Chapter 66

75.4K 3.4K 116
                                    

"Ayah, apa kabar?" tanya Vanya sambil tangannya mengusap tanah tempat Helmi beristirahat sekarang. "Maaf, Vanya baru datang hari ini. Ayah-"

Vanya menundukkan kepalanya dan terisak. "Vanya minta maaf pernah menuduh ayah. Vanya sempat kecewa pada ayah. Maaf juga-" Vanya menahan tangisannya. "Vanya tak bisa memberikan banyak waktu bersama ayah. Harusnya kita menghabiskan banyak waktu kemarin. Dan kalau seandainya Vanya menunggu ayah lebih lama, pasti ayah bisa memeluk Vanya." Ia semakin terisak. "Maaf ayah.."

Brandon dan Lidya yang berada di samping Vanya, ikut menatap haru sambil menenangkan Vanya. Helmi yang dikatakan tak bersalah, ikut menjadi korban dalam masalah Olivia. Apalagi sampai dihari Helmi meninggal, ia tak pernah tahu bahwa Vanya bukan anak kandungnya.

Lama Vanya menumpahkan kesedihannya, hingga akhirnya ia beranjak dari situ setelah sebelumnya ia berpesan kepada penjaga makam untuk selalu memperhatikan makam ayahnya.

"Kalian berapa lama di Bali?" tanya Brandon saat ia baru menjalankan mobilnya.

"Mungkin sebulan." jawab Vanya.

"Gila! Kenapa gak sekalian pindah aja kalian? Kerja aja di Bali."

"Aku sih senang. Tapi itu gak bakal mungkin." sahut Lidya.

"Iya pasti gak mungkin.
Pasti nanti ada yang guling-guling karena gak mau LDR-an."

"Siapa?" tanya Brandon pura-pura.

"Ada pokoknya. Dia cowok paling rese' yang pernah aku temuin."

"Gak apa-apa yang penting dia care sama kamu." sahut Vanya.

"Nah, benar tuh.. Beruntung banget yang dapatin aku. Aku masih bisa bagi waktu untuk ngantarin kalian ke bandara. Coba liat Vanya, mana tuh si Rio? Sibuk aja dari kemarin."

"Ya iyalah, perusahaan yang kamu urus itu gak banyak. Sedangkan Rio, kamu gak liat tuh anak perusahaannya dimana-mana?" sahut Lidya.

"Bisa diam gak kalian?!" tegas Vanya.

Keduanya terkejut dan memilih untuk diam. Mereka berdua salah telah menyebut nama Rionard. Pasalnya sudah dua hari Vanya sulit menghubungi Rionard yang tengah berada di Singapore. Selama dua hari disana, Rionard baru sekali memberinya kabar. Oleh karena itu, Vanya enggan menghubunginya lagi. Biarkan saja sampai pria itu yang mencarinya sendiri, pikirnya.

Rasanya ingin sekali Vanya membuang ponsel yang diberikan Rionard padanya. Kalau bukan karena ponselnya yang hilang dilempar entah kemana dengan Nala, ia pasti tak akan menerima ponsel dari Rionard. Untuk apa ia menerimanya, jika menghubungi orang yang memberinya susah sekali. 

"Kak, aku pergi dulu ya.." pamit Vanya sambil sedikit memberi pelukan.

"Oke. Hati-hati ya. Jangan lupa sering kasi kabar."

"Oke kak." sahut Vanya.

"Van, lihat-lihat Lidya ya. Jangan biarin dia dekat sama bule."

"Iya, ntar aku suruh Lidya nikah aja dengan bule disana."

Mata Brandon melotot. "Awas aja ya!"

Keduanya terkekeh melihat Brandon yang begitu marah. Ia tak mau Lidya menyukai pria lain selain dirinya.

***

Sudah tiga hari Vanya dan Lidya menikmati liburan mereka di Bali. Selama tiga hari mereka sudah berkeliling ke banyak tempat tak lupa juga mencicipi kuliner khas Bali.

Beberapa bulan lalu Vanya memang pernah ke Bali bersama Rionard, tapi hanya sebentar. Kalau tidak karena Brandon, Vanya tak akan menikmati suasana kota Bali.

My Adult Senior (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang