Cahaya pagi menembus masuk dari dinding kaca yang ditutupi sehelai kain putih tipis. Vanya tersadar dari mimpi indahnya yang menurutnya berbeda kali ini. Ia mengucek matanya dan setelah kesadarannya kembali normal, ia terdiam sejenak. Ia merasakan ada yang sedikit berbeda dari tubuhnya.
Vanya mengintip dibalik selimutnya yang otomatis membuat matanya membesar.
"Apa yang terjadi semalam?" pikirnya kacau.
Vanya memberikan otaknya sejenak waktu untuk berpikir. Ia mengulang semua kejadian semalam, dan..
"Astaga! Apa yang aku lakukan semalam?" sambil dirinya menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya melewati kepala.
Setelahnya tiba-tiba ia bangun dan duduk. Ia meraba-raba, mencari sesuatu disitu.
"Apa yang kamu cari? Ada yang hilang?" ucap seseorang yang sontak membuat Vanya kaget.
Vanya menelan salivanya melihat pria yang berjalan mendekatinya sedang dalam keadaan topless. Apalagi dengan tubuhnya yang dibasahi keringat semakin menambah keseksiannya.
Rionard berjalan mendekatinya, "Morning." ucapnya sambil memberikan kecupan tanpa adanya rasa bersalah.
Vanya membalas dengan tatapan tajam. "Apa yang kita lakukan semalam?"
"Apa?" tanya Rionard.
"Kok tanya balik?" kesal Vanya.
Tiba-tiba terdengar suara kekehan dari Rionard. "Aku tahu apa yang kamu cari? Pasti kamu mencari jejak hasil perbuatan kita berdua kan?"
"Kenapa memangnya, apa salah?" Vanya menaikkan nada bicaranya.
"Emangnya kamu masih perawan? Nyatanya gak ada bekas noda darah disini." sambil matanya mencari sesuatu di atas kasur.
"RIONARD! Aku belum pernah disentuh pria manapun!" teriaknya kesal.
"Hmm.. Begitu ya?" tanyanya ragu.
"Aku gak becanda dengan kamu. Jawab yang benar!"
"Kalo iya kenapa, kamu marah, menyesal?"
Seketika terlihat airmata menggenang di mata Vanya.
"Van, kamu nangis?" kaget Rionard.
"Aku benci kamu!" marah Vanya.
Rionard merapatkan duduknya didekat Vanya. Ia memegang pundak Vanya.
"Lepaskan! Jangan kamu sentuh-sentuh aku!"
"Hei.. Van, aku minta maaf. Dengarkan aku dulu." Rionard mencoba menjelaskan.
"Apa lagi yang perlu aku dengar. Kamu sudah memperjelasnya tadi." sambil tangannya menepis tangan Rionard yang selalu mencoba untuk memegang pundaknya.
"Aku gak ada memperjelas apapun Van. Aku hanya bilang kalau." jelasnya.
"Kita gak ada melakukan apapun semalam. Aku akui, aku benar-benar tidak bisa menahan diri. Tapi aku bukan pria jahat yang memanfaatkan kondisi kamu. Aku mau saat kita benar-benar dalam keadaan sadar." jelasnya lagi.
"Kamu gak bohong kan?" tanya Vanya meyakinkan.
Rionard menggeleng. "Gak Van. Semalam kita gak melakukan apapun."
"Tapi kenapa aku bisa begini?" tanya Vanya lagi.
"Begini gimana?"
"Ck! Gak perlu aku jelasin kan? Kamu pasti udah ngerti dengan liat kondisi aku sekarang."
"Bilang aja kamu lagi naked Van. Telanjang." Rionard menjelaskan.
Wajah Vanya seketika memerah menahan malu.
"Keluar sana! Aku gak jadi nanya." ketus Vanya.
"Kok jadi ngambek?"
"Kalo aku suruh keluar, ya keluar. Gak dengar?"
"Oke.. Oke.. Aku jelasin. Oh ya, mulai malam ini aku tidur disini. Bareng kamu."
"Apa kamu-" ucap Vanya tertahan karena Rionard menciumnya.
"Tidak ada bantahan!" tegas Rionard.
"Aku memang yang membuka pakaianmu. Itu karena kamu muntah. Tapi hanya pakaian luar saja. Seterusnya kamu yang membukanya sendiri. Aku berniat mengganti pakaianmu setelahnya, tapi kamu malah tertidur pulas. Ya sudah, alhasil begitu jadinya." jelasnya rinci.
"Hahahaha.. Pasti kamu mengarang bebas. Mana mungkin aku membuka pakaian dalamku?" pikirnya tak yakin.
"Sayangnya tidak ada CCTV disini. Kalo ada, kamu pasti akan kebingungan dengan apa yang kamu lakukan semalam."
"Itu gak mungkin." ucapnya tak percaya.
"Terserah. Tapi itu kenyataannya."
"Kamu tahu, rasanya semalam aku ingin mati. Tubuhmu itu selalu membangkitkan gairahku, walaupun hanya sedikit aku menyentuhmu. Dan disaat seperti itu, aku tidak bisa melakukan apapun." lanjut Rionard.
"Kalo gitu, mati saja sekarang."
"Tidak masalah, tapi kamu jangan menyesal kalau sebelum aku mati, aku akan menyerangmu habis-habisan." goda Rionard.
"Dasar pria mesum."
"Dan pria mesum ini adalah pacarnya."
"What?" kaget Vanya.
"Vanya, aku sudah tahu semuanya. Dan aku juga sudah mengerti dengan kekacauan yang terjadi pada diriku akhir - akhir ini. Mulai semalam, kamu adalah milikku." jelas Rionard.
"Tapi gak ada persetujuan dari aku." bantah Vanya.
"Kamu sudah menyetujuinya semalam." Rionard mengingat.
"Itu pasti karena pengaruh aku mabuk."
"Dan aku lebih percaya perkataan orang mabuk." sambil berdiri dari duduknya.
"Aku tunggu kamu setengah jam lagi. Kita akan sarapan diluar." perintahnya lalu memberi kecupan di leher Vanya.
"Jangan membantah, kalo tidak mau aku serang sekarang."
***
29/08/19
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adult Senior (Complete)
Fiction généraleBagaimana perasaan seorang Vanya Samantha ketika ia bertemu kembali dengan seorang pria yang pernah ia sukai saat masih berumur 13 tahun? Dan rahasia apa yang ditemukannya saat ia menjalin hubungan dengan sang senior? Bijak dalam memilih bacaan (21...