18 : repeat Story

762 109 9
                                    

Tidak ada jawaban lagi dari gadis itu, ia pun memberhentikan sepedanya dan menoleh. Dan benar saja, ia baru menyadari jika Valy belum menaiki sepedanya. Lalu dengan gesit ia putar balik dan kembali ke Cafe, berharap saja Valy masih disana menunggu.

 Lalu dengan gesit ia putar balik dan kembali ke Cafe, berharap saja Valy masih disana menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengendap-endap, layaknya maling. Itulah yang sekarang Valy lakukan supaya tidak tertangkap basah pulang terlambat oleh Johnny, bisa-bisa habis Valy oleh Johnny jika sampai ketahuan.

Rencananya sudah tergambar jelas di imajinasinya, berjalan mengendap, berusaha untuk tidak tertangkap olehnya, kemudian menuju kamar dan menguncinya rapat-rapat lalu berusaha tidak membuat suara bising di dalam kamar.

Namun, upaya Valy memikirkan rencana matang itu pupus sudah. Saat gadis itu melewati dapur dengan penerangan yang terbatas, terlihat seseorang sedang menatapnya tajam.

"Ekhem, masih inget rumah?" ucap seseorang ditengah-tengah kegelapan di dapur. Siapa lagi jika itu bukan Johnny, yang sejak tadi khawatir ponsel adiknya tidak aktif dan tidak dapat dihubungi.

"Ehm, itu..."

Flashback on

"Maaf... jangan marah..."

"Nggak tau ah, males sama Renjun." ngambek Valy yang masih setia dengan mengempoutkan bibirnya lucu dan membuang muka malas.

Setelah Renjun menyadari bahwa ia telah melaju dengan sepedanya namun tidak dengan Valy, kemudian ia putar balik. Untungnya Valy masih setia menunggu di Cafe itu dengan ditemani oleh teman Renjun yang kebetulan kerja di Cafe itu juga.

Alhasil Renjun mendapat ceramah dari temannya yang tak kalah berisiknya dengan kicauan burung dipagi hari.

"Es krim ya? Habis itu maafin. Deal?" ucap Renjun sambil menjulurkan tangannya.

Valy menengok dan melihat seksama tangan pria itu, ragu untuk menjabatnya kembali.

"Oke, deal!" ucapnya dengan lantang.

Menepati janjinya sudah. Namun, Valy masih ingin menghabiskan waktu dengan pria itu sedikit lebih lama lagi. Mengajaknya ke sebuah taman, mengajaknya ke carnaval yang rutin diadakan setiap malam rabu, mengajaknya bersenang-senang hari ini. Mencoba semua apa yang ada di carnaval tersebut dengannya.

Tak terasa sudah begitu larut malam, ia baru teringat jika belum mengabari kakaknya yang mungkin sekarang lagi menunggunya dirumah. Kemudian ia ambil ponsel di tasnya dan mencoba menyalakan namun baterai ponselnya habis.

Mau tidak mau ia harus pulang sekarang, jika tidak ia akan habis oleh kakaknya malam ini.

"Gue balik ya Njun."

"Ayo, gue anterin. Bahaya kalau lo diculik lagi, kan ngga lucu."

Walaupun sekesal-kesal nya Valy pada Renjun atau segalak-galaknya Renjun pada Valy, pria itu tetap mempunyai aura hangat perhatian yang terpancar saat didekat gadis itu.

Sifat hangatmu padaku masih ada dan selalu ada. Hanya saja, kita mengulang dari awal lagi cerita kita.

Gadis itu menyunggingkan senyuman pada wajahnya, hatinya tak kalah bahagia, ataupun jantungnya dengan detak yang berdetak menjadi lebih kencang dari biasanya.

Sebenarnya letak carnaval dengan rumah Valy tidak begitu jauh, maka dari itu Valy berani untuk pulang sendiri. Namun, Renjun terus memaksa untuk diantar oleh nya.

"Gue langsung balik aja ya."

"Iyaa, emang siapa yang mau nawarin minum teh dulu? Hahaha."

Renjun hanya menatap malas Valy, dalam batin nya ia terus bersabar untuk tidak melempar sepeda pada Valy, tidak, itu gila.

"Dah moomin, hati-hati di jalan." Ucapnya dengan senyuman lebar yang manis di wajahnya.

"Moomin?"

Masa iya, ngucapin kata ini untuk yang kedua kalinya. Batin Valy

"Lo mirip moomin sih, lucu." ucap Valy kemudian diikuti gelak tawa keduanya.

"Semirip itu, kah?" tanya Renjun dan dengan cepat Valy mengangguk.

"Yaudah Gue balik, jangan kangen."

Kemudian Renjun pergi dengan sepedanya yang lama-kelamaan jauh dari pandangan Valy, yang kemudian lenyap seperti dimakan oleh kegelapan. Saat Valy sudah memastikan Renjun sudah tidak ada, ia mulai membuka knop pintu.

Tetapi ia baru tersadar jika ia lupa meminta nomor atau id line milik Renjun, ia tidak ingin terputus komunikasi dengannya lagi. Semoga saja Valy bisa bertemu lagi dengannya esok.

Flashback off

"Itu, ya itu apa hm? Gue udah nelponin beberapa kali ke ponsel lo, nelponin Jeno, gue pengen nelpon... siapa tuh namanya? Aduh lupa... Renjun, iya Renjun. gue pengen telpon dia tapi nggak punya nomornya." Kicauan Johnny mengisi suasanya di dapur.

"Baterai ponsel gue habis bang. Terus kenapa gue bisa pulang telat, karena tadi gue mampir ke carnaval dulu, laper tau. Soalnya gue tau dirumah pasti nggak ada makanan." Ucap Valy tak mau kalah dengan kakaknya.

"Nih gue beliin makanan, baik kan aku." Ucap Valy dengan senyuman palsunya.

Tentu senyuman itu tidak penting bagi Johnny tetapi makanan itu lebih penting dimata Johnny sekarang. Johnny pun langsung menyambar makanan itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada adiknya tersayang.

"Buat istri lo juga, bang. Jangan rakus dimakan sendiri."

Lalu Valy pun duduk di sofa yang tidak jauh dari meja dapur dimana Johnny sedang menikmati makanannya dengan hikmat, kemudian menyalakan tv untuk menghiburnya sejenak.

"Besok ikut gue yuk Val." Ucap Johnny dari meja makan dan masih setia memakan makanan lezat itu.

"Kemana?" tanya Valy.

"Ikut aja udah."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
who? ft. huang renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang