"Sir.. Saya akan kirim laporannya besok."
"Ok. Saya tunggu."
"Baik sir."
Rionard menutup panggilannya. Ia segera bergegas meninggalkan kantornya dan melaju dengan mobilnya kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen ia tidak menemukan keberadaan Vanya. Ia merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Vanya tapi hanya ada suara orang lain disana.
"Vanya, kamu dimana?" ucapnya gusar.
Ia mencoba berpikir, kemana wanita itu pergi sekarang. Tak lama ia mendengar suara dering di ponselnya. Ia mengangkatnya dan berbicara dengan seseorang disana.
"Terimakasih informasinya. Saya segera kesana."
Rionard segera meninggalkan apartemenya dan menuju ke club. Ya club dimana mereka pernah bertemu. Ia tidak bisa banyak berpikir sekarang. Perasaannya antara marah dan cemas.
"Mana Vanya?" tanyanya pada bartender yang mengenal Vanya.
"Disana. Cepat bawa dia pulang sir, saya merasa khawatir dengan keadaannya." tunjuk bartender itu kepada Rionard mengarah ke arah sofa yang disebelahnya sudah ada beberapa lelaki yang mendekatinya.
Rionard menggeram melihat Vanya yang sedang dirayu beberapa pria hidung belang.
"Menjauh dariku bodoh." marah Vanya dengan pria yang ada disebelahnya.
"Tolong menjauh dari sini! Jika tidak, aku akan menghabisi kalian semua sekarang!!" bentak Rionard keras.
Tanpa adanya perlawanan, pria yang ada disitu segera menjauh. Dengan melihatnya saja, orang-orang disitu sudah tahu bahwa pria itu sangat berbahaya. Daripada membuat masalah lebih panjang, lebih baik menjauh pikir mereka.
"Hai.. Kenapa kamu disini?" tanya Vanya sambil tertawa.
"Pulang sekarang!" perintahnya tegas sambil meraih tangannya Vanya.
"Lepaskan tanganmu. Jangan sentuh aku!"
Rionard menarik Vanya untuk bangun, tapi wanita itu enggan. Ia menarik kembali tangannya yang digenggam erat Rionard.
"Vanya. Aku bilang pulang se-ka-rang!" perintahnya lagi.
"Dasar pemaksa!" ucap Vanya kesal.
Vanya bangun dengan sedikit terhuyung, ia menatap tajam pria di depannya. Lalu berjalan lambat sampai ke parkiran.
Rionard hanya mengikutinya dari belakang. Bukannya ia tidak mau membantu, tapi wanita itu sedang tidak mau disentuh. Rionard beberapa kali mencoba membantunya, tapi Vanya melepas paksa tangannya sambil beberapa kali mencoba memberi tendangan.
Ketika beberapa meter dari tempat mobilnya terparkir, tanpa pikir panjang Rionard langsung mengangkat tubuh Vanya membawanya masuk. Ia lelah melihat Vanya berjalan yang semakin melambat, karena Vanya sudah mulai mengantuk.
"Ck! Kamu tuli ya? Jangan sentuh aku!" teriaknya lemah.
"Kalo kamu masih bicara lagi, aku perkosa kamu sekarang!" ucap rionard sambil matanya melihat lurus kedepan.
"Awas aja. Aku laporkan kamu ke polisi. Biar tahu rasa." jawab Vanya kesal.
Rionard tidak menjawab apapun, ia membawa cepat Vanya ke dalam apartemennya. Ia benar-benar risih melihat penampilan Vanya yang sedang mabuk. Sangat buruk.
Rionard menurunkan Vanya di tepi kasur.
"Bersihkan dirimu dan cepat istirahat. Besok kita bicara." Rionard memberi perintah.
Vanya menarik tangan Rionard ketika pria itu hendak meninggalkannya.
"Ada apa?" Rionard menatap Vanya heran.
Tanpa berkata apapun, Vanya langsung memeluk Rionard.
Rionard hanya berdiam diri tanpa membalas pelukan Vanya. Ia masih merasa kesal pada Vanya yang sudah berani mabuk apalagi sambil didekati dan digoda pria lain.
"Aku suka aroma tubuhmu. Aku suka kehangatan tubuhmu. Hmm.. rasanya ingin tiap hari memelukmu seperti ini."
"Maaf aku harus memelukmu sedikit lama. Mungkin besok-besok tidak ada kesempatan lagi." lanjutnya lagi.
Rionard mendorong tubuh Vanya. "Apa maksudmu?"
Vanya tertawa sekilas, "Ternyata kamu itu bodoh. Aku jelaskan, aku itu bukan siapa-siapa kamu Ri. Jadi suatu hari, saat aku tidak disini lagi, aku pasti akan merindukanmu. Dan tidak mungkin aku mengejarmu. Oleh karena itu, aku ingin menikmati semuanya saat aku bersama kamu. Seperti sekarang ini."
Vanya menyentuh wajah Rionard dengan kedua telapak tangannya. Ia tersenyum memperhatikan wajah pria itu.
"Kamu selalu tampan. Dari sejak dulu. Sejak pertama kali aku melihatmu disekolah." sambil tangannya menjelajah semua yang ada diwajah Rionard.
Tiba-tiba tangannya berhenti di bibir Rionard yang tertangkap sekilas sedang tersenyum. Vanya menjinjitkan kakinya untuk menyejajarkan tubuhnya dan tubuh Rionard yang jauh lebih tinggi darinya. Seketika ia memberikan sebuah kecupan disana.
"Aku menyukai ciumanmu." ucapnya pelan tapi terdengar jelas di telinga Rionard.
Vanya melepaskan tangannya dan menurunkan kakinya. "Sudah malam, aku tidur dulu. Selamat malam."
Belum sempat Vanya membalikkan tubuhnya, seketika tubuhnya terdorong ke dinding disamping nakas.
"Hmmppp..."
Rionard dengan cepat meraih tengkuk Vanya dan menciumnya, menikmati bibir indah dan manis yang membuatnya frustasi seharian ini.
Rionard melepaskan ciumannya dan menatap Vanya dengan gairah.
"Kamu apakan aku Vanya? Kenapa kamu membuat otakku kacau seperti ini?" setelahnya menjejalkan bibirnya lagi. Melumat habis bibir Vanya tanpa ada perlawanan dari Vanya. Vanya malah menikmati setiap kecupan demi kecupan.
"Mulai malam ini dan seterusnya, kamu akan bersamaku. Kamu milikku."
Vanya semakin menikmati apa yang dilakukan Rionard terhadapnya. Setiap sentuhan yang diberikannya, membuatnya semakin tenggelam dalam kenikmatan.
***
28/08/19
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adult Senior (Complete)
General FictionBagaimana perasaan seorang Vanya Samantha ketika ia bertemu kembali dengan seorang pria yang pernah ia sukai saat masih berumur 13 tahun? Dan rahasia apa yang ditemukannya saat ia menjalin hubungan dengan sang senior? Bijak dalam memilih bacaan (21...