apgujeong. Namun siapa sangka, kalau cowok aneh dan misterius se...