Chapter 45

68.9K 2.8K 97
                                    

Rionard memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana, memperhatikan perawat yang sedang memasang perban di daerah pergelangan kaki Natalie.

Natalie yang senang dengan kehadiran Rionard, terus menunjukkan senyumnya untuk pria yang sedari tadi tak memperhatikannya.

Rionard melihat kearah sampingnya, melihat kedatangan seorang dokter wanita sambil membawa selembar foto rontgen.

"Dari hasil rontgen, saya rasa tidak ada yang mengkhawatirkan. Semuanya baik-baik saja. Nona Natalie hanya perlu istirahat dirumah. Jangan lupa minum obat dan mengganti perban setiap harinya sampai lukanya mengering." ucap dokter itu dengan senyum ramahnya.

"Saya boleh pulang dok?"

"Iya, boleh."

"Terimakasih dok."

"Sama-sama." ucap sang dokter, dan setelahnya pergi meninggalkan Natalie.

"Saya ambilkan kursi roda untuk nona dulu, supaya nona tidak perlu berjalan sampai ke luar Rumah Sakit." ucap seorang perawat ketika ia selesai merekatkan plaster di perban Natalie.

"Kemana keluarga kamu?" ucap Rionard saat perawat pergi meninggalkan mereka berdua.

"Semuanya tidak bisa di hubungi." Natalie membuat alasan yang tak ditanggapi Rionard.

Rionard memandangi Natalie yang berusaha turun dari ranjang dengan sedikit kepayahan.

"Ri.. Bantu aku."

"Diam aja disitu sampai perawat datang."

Tak sampai semenit perawat datang membawa kursi roda dan meletakkanya di samping ranjang.

Dengan rasa malas akhirnya Rionard bergerak dari posisinya membantu seorang perawat wanita yang sedikit kesusahan membawa Natalie duduk dikursi roda.

"Kamu pulang kemana?" tanya Rionard saat mereka berdua sudah berada didalam mobil.

"Nanti aku tunjukkin jalannya."

Selama perjalanan Rionard tak berbicara apapun pada Natalie.

"Rio.. Makasih.."

"Ya."

"Kamu marah?" tanya Natalie karena melihat Rionard yang terus fokus menatap ke depan.

"Maaf ya.. Aku jadi harus hubungi kamu."

"Kenapa bisa tertabrak?" tanya Rionard acuh.

"Aku mau nyebrang, jalanan sudah aku perhatikan. Aku langsung jalan terus. Belum sampai tengah jalan, tiba-tiba aja ada motor melaju kencang dari arah kiri. Motor itu melawan arus."

"Lain kali lebih hati-hati."

"Iya Ri.." sahutnya dengan senyum mengembang.

"Aku akan membuatmu bersamaku lagi." batinnya berucap penuh semangat.

Setengah jam perjalanan, akhirnya Rionard memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah yang terletak di kawasan komplek elit.

Rionard turun dari mobilnya dan membantu Natalie berjalan masuk kedalam rumahnya.

"Ini rumah kamu?"

"Bukan. Ini rumah tante aku."

"Ri.. Bantu aku sampai ke kamar ya.." ucapnya ketika membuka pintu rumah.

Rionard mengikuti permintaan Natalie. Ia memapah Natalie hingga kedalam kamar.

"Kalau tidak ada perlu apa-apa lagi, aku permisi pulang."

"Rionard, tunggu!"

"Apa?"

"Bisa tunggu sebentar sampai temanku datang? Aku sedikit kesusahan kalau sendirian."

Rionard menghela napasnya. "Aku tunggu di ruang tamu."

Rionard berjalan meninggalkan Natalie yang sedang duduk diatas bed nya. Ia memilih duduk di ruang tamu.

Sambil menunggu, Rionard menghubungi Vanya. Tapi tak ada jawaban dari Vanya.

"Mungkin Vanya udah tidur. Kenapa dia jadi mudah tidur? Apa dia kelelahan?" batinnya mengheran.

Rionard melirik jam tangan chronographnya. Tak terasa ia sudah menunggu selama sejam.

Ia kembali memainkan ponselnya, menunggu kedatangan teman Natalie.

"Rionard!" teriak seseorang dari dalam kamar.

"Natalie?" Rionard berdiri dan bergegas masuk ke kamar.

"Rio!" teriak Natalie lagi.

Rionard melihat sekeliling kamar, tak dilihatnya Natalie di situ. Ia mendengar suara Natalie lagi, dan matanya tertuju pada pintu kamar mandi yang berada di sudut kamar.

Rionard mendorong pintu tersebut, dan menemukan Natalie yang sedang terduduk di lantai. Rionard meraih handuk putih yang tergantung dibelakangnya dan segera melilitkan handuk itu ketubuh Natalie yang hanya menggunakan penutup kewanitaannya.

"Auuww.. sakit!" rintih Natalie saat Rionard membantunya berdiri.

Rionard melihat bekas luka Natalie mengeluarkan darah lagi. Dengan sigap Rionard mengangkat Natalie dan membawanya keatas kasur. Ia mendudukkan Natalie disitu.

Rionard segera mengambil obat Natalie yang tersimpan di dalam plastik di atas nakas. Ia membuka perbannya perlahan dan mengelap nya.

"Luka kamu berdarah lagi!" ucap marah Rionard.

"Maaf.. Tadi aku mau mandi. Pas aku naikkin kaki ke atas sisi bathup, malah kepeleset."

"Jangan buat macam-macam lagi!" ucapnya dengan nada membentak.

"Iya.. Maaf."

"Mana baju kamu? Gak mungkin kamu tidur pake handuk."

"Disitu." telunjuknya menunjuk kearah lemari di depannya.

"Aku senang.. Ternyata kamu masih peduli denganku. Aku sangat rindu saat - saat kita dulu Rionard."

Setelah selesai membalut kaki Natalie, Rionard mengambil piyama beserta pakaian dalam Natalie dari dalam lemari dan meletakkannya di atas bantal tidur. "Pakai dulu! Aku ke toilet sebentar."

Natalie memperhatikan punggung Rionard yang pergi meninggalkannya.

"Aku tidak peduli lagi kali ini. Tidak ada yang bisa menahanku. Aku harus mendapatkanmu lagi Rionard."

***

Rionard terbangun dari tidurnya, ia akhirnya terlelap menunggu teman Natalie yang tak kunjung datang. Ia melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul 2 subuh.

Ia menyesalkan ponselnya yang tak menyala. Dirinya mencari charger disekitar ruang tamu, tapi tak ditemukannya. Dengan terpaksa ia melangkah masuk kedalam kamar Natalie. Ia melihat sebentar kearah Natalie yang sudah terlelap, kemudian melanjutkan pencariannya lagi.

Rionard bergerak kearah nakas disamping tempat tidur. Ia menarik laci pertama, tidak terdapat apapun. Ia menarik laci kedua, akhirnya ia menemukan charger yang dicarinya. Lama ia berdiri disitu sambil memikirkan sesuatu. Setelah mengambil charger, kepalanya menoleh kearah Natalie yang tidur membelakanginya.

Rionard menerbitkan senyumannya. "I will come to you, Natalie."

***

21/09/19

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang