Chapter 42

66.2K 3.1K 14
                                    

Rionard menyayangkan sikap orangtuanya saat ini. Rencana yang sudah disusunnya dengan baik, tiba-tiba hancur seketika karena seorang wanita bernama Olivia Darmawan.

Rionard meninggalkan Vanya, Helmi dan Joanna yang masih tinggal di meja makan. Rionard berlari menaiki tangga mengejar orangtuanya untuk meminta penjelasan.

"Mom, dad! Aku tidak suka dengan sikap kalian yang seperti ini!"

"Maafkan mommy."

"MOMMY!" tangannya mencengkeram tangan Tiara erat.

"RIONARD!" tangan Benedict menepis tangan Rionard.

"AKU PERLU PENJELASAN SEKARANG!!" amarahnya mulai memuncak.

"DADDY TIDAK MAU BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA SEORANG KRIMINAL!!!" emosi Benedict meledak.

"Kriminal?" Rionard menatap kaget.

"Ya! Wanita itu pernah membuat daddy hampir kehilangan dua orang yang sangat daddy cintai. Mommy dan kamu."

Rionard mematung mendengar perkataan Benedict. Apa lagi sekarang? pikirnya. Lagi-lagi semuanya berhubungan dengan kriminal. Dan terparahnya, ibu Vanya pernah membuatnya dan ibunya hampir kehilangan nyawa.

"Aku harus mencari tahu soal ini!"

***

Helmi hanya mampu menatap Vanya dengan perasaan sedih, karena melihat Vanya yang terus diam dengan mata bengkaknya, tidak mau berbicara sedikitpun sejak mereka memilih pulang saat Rionard pergi menyusul orangtuanya untuk meminta penjelasan.

Jujur, ia merasa kecewa dengan sikap orangtua Rionard. Tapi ia sendiri tidak bisa memarahi atau memaki orangtua Rionard karena pernikahan yang tidak disetujui mereka. Karena mereka pasti punya alasan kenapa membenci wanita yang pernah dicintainya beberapa tahun silam.

"Vanya, kamu istirahat ya. Kamu harus bekerja besok. Jangan sampai kamu sakit." ucapnya tanpa ada jawaban dari Vanya.

Helmi berjalan perlahan mendekati Vanya. Ia mengelus rambut halus Vanya. "Apa kamu marah dengan orangtua Rionard?"

Vanya mendongakkan wajahnya dengan tatapan pilu. "Vanya tidak marah. Vanya hanya sedang bingung, apa ibu membuat kesalahan besar dengan keluarga Rionard?"

Helmi menggeleng. "Ayah juga tidak tahu."

"Ayah.."

"Ya?"

"Boleh ceritakan sedikit tentang ibu?"

Helmi menghela sejenak napasnya dan menarik kursi disebelah Vanya.

"Apa yang mau kamu tahu?"

"Apa ibu Vanya cantik?"

Helmi tersenyum dan mengangguk. "Ya. Ibumu cantik sepertimu."

"Apa ibu seorang yang pintar?"

"Ibumu itu salah satu lulusan terbaik di universitasnya. Sudah pasti dia pintar."

"Apa lagi yang mau kamu tahu?" sambung Helmi.

"Ayah, apa ibu tidak punya keluarga disini?"

"Mungkin ada. Tapi setahu ayah, sejak kepergiannya keluar negeri, keluarganya juga ikut pindah kesana. Mungkin mereka memulai bisnisnya di Amerika."

"Seandainya saja Vanya bisa bertemu ibu.. karena Rionard bilang, ibu ada di Indonesia-"

Tiba-tiba Vanya menegakkan tubuhnya, ia mencari ponselnya yang berada didalam tasnya.

Helmi bingung melihat gerakan Vanya yang tiba-tiba. "Ada apa Vanya?"

"Vanya lupa menghidupkan handphone."

Benar saja, ketika ia meraih dan menghidupkan ponselnya, ia melihat banyak pesan dari Rionard.

Tak lama ponselnya berdering. Vanya segera menerima panggilan dari pria yang sudah mengiriminya 10 pesan.

"Halo.."

"Van.. Kenapa kamu gak tunggu aku?"

"Maaf.."

"Ri.. Aku minta maaf soal ibu. Benar-benar minta maaf. Aku gak tahu kalo akhirnya kayak gini." sambung Vanya dengan suara terisak.

"Van.. Ini masalah orangtua kita. Yang punya masalah itu ibu kamu, bukan kamu."

"Tapi biar bagaimanapun, aku ini anaknya. Pasti sulit orangtua kamu menerima aku."

"Dengarkan aku! Terima atau tidak terima, kita harus tetap menikah!"

"Rio.."

"Vanya.. aku akan mempercepat pernikahan kita."

***

18/09/19

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang