Chapter 20

122K 5.1K 34
                                    

Rionard masih merasa kesal dengan teman - temannya apalagi Vanya. Mereka berhasil membuatnya naik darah. Tapi walaupun begitu, ia tetap mengucapkan syukur didalam hati karena orang-orang disekitarnya masih peduli padanya.

Setelah melewati drama yang membuatnya basah kuyup, akhirnya dirinya dan orang-orang yang berhasil mengerjainya, membuat pesta kecil dikamar hotelnya.

"Make a wish dulu.." ucap Vanya sambil membawa kue tart dengan lilin menyala diatasnya.

Rionard segera memejamkan mata beberapa detik kemudian membuka matanya dan meniup lilin yang menyala berbentuk melingkar di atas tart.

"Happy birthday bro.." ucap bersamaan Hans dan Brandon lalu memeluk Rionard bersamaan pula.

Vanya dan Melani tertawa bersamaan melihat tingkah pria-pria didepannya.

"Panjang umur, sehat selalu, sukses terus bro." ucap Brandon.

"Cepat nikah yang penting, umur lo udah kepala 3 noh." ucap Hans mengingatkan.

Rionard hanya membalas dengan senyuman.

"Gue juga, do'ain dong. Belum dapat kepastian nih.." Brandon memohon.

"Hah? Siapa? Kok lo gak curhat sama gue?" tanya Hans cepat.

"Hehehe.. Ada deh. Kalo udah pasti, gue kabarin." kekeh Brandon sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Jam yang berputar semakin mempertegas jika sekarang sudah semakin malam. Akhirnya Hans beserta istri, Brandon dan Vanya memutuskan untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap.

"Kamu di hotel mana?" tanya Rionard pada Vanya ketika Vanya berdiri dari duduknya.

"Kami semua di Marina Mandarin." jawab Vanya.

"Kenapa gak disini?" tanya Rionard lagi.

"Kalo kami disini, artinya bukan surprise. Lagian lo tau kan berapa harga hotel ini permalam? Pasti Vanya gak mau meskipun kami yang bayarin." jelas Brandon.

"Ok.. Kalo gitu, kalian balik, Vanya disini sama gue." putus Rionard.

"Rio.. Aku harus balik ke hotel. Barang-barangku disana."

"Vanya.." ucap Rionard lembut nan tegas.

Akhirnya Vanya menyerah karena ia tahu pria yang sedang mengantar teman - temannya keluar dari kamarnya ini sulit untuk dibantah.

***

Rionard memperhatikan Vanya yang duduk di bed nya sambil mengetik ponselnya.

Vanya menoleh kesampingnya, dan melihat pria yang memperhatikannya sambil tangannya berada didalam saku kantong celananya.

"Maaf aku duduk disini, HP aku lowbat." jelas Vanya yang memilih duduk dikasur karena dekat dengan soket.

Vanya menoleh lagi dan melihat tidak ada yang berubah dari yang dilihatnya barusan.

Vanya meletakkan ponselnya. "Kamu marah?"

Rionard tidak menjawab.

"Jangan buat aku takut." ucap Vanya

Rionard berjalan mendekati Vanya. "Kamu yang buat aku takut."

"Takut? Karena apa?" bingung Vanya.

"Aku tahu kamu mau kasi surprise, prank atau apalah itu. Tapi aku gak suka dengan foto yang kalian buat."

"Rio.. Aku itu sama Brandon gak ada apa-apa. Itu hanya untuk ngerjain kamu. Setelahnya udah, semuanya kembali normal."

"Tapi kenapa harus pake cara itu? Kamu tahu betapa takutnya aku waktu liat foto itu? Aku hampir gila Vanya!" ucap Rionard meninggi.

Vanya tersenyum mendengar ucapan Rionard, ia menemukan sesuatu pikirnya.

Vanya berdiri dan memeluk Rionard dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Rionard. "Aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Aku pikir kamu gak masalah dengan hal itu."

Rionard memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali. "Aku takut Van. Aku takut kehilangan kamu." membalas pelukan Vanya.

"Aku minta maaf. Aku gak akan buat kamu takut lagi." sesal Vanya.

Lama mereka terdiam dalam pelukan, akhirnya Vanya melepaskan pelukannya. Belum Vanya benar-benar melepaskan pelukannya, Rionard menariknya kembali dan memeluk pinggang Vanya erat.

"Kamu tahu kamu salah?" tanya Rionard.

Vanya membalas dengan mengangguk.

"Dan kesalahan yang kamu buat, ada konsekuensinya." ucapnya sambil menaikkan satu alisnya.

Seketika tubuh Vanya menegang merasakan sesuatu yang sedang menekan perutnya.

"Rio, kamu-" ucap Vanya tertahan.

***

31/08/19

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang