Lidya membuka pintu ketika ia mendengar suara bel yang berbunyi.
"Selamat sore, benar Vanya tinggal disini?" tanya seseorang yang terlihat asing di mata Lidya.
Vanya keluar mendengar namanya sedang disebut orang diluar.
Vanya kaget melihat orang yang sedang berdiri diluar. "Mrs. Stewart?"
"Silahkan masuk." tawar Vanya.
"Terimakasih Vanya. Apa kamu sibuk sekarang? Saya ingin mengobrol sebentar dengan kamu di luar."
"Saya tidak sibuk. Boleh tunggu saya sebentar? Saya akan mengganti pakaian saya."
"Baiklah." ucap ramah wanita itu.
Setelahnya wanita yang bernama Tiara itu mengajak Vanya pergi menuju sebuah cafe tak jauh dari kawasan apartemen Vanya.
"Oh ya, perkenalkan nama saya Tiara." memberi tangannya untuk dijabat.
"Saya Vanya." membalas jabatan tangan Tiara.
"Maaf jika saya mengganggu waktu kamu. Saya ingin mengobrol sebentar. Karena saya tidak lama disini, besok saya dan suami harus kembali ke Eropa."
"Tidak apa-apa, saya tidak merasa diganggu." jawab Vanya sedikit gugup.
"Kalian sudah lama menjalin hubungan? Maksud saya kamu dan Rionard anak saya." tanyanya langsung.
"Kalau kenal, sudah lama." jawab Vanya.
"Pacaran?" tanyanya lagi.
"Sekitar sebulan." yakin Vanya.
"Bagaimana Rio sejauh ini?"
"Rio baik."
"Syukurlah."
"Oh ya, minum dulu. Saya minta maaf terlalu banyak memberimu pertanyaan. Saya hanya khawatir pada anak saya. Dia pernah punya pengalaman buruk beberapa tahun lalu. Saya tidak mau itu terulang lagi." sambil tangannya meraih cangkir dan menyeruput minuman yang ada didalamnya.
"Saya mengerti dengan kekhawatiran ibu. Saya mungkin bukan orang yang benar-benar baik. Tapi saya serius dengan perasaan saya. Saya akan terus menjaga perasaan saya." ucap Vanya dengan bersungguh-sungguh.
"Yah.. itulah yang saya inginkan. Saya ingin Rio mendapatkan yang terbaik. Wanita yang mencintainya dengan tulus."
"Beberapa waktu ini saya juga telah melihat perubahan yang terjadi pada anak saya. Selama 5 tahun ini dia menjadi orang yang dingin, emosional, dan gila kerja. Dia tidak peduli dengan sekitarnya. Tapi beberapa waktu ini dia mulai seperti dirinya yang dulu." ungkap Tiara.
Vanya mengangguk membenarkan.
"Hmm.. Vanya, boleh ceritakan sedikit tentang keluargamu?"
"Mmm.. Saya anak tunggal tanpa ibu. Ibu saya meninggal saat melahirkan saya. Saya dirawat kakek sejak bayi."
"Ayah?"
"Ayah saya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Jadi dia bekerja pindah dari satu tempat ketempat lain. Jadi beliau tidak banyak merawat saya."
"Apa hubungan kalian baik?"
"Ya."
Tiara terdiam sesaat memandang Vanya.
"Apa ibu tidak menyukai latar belakang saya?" tanya Vanya.
"Ah tidak. Saya hanya merasa teringat dengan seseorang." ucapnya seraya tersenyum.
"Baiklah, sekarang saya harus pergi. Saya ada janji setelah ini."
Tiara berdiri dari duduknya meraih tas diatas meja.
"Vanya, saya berharap kalian dapat menjalin hubungan dengan baik. Tolong jaga perasaannya. Karena saya begitu kenal anak saya. Dia tidak pernah main-main saat mencintai seseorang."
"Iya. Saya janji." ucap Vanya lega karena merasa mendapatkan restu dari Tiara, ibu Rionard.
***
Vanya dan Lidya berbelanja beberapa baju di mall, karena mereka mendapatkan voucher belanja. Saat Vanya pergi kebagian pakaian pria, ia mencoba melihat-lihat setelan jas yang tersusun rapi ditempatnya. Ia bergidik ngeri saat melihat label harga disitu. Harganya setara dengan 2 bulan gajinya.
Ia berjalan melihat-lihat pakaian disitu, tanpa sengaja ia menangkap sesuatu dari kejauhan. Ia meyakini pandangannya. Vanya berjalan cepat dan meraih lengan seseorang yang sedang mengambil beberapa pakaian disitu.
"Bibi?" panggil Vanya mengagetkan orang itu.
"Vanya? Kamu kenapa disini?"
"Bibi yang ngapain kesini? Bukannya bibi sakit?"
"Ah iya. Sudah agak sehat sekarang. Bibi hanya mau refreshing aja. Suntuk dirumah."
Tidak lama Vanya menolehkan kepalanya melihat seorang pria mendekati mereka.
"Sayang, kapan kamu minta uang lagi dengan keponakan bodohmu itu? Uangku sudah hampir habis." ucap pria muda itu yang sontak membuat wanita paruh baya itu gelagapan.
Vanya membulatkan matanya. "Aku tidak salah dengar kan bi?"
"Kamu salah dengar Vanya." sambil matanya melotot memberi kode pada pria disampingnya.
"Jadi selama ini bibi bohong?"
"Jangan dengarkan dia." rayu bibinya.
"Telingaku tidak tuli bi. Aku dengar semuanya." marah Vanya.
"Mulai sekarang aku tidak akan pernah membantu bibi lagi. Apa kalian tidak pernah berpikir aku dengan susah payah bekerja, dan kalian memanfaatkanku untuk kesenangan kalian?" tangis Vanya pecah.
Lidya berlari menemukan Vanya yang tengah menangis. Ia menenangkan Vanya.
"Dasar parasit!!" teriak Vanya emosi.
PLAKK!
"Apa kamu bilang? Dasar tidak tahu diri kamu! Jadi ini balasanmu? Kamu harusnya berterimakasih pada kami. Kalau bukan kami, kamu itu sudah jadi anak gelandangan." ungkapnya marah.
"Kakakku memungutmu di jalanan. Kau tahu itu?" lanjutnya marah.
"Bibi bohong kan?" tangis Vanya sambil menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa aku bohong. Kau tanya sendiri pada ayahmu!" ucapnya membenarkan sambil berlalu pergi meninggalkan Vanya yang terduduk menangis.
Vanya berdiri dan menghapus sisa airmatanya. "Lid, aku harus bertemu ayahku sekarang!"
***
01/09/19
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adult Senior (Complete)
Narrativa generaleBagaimana perasaan seorang Vanya Samantha ketika ia bertemu kembali dengan seorang pria yang pernah ia sukai saat masih berumur 13 tahun? Dan rahasia apa yang ditemukannya saat ia menjalin hubungan dengan sang senior? Bijak dalam memilih bacaan (21...