Chapter 28

97.4K 3.9K 25
                                    

"Kak Rio.. Kak Rio.."

Terdengar suara teriakan seseorang dari lantai dasar.

Rionard terbangun dari tidurnya dan mencoba mendengar sumber suara.

Vanya juga ikut terbangun karena suara itu berkali-kali memanggilnya nama orang yang sedang memeluk dirinya itu.

"Ri.. Ada yang cari kamu." Vanya mengerjapkan matanya.

Rionard duduk dan kemudian ia membulatkan matanya karena ia sudah lebih jelas mendengar suara itu.

"Adel?"

"Adel?" tanya Vanya.

Rionard tidak menghiraukan pertanyaan Vanya. Ia segera menyibakkan selimut kemudian turun memunguti celananya yang tercecer di lantai.

Dengan sedikit tergesa-gesa Rionard memasang celananya dan meraih asal kaos yang ada di dalam lemari.

Rionard keluar dari kamar dan berjalan setengah berlari menuruni tangga.

"Kak Rio.." teriak seseorang kegirangan.

Kemudian keduanya berpelukan sambil menggoyang - goyangkan tubuh.

Cup Cup

Perempuan yang bernama Adel itu memberikan kecupan di pipi kanan dan kiri Rionard.

Tanpa disadari, Vanya melihat aksi keduanya dari atas. Seketika rasanya ada perapian yang menyala didalam dadanya. Apalagi saat Vanya melihat perempuan itu mencium Rionard. Bukannya marah atau risih, Rionard malah membalas mencium perempuan itu di puncak kepalanya.

"Kenapa kakak gak kasi tahu kalo bakalan kesini? Kalo tahu kan, dari kemarin aku datang. Setidaknya aku bisa buatin sesuatu untuk kakak."

"Anggap aja surprise." jawab Rionard.

"Kak, kenapa makin hari makin tampan aja sih? Kalo aku jatuh cinta terus sama kakak gimana?"

"Berarti selamanya kamu gak punya pacar. Kan jadinya kamu gak bisa jatuh cinta sama orang lain." ucap Rionard disambut dengan tawa dari keduanya.

"Kak.. jogging yuk. Kakak kan udah lama banget gak kesini. Itung-itung kita olahraga sambil liat-liat daerah sini. Udah banyak banget yang berubah."

"Ide bagus. Ok.. Kamu tunggu sebentar ya, aku ganti pakaian dulu."

Vanya yang berada diatas masih memperhatikan keduanya dengan raut kecemburuan. Dan ia segera masuk kedalam kamar ketika melihat Rionard mulai menaiki tangga.

Setelah mengganti pakaian, Rionard mengetuk pintu kamar mandi karena tahu Vanya berada didalam.

"Van.. Aku pergi dulu ya. Kamu jangan lupa sarapan." ucapnya sedikit berteriak karena bunyi kucuran air didalam kamar mandi.

Vanya tidak menjawab, ia terus melanjutkan aktivitasnya.

***

Malam telah menjelang dan terlihat dua orang sedang bersenda gurau di meja makan. Vanya masih merasa kesal terhadap Rionard. Sejak pagi hingga sekarang Rionard hanya memperdulikan orang lain ketimbang dirinya. Setelah jogging tadi pagi, ia pulang sebentar dan tak lama ia pergi lagi hingga hampir petang.

Vanya menarik kursi dengan wajah tak bersahabatnya.

"Oh ya Van, kenalin ini Adelia. Adel, ini Vanya." ucap Rionard dan keduanya berjabat tangan berkenalan.

"Padahal 5 tahun ini aku berharap kakak bisa jadian dengan aku. Ternyata sudah pilih yang lain. Aku kecewa dengan kakak." ucap Adelia manja.

Rionard mencubit hidung Adelia dengan gemas. "Kamu ini makin besar makin manja ya."

Vanya mengambil nasi, lauk dan sayur dengan kasar. Rasanya darah Vanya mendidih melihat kedua orang itu. Ia menguyah makanannya dengan cepat, sambil menatap Rionard yang sedang asik mengobrol dengan tatapan membunuh.

Setelah makan Vanya beranjak kembali ke kamar. Ia menghabiskan waktunya dengan menonton film drama sebelum ia memutuskan untuk tidur.

Sudah 30 menit Vanya memejamkan matanya, tapi ia belum dapat tidur. Ia akhirnya memutuskan untuk menelfon sahabatnya Lidya.

"Hai Van.. Belum tidur? Oh ya, besok kamu balik kan? Gak enak nih sendirian di apartemen."

"Iya. Besok pulang kok."

"Van.. Jangan sedih terus ya. Apapun yang terjadi dengan kamu, aku akan tetap jadi sahabat kamu."

"Iya, terimakasih ya sahabatku."

"Sama-sama sahabatku yang cantik. Vanya, suara kamu kok gak semangat gitu? Ada masalah?"

"Gak kok."

"Atau kamu ada masalah sama Rio?" tebak Lidya.

"Gak. Cuma bete dikit."

"Betein apa sih Van? Jangan bete dong, ntar Rio mengurungkan niat buat-" ucap Lidya terhenti.

"Buat apa Lid? Kok berhenti?"

"Buat.. Buat.. Aku ngomong apa sih Van? Hahahaha... Kayaknya aku mulai ngelantur deh. Mungkin efek udah ngantuk."

"Lid, kamu pasti sembunyiin sesuatu dari aku?"

"Gak sih kayaknya. Hooammm... Van, udah ngantuk nih. Aku tidur dulu ya. Sampai ketemu besok."

Tut Tut Tut

Vanya memandang ponselnya dengan heran.

"Ada apa ya? Ah, mungkin Lidya salah bicara." batinnya meyakini."

***

03/09/19

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang