Keesokan harinya aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit karena aku dinyatakan telah pulih.
Waktu itu pukul 1 siang saat aku dan ibuku menunggu taksi dari depan rumah sakit untuk menuju kerumah kami di kawasan Apgujeong. Aku sesungguhnya menyimpan sejuta pertanyaan yang kutujukan untuk ibuku, namun entah kenapa aku merasa sebanyak apapun aku berusaha untuk mencari tahu tentang Yunseong dari ibuku, pasti ia akan mati-matian untuk menghindar.
Aku begitu merasakan ketidaksukaannya pada Yunseong dan keluarganya saat ia dengan sengaja membuang buket bunga matahari yang diberikan Tuan Hwang untukku. Saat aku bertanya kenapa dia membuangnya, ibuku bilang dia alergi bunga matahari. Maksudku, aneh bukan?
Aku berhenti untuk menanyai ibuku tentang Yunseong mulai hari itu.
Aku memulai hariku kembali kesekolah seperti biasanya, menjalani hari normal sebagai siswi di Apgujeong High School yang terasa membosankan. Selepas dari kegiatan sekolah yang bertambah padat, aku menyempatkan diriku untuk memikirkan tentang Yunseong dan apa maksud perkataannya tentang kami yang meninggal pada musim panas 2010. Hal itu membuatku cukup stress kurasa, mengingat aku tidak tahu kapan bisa bertemu dengannya lagi setelah kepergiannya ke Hanyang.
Selepas sekolah aku bersama Yujin duduk di bench penonton bermaksud untuk menonton Minhee latihan sepak bola bersama timnya. Meskipun hari itu cukup mendung dan gerimis kecil, kami tetap betah berada disana. Well, selain bermaksud untuk menonton Minhee, Yujin juga bermaksud untuk menonton Kim Yohan disana yang berperan sebagai penjaga gawang. Dasar Yujin, dia memang menyukai Yohan sejak pertama kali masuk SMA.
Mengingat tentang orang yang disukai, aku bahkan lupa kalau diriku selalu menyukai Kim Wooseok. Tapi kupikir sejak kejadian dimana aku bertemu dengan Yunseong dan terkunci di toko lemonade bersamanya, kupikir orang yang kusukai sekarang adalah Yunseong? Ahh memikirkannya membuatku frustasi, aku bahkan tak tahu apa-apa tentang dia. Perlakuan kecilnya padaku malam itu meninggalkan kenangan yang begitu membekas diotakku sehingga aku begitu merindukannya sekarang.
“Hey, jangan terlihat sedih seperti itu, Minjee. Lihat sisi baiknya, kamu jadi terkenal.” Ujar Yujin sambil mengunyah snack yang barusan ia beli di kantin.
Aku menghela napas panjang, “terkenal apa maksudmu?”
“Yaa bisa-bisanya kamu tidak tahu. Semua orang membicarakan kamu, tahu? Well, mungkin karena kamu terkunci di toko jus terkenal itu.”
“Mereka begitu terobsesi dengan toko itu, bukannya karena aku? Oke akan ku catat.”
Yujin terkekeh. “Jadi kamu belum mengetahui apa-apa tentang Yunseong?”
Ahh pertanyaan Yujin membuatku menutup wajahku dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan ekspresi kesedihanku. “Tidak.”
Yujin menghela napas panjang. Dia tidak berkata apa-apa lagi setelah itu, lantas meneriaki Minhee yang tampaknya gagal dalam mencetak gol. “Yaah dasar payah!!”
Minhee tampaknya mendengar hal itu, kemudian menatap kami dengan lidah menjulur. Aku terkekeh. Minhee kemudian datang kearah kami sambil berlari kecil dengan seragam sepak bolanya yang telah basah diguyur hujan.
“Hey, jangan dekat-dekat! Kamu bau!” Protes Yujin begitu Minhee ingin merampas snack yang dipegang Yujin.
Tapi Minhee tidak mendengar, dia merampas snack Yujin dan melahapnya dengan cepat. “Ahu lahar sehali…” Katanya dengan mulut penuh makanan.
“Kamu juga jorok! Pantas tidak ada perempuan yang mau denganmu sampai sekarang!” Ujar Yujin melihat kelakuan Minhee.
Aku cuma terkekeh melihat mereka berdua yang tidak pernah berdamai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade Nights | Hwang Yunseong ✓
FanfictionNiatnya hanya ingin berteduh dari badai kemudian langsung pulang. Tapi apa jadinya kalau ternyata Cho Minjee terkunci didalam toko Lemonade itu di tengah malam saat badai hebat melanda Apgujeong. Namun siapa sangka, kalau cowok aneh dan misterius se...