Vanya meringkuk diatas kasur dengan mata terpejam. Matanya terlihat sembab. Sudah 2 hari ia tidak melakukan aktivitas apapun selain bekerja. Hatinya sedang kacau saat ini. Dirinya benar-benar terpukul dengan kenyataan yang baru diterimanya.
Sahabatnya Lidya hanya bisa memandangnya dengan iba. Lidya mengkhawatirkan kondisi Vanya sekarang ini. Wanita yang sedang dilihatnya itu hanya makan sekali saja dalam sehari, itupun harus didahului dengan bujuk dan rayu.
Ting Tong..
Lidya membuka pintu saat mendengar bel berbunyi, dan tanpa permisi orang itu melangkah masuk kedalam. Ia berjalan menuju kamar Vanya dan Lidya terus mengikutinya dari belakang.
"Vanya sudah makan?"
"Sama kayak kemarin, cuma sekali aja."
Orang itu masuk kedalam kamar Vanya dan melemparkan jasnya ke atas meja rias Vanya. Ia berjalan ke arah ranjang dan duduk di situ. Ia mengusap wajah Vanya dengan lembut dan memberikan kecupan di bagian pelipisnya.
"Boleh tinggalkan kami berdua?"
"Ok. Kalo ada perlu, panggil aja."
"Iya, terimakasih."
Lidya beranjak dari tempatnya berdiri dan meninggalkan kamar Vanya.
Vanya menggerakkan tubuhnya karena merasakan ada seseorang yang menyentuh kulit wajahnya.
"Rio?" tanyanya saat ia membuka mata dan hanya dibalas senyuman dengan anggukkan kepala.
"Kapan kamu balik? Bukannya dua hari lagi?"
"Harusnya. Tapi kamu lebih penting. Aku gak bisa konsen kerja kalo kamu kayak gini."
"Maaf." ucap Vanya lemah.
"Aku yang harusnya minta maaf."
Vanya tersenyum lesu. "Untuk apa?"
Rionard melepaskan sepatunya, berbaring disamping Vanya dan memberikan wanita itu pelukan hangat.
"Harusnya tempo hari aku langsung cerita sama kamu soal ini. Tapi hari itu aku harus menunggu laporan satu lagi."
"Jadi kamu tahu kalo aku anak pungut? Pasti kamu gak suka kan?" isak Vanya.
"Sssttt.. Jangan lagi pernah berpikir kayak gitu. Aku sayang sama kamu itu bukan karena latar belakang kamu. Tapi karena kamu. Kalopun aku gak suka, aku bakal kabur. Gak akan kesini nemuin kamu."
"Aku akan mencari orangtua kamu. Kebenarannya adalah kamu bukan anak pungut, tapi seseorang memberikan kamu pada ayahmu."
Vanya mendorong tubuh Rionard dan sedikit mendongak keatas melihat wajah Rionard yang berada diatas kepalanya.
"Tapi ayah bilang, aku ditemukan ditepi jalan. Itu artinya ayah gak kenal siapa orangtua aku."
Rionard menggeleng. "Gak Van, ayah kamu pasti kenal dengan orangtua kamu."
"Aku mau semuanya terungkap Ri. Aku harus tahu alasan kenapa orangtuaku gak menerimaku."
"Aku akan cari tahu. Dan kamu tidak usah takut, meski orang lain menolakmu, aku adalah orang yang akan selalu menerimamu." jelas Rionard dengan setelahnya memberi kecupan di kening, kedua mata, hidung dan bibir Vanya.
***
Lidya mengetok pintu kamar Vanya, dan membuatnya bangun dari tidur nyenyaknya. Vanya membuka pintu kamar sambil mengusap matanya.
"Ada apa Lid?" Vanya mengerjapkan matanya.
"Kamu gak kerja? Udah hampir jam 7 lo Van."
"Yang benar?" Vanya meyakinkan dirinya dengan menolehkan kepalanya melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adult Senior (Complete)
Ficción GeneralBagaimana perasaan seorang Vanya Samantha ketika ia bertemu kembali dengan seorang pria yang pernah ia sukai saat masih berumur 13 tahun? Dan rahasia apa yang ditemukannya saat ia menjalin hubungan dengan sang senior? Bijak dalam memilih bacaan (21...