Chapter 9

151K 6.9K 124
                                    

Rionard berjalan menjauhi tempat acara pernikahan sahabatnya. Ia mengangkat panggilan telepon dan berbicara cukup lama. Ketika ia selesai menutup panggilannya, ia merasa ada seseorang yang menabraknya dari depan sehingga ia sedikit terhuyung.

"Ups sorry. Disini sedikit gelap." ucap seseorang yang menabraknya.

Rionard hanya diam dengan memberikan tatapan tajam.

"Wah.. Teman lama rupanya. How are you bro?" sambil memberikan tangannya untuk dijabat.

"Apa mau kamu?" ucap Rionard tajam tanpa berniat membalas jabatan tangan orang didepannya.

"Wuiihh.. Santai bro." sambil menepuk pundak Rionard.

"Ada kabar bahagia nih sepertinya. Aku dengar kamu bawa pacar kesini. Kamu sudah buang trauma kamu? Hahahaha..." lanjutnya.

Rionard semakin menguatkan kepalan tangannya.

"Kalau tidak ada yang penting, saya permisi." ucap Rionard sambil melangkahkan kakinya.

"Wah.. Aku baru mengerti sekarang, pantas saja dengan mudah berpindah tangan ternyata kamu bukan pria yang menyenangkan. Kamu terlalu dibodohi perasaan."

Rionard berbalik dan segera melayangkan kepalan tangannya dan tepat mengenai hidung si pria tersebut. Pria itu pun dengan segera memberikan pukulan di sudut bibir Rionard. Kedua pria itu saling menarik kerah baju dan saling memberikan tatapan kebencian.

"Apa belum cukup sekali hah?" bentak Rionard.

Kedua pria tersebut hampir saja beradu lagi kalau tidak dileraikan para security hotel.

"Hey! Kalian mau buat Hans malu karena ulah kalian hah?" ucap Brandon sambil menarik kerah belakang kemeja Rionard.

Akhirnya Rionard melepaskan tangannya dan meninggalkan sekerumunan orang disana setelah sebelumnya memberikan tatapan kebencian kepada pria yang sudah dilukainya.

***

Vanya berjalan keluar menuju pantai sambil air matanya terus menerus mengalir. Ia perlu sendiri saat ini. Disamping tangannya masih terasa sakit, hatinya entah kenapa merasakan kepedihan yang sangat. Ia berjalan menyusuri pantai ditemani angin malam dan deruan suara ombak. Setelah ia lelah berjalan, akhirnya ia duduk di atas pasir sambil termenung melihat air yang sudah berwarna gelap.

"Vanya.. Kenapa sendirian?" ucap seseorang disebelahnya yang seketika ikut duduk di pasir.

"Brandon? Kamu gak ikut acara? Masih setengah jam lagi kan?"

"Gak apa-apa. Jomblo mah bebas.. Hehe.."

Seketika Vanya tertawa mendengar ucapan Brandon.

"Nah gitu dong. Lo lebih cantik kalau ketawa gitu."

"Maaf, aku gak bawa uang."

"Waduhh.. Lo ngehina gue? Gue orang kaya sis."

"Sombong!"

"Iya donk. Kapan lagi gue sombong didepan cewek cantik kayak lo gini. Mana tau habis ini lo minta beliin gue es krim atau gula kapas. Balon deh sekalian."

"Kalo itu aku bisa beli sendiri."

"Oke deh. Beli sendiri ya.. Soalnya gue ketinggalan dompet di kamar.

"Brandon.. Brandon.. Alasan aja kamu."

"Hehehe.. Nah sekarang udah enakan belum? Jelek kalo matanya bengkak. Apalagi kalo beduaan gini. Ntar gue dibilang habis selingkuh dan buat ceweknya nangis-nangis."

Vanya benar-benar tersenyum, setidaknya kehadiran Brandon memberi sedikit rasa lega untuknya.

"Mm.. Sebelumnya gue mau minta maaf sama lo Van."

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang