15 : you're Back

810 109 6
                                    

Suara gemerincing itu nampak tak asing di telinga Valy. Dan benar saja, ia melihat gantungan yang tidak asing di tas milik lelaki tinggi itu.

 Dan benar saja, ia melihat gantungan yang tidak asing di tas milik lelaki tinggi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf?" Ucap Valy dan menarik lelaki itu lagi.

Kemudian lelaki itu menoleh, dan benar saja. Ia adalah Renjun, sungguh Valy sangat senang hari ini bisa melihat lelaki itu kembali. Ditambah kini mata lelaki itu nampak normal dengan pupil mata berwarna coklat pekat yang indah.

Tidak berpikir panjang, Valy langsung berlari kearahnya dan memeluknya dengan erat. Seluruh rasa rindunya pada pria itu sudah tersalurkan.

"Renjun, aku kangen kamu."

Valy yakin ini bukan mimpi, ia benar-benar Renjun. Orang yang sama pada saat itu yang telah membuat Valy jatuh kepadanya, dan kali ini ia tak mau melepaskan pelukannya. Ia rindu aroma khasnya, ia rindu jenaka yang tak ada lucunya sama sekali itu, ia rindu tawa hangat dirinya, ia rindu hawa nyaman dan hangat saat berada didekatnya. Ia rindu semua tentangnya.

Kini Renjun sudah kembali, setelah beberapa tahun lebih Renjun pamit untuk pergi.

Namun, tiba-tiba lengan Valy dicengkram erat seakan-akan pria yang ia peluknya berusaha melepas pelukan Valy, dan pria itu mendorong menjauh badan Valy darinya. Hingga Valy hampir terjatuh karenanya.

"Lo siapa bangs*t?!" Ucap sarkas Renjun.

Valy tersendat diam karena tiba-tiba Renjun membentaknya, ia tidak percaya. Dan mengapa Renjun bisa membentak Valy. Ia rindu, ya, ia hanya rindu, itu saja.

"Lo siapa hah?!" teriaknya sekali lagi.

Jeno yang sedari tadi berusaha mencerna keadaan saat ini akhirnya turun tangan. Terlintas sebuah ingatan kecil, ia ingat pria itu ternyata pria yang sama yang sedang tertawa lepas bersama Valy dulu di suatu perpustakaan.

"Maksud lo apa bentak-bentak cewe gue hah?!" Ucap Jeno sambil menarik Valy ke belakangnya. Kebetulan, di sepanjang jalan itu sedang tidak ramai orang berlalu-lalang.

Renjun hanya menaikkan sebelah alisnya, "Lah? Cewe lo yang harusnya jaga etikanya, maksudnya apa tiba-tiba asal meluk orang?!" ucapnya tak kalah berapi-api seperti Jeno lalu pergi meninggalkan Valy dan Jeno disana.

Saat renjun sudah benar-benar hilang di antara belokan di ujung jalan, Jeno mulai mengintrogasi beberapa pertanyaan pada Valy.

"Val? Coba jelasin." tanya Jeno dengan mata tajamnya yang mengintimidasi, bukan lagi mata manis saat tersenyum.

"Val?!" pekik Jeno, jika Valy menjawabnya Jeno tak akan membentak dirinya seperti ini.

Tes

Satu tetes air mata Valy jatuh membasahi pipinya yang mulus, tentu saja itu membuat Jeno panik. Terlebih baru saja ia membentaknya.

"Val... arghh." geram Jeno sambil mengacak kasar rambutnya, ia menyesal sudah terbawa suasana tadi.

"Yaampun, maafin aku kebawa suasana tadi."

Jika kalian tau, Valy menangis bukan karena pria yang saat ini di depannya. Namun, pria yang baru saja pergi meninggalkannya. Perasaan Valy kini campur aduk, antara senang dan sedih. Senang, karena Renjun sudah kembali dengan mata yang lebih indah. Sedih, karena Renjun sepertinya tidak mengingat kenangannya bersama Valy dan menganggap Valy seperti orang asing.

"Oke deh. Sekarang, Valy mau es krim, hmm?"

"Enggak mau, maunya Johnny." ucap Valy cemberut menahan tangis. Disaat seperti ini hanya Johnny lah yang menjadi tempat keluh kesah gadis itu. Dengan membasahi baju Johnny dan memeluk kakak nya, sudah cukup membuat dirinya tenang.

"Johnny udah ada yang punya, sama aku aja ya." ujar Jeno dibalas gelengan kepala oleh Valy. "Apa mau pulang?" Lalu dianggukkan oleh Valy.

***

Mengingat kedua orangtua nya sudah kembali melakukan aktivitas semula, ya kembali sibuk dengan pekerjaannya. Walaupun begitu, Valy tidak akan bisa sekolah hingga kini jika bukan karena mereka. Dan yang mengisi kekosongan selama ini hanya Valy, Johnny, dan ya seekor kucing hitam milik keluarga Valy.

Tak usah ditanya lagi bagaimana suasana rumahnya sekarang, begitu sunyi. Hanya terdengar suara televisi yang beradu dengan suara hembusan angin dari jendela yang terbuka. Diluar memang sedang banyak angin, jadi Valy membiarkan jendela terbuka sekarang.

Saat Valy sedang sibuk mengganti-ganti channel tv nya, terdengar suara ketukan di kaca jendela. Namun suara ketukan itu bukan berasal dari ketukan tangan tetapi seperti sedang dilempari kerikil kecil.

Valy kira awalnya itu kelakuan kucingnya, dan perlu kalian ketahui ternyata kucingnya sedang bersama nya di sebelah sofa.

Walaupun sekarang langit masih terang, namun tetap saja. Keadaan ini membuat Valy parno sendiri, ditambah ia sendirian dirumah.

Kemudian ia memberanikan diri dengan mengintip sedikit dibalik tirai jendela. Dan tebak apa yang sudah dilihat Valy didepan gerbang rumahnya.

Seorang pria berperawakan tinggi sambil berdiri dan menatap rumah Valy, dengan memakai setelan hitam dari atas hingga bawah. Valy tak yakin itu siapa karena pria itu memakai masker dan topi sehingga wajah pria itu tertutup rapat.

Valy langsung merinding melihatnya, ia mencoba untuk berpikiran positif. Ia langsung menelepon Johnny untuk datang ke rumah sekarang. Karena jika Valy menelepon orangtua nya, itu tidak mungkin, karena kedua orangtua nya sedang berada di luar negeri.

Tutt... tutt... tutt

"Sawadikap, ikan ngapngap?"

"Bang."

"Kenapa adikku sayang?"

"Pulang ke rumah bang, please."

"Kangen lo ya sama gue? Hahaha."

"Serius ih, Valy takut ini sendirian dirumah. Ada orang nggak jelas di depan gerbang mantengin rumah."

"Jangan bercanda lo ah."

"Buat apa gunanya aku bercanda abangku sayang, cepetan ih."

"Iya on the way. Kunci pintunya, tirai ditutup, baca-baca jangan lupa. Gue berangkat."

Tutt...

Telepon mati, sekarang hanya tinggal menunggu Johnny datang dengan cepat. Sesekali Valy intip lagi, dan pria itu masih disana, dengan posisi yang sama tidak berubah.

Kemudian ia melaksanakan apa yang dikatakan Johnny, mengunci pintu dan menutup tirai rapat-rapat. Berharap pria itu hanya orang iseng saja.

Saat Valy kembali duduk ke sofa dan memainkan ponselnya, terdengar kembali suara dari jendela. Tidak salah lagi, sepertinya pria itulah yang melempari kerikil ke jendela rumah Valy. Ia ingin keluar rumah dan menegurnya, namun ia terlalu takut.

Johnny, cepatlah datang. Batin Valy tiada hentinya.

Brumm

Valy yang mendengar suara motor yang tidak asing itu langsung sumringah, kakaknya sudah datang.

pranggg!

pranggg!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
who? ft. huang renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang