Vanya sedang sibuk mencari buku yang dipesan Adelia. Anak itu memang sudah jarang menghubungi Rionard, sekarang dirinya lah yang menjadi tumbal.
Hampir setiap malam, Vanya diganggu Adelia lewat panggilan telepon. Anak itu selalu merengek supaya Vanya mendengarkan curhatannya. Anak manja pikirnya. Tapi meskipun begitu, Vanya menyayanginya seperti saudaranya sendiri.
Lagipula dari kecil Vanya memang tidak terlalu dekat dengan sepupunya. Entah mengapa, Vanya seperti dijauhi keluarganya. Mungkin karena mereka tahu Vanya hanya anak pungut. Jadi dirinya merasa senang, ada orang yang mau dekat dengannya.
"Vanya ya?" Vanya mendengar suara seseorang menyebut namanya.
"Tante Ina?"
"Kamu cari apa? Kamu anak kedokteran?"
"Oh bukan.. Saya cari buku pesanan teman saya."
"Oh gitu. Kok sendirian? Pacar kamu yang hari itu mana?"
Vanya mengingat-ingat, rasanya Rionard sudah lama tidak berkunjung ke apartemennya. Terakhir waktu sebelum mereka pergi ke villa di daerah puncak.
"Pacar? Maksud tante siapa?"
"Yang waktu itu. Waktu saya kembalikan dompet kamu. Itu pacar kamu kan?"
Vanya mengingatnya. "Oh maaf tante. Itu teman saya."
Ina tertawa sambil menutup mulutnya. "Maaf kalau begitu. Saya pikir itu pacar kamu."
"Vanya, setelah ini kamu ada acara?"
Vanya menggelengkan kepalanya. "Gak ada. Ada apa ya tante?"
"Kalau kamu tidak keberatan, saya mau ajak kamu ketempat saya. Saya ada buat chocolate cake tadi. Ya.. Karena saya tinggal sendiri kan, gak ada yang bantu makan. Kalau kamu gak bisa, gak apa-apa juga."
"Bisa kok tante. Lagian kita satu gedung apartemen kan? Sekalian sama-sama pulang."
Setelah menemukan buku yang di cari, Vanya langsung menyelesaikan pembayarannya dan pulang bersama Ina.
"Silahkan masuk Vanya.." ajak Ina ketika ia membuka pintu apartemennya.
Vanya melangkah masuk membuntuti arah langkah Ina. Setelahnya Ina mempersilahkan kan Vanya duduk di kursi mini bar nya.
"Tante gak ada keluarga disini?"
Ina mengeluarkan chocolate cake yang didinginkan nya didalam lemari es. "Gak ada Van."
"Anak atau suami?"
"Saya sudah bercerai dan.." ucapnya tertahan sambil tangannya meletakkan chocolate cake nya diatas meja bar.
"Anak saya sudah meninggal." ucapnya sedih.
"Maaf tante, jika pertanyaan saya membuat tante sedih." sesal Vanya.
"Gak apa-apa. Itu memang kenyataannya." Ina tersenyum sambil memotong-motong cake nya.
"Kamu sendiri? Sepertinya kamu tinggal bersama teman. Atau mungkin saudara kamu."
"Itu teman saya tante."
"Orangtua kamu?"
"Saya hanya punya ayah. Saya harus tinggal di sini karena dekat dengan tempat kerja saya." ucapnya dengan senyuman.
Ina terdiam sejenak memperhatikan wajah Vanya dengan tatapan sendu.
"Tante, ada apa?"
"Ah maaf. Saya tiba-tiba teringat dengan anak saya. Kalau dia masih hidup, mungkin sudah seusia kamu. Oh ya, silahkan dinikmati. Maaf ya kalau kurang enak."
Vanya segera mencicipi cake yang disodorkan padanya. "Wah.. Enak banget tante. Rasa dan teksturnya pas banget."
"Benar? Syukurlah.." Ina mengelus dadanya lega.
"Kapan-kapan kamu kesini lagi ya. Setiap hari juga gak apa-apa kalau kamu sempat. Saya senang banget kalau ada yang nemanin saya. Kita bisa makan bareng, ngobrol bareng."
"Iya tante. Kalau saya gak sibuk, saya sempatin kesini." angguk Vanya setuju.
"Vanya.. Saya angkat telfon dulu ya." ucapnya sambil membawa ponselnya yang berdering.
Vanya turun dari tempat duduknya hendak mengambil air putih yang berada di seberang mejanya. Karena merasa tubuhnya oleng, tanpa sengaja tangan Vanya menjatuhkan tas Ina yang diletakkannya diatas meja bar.
Tas yang tidak tertutup sempurna, akhirnya membuat isi di dalamnya terjatuh ke lantai. Dengan segera Vanya membereskan barang-barang yang sudah berceceran di lantai.
Vanya memasukkan alat - alat kosmetik, charger, dompet, powerbank, dan notebook kecil kedalam tas Ina. Tanpa disengaja nya ia menjatuhkan sebuah lembaran foto yang berada didalam notebook. Vanya sempat melihat sekilas foto itu, sebelum tangan Ina menarik foto itu dari tangan Vanya. Vanya ingat, di foto itu ada 3 orang wanita disisi kiri dan 3 orang pria disisi kanan. Vanya tidak sempat melihat keseluruhan wajah - wajah itu, tapi ada satu wajah yang sempat dengan jelas dilihatnya.
"Maaf tante, saya gak sengaja menjatuhkannya."
"Gak apa-apa Vanya." sambil tangannya cepat menyembunyikan foto yang sempat ditariknya barusan.
"Vanya.. Sepertinya saya ada urusan sebentar lagi."
"Oh kalau begitu, saya permisi pulang tante."
"Maaf Vanya, saya tidak bermaksud mengusir kamu."
"Gak apa-apa tante. Tante kan memang punya urusan."
"Lain kali kamu kesini lagi ya.."
"Oke tante."
Tak lama Vanya keluar dari pintu apartemen Ina. Sambil berjalan menuju apartemennya, Vanya berusaha mengingat wajah orang yang dilihatnya tadi.
"Ah.. Kenapa wajah itu dekat sekali. Ayo Vanya, coba diingat!!!" gerutunya dalam hati.
***
"Hey.. Kenapa melamun?" tegur Rionard sambil tangan sebelahnya meraih dagu Vanya.
"Gak ada apa-apa. Aku hanya teringat dengan foto tadi." sambil matanya menatap kearah lain masih berusaha mengingatnya.
"Foto apa? Cerita yang jelas."
"Aku pernah cerita soal orang yang baru aku kenal?"
"Siapa? Dimana?" tanya Rionard semakin bingung.
"Namanya Tante Ina. Dia tinggal di lantai 11 apartemen yang sama dengan aku."
"Terus?"
"Tadi dia ngajak aku ke rumahnya, terus aku gak sengaja jatuhin tasnya. Pas aku beresin, aku nemuin foto-"
"Ri..." Vanya menoleh kearah Rionard.
"Apa?"
Vanya menangkup wajah Rionard, dan memperhatikannya dengan seksama.
"Aku heran, wajah itu terlihat ada raut wajah kamu. Tapi-"
Vanya membesarkan matanya. "RIO!"
"Apa Vanya?"
"Itu kayaknya wajah Mr. Benedict, ayah kamu. Aku rasa penglihatan aku gak salah."
"Mungkin mirip aja Vanya.."
"Gak. Aku yakin itu ayah kamu!"
***
16/09/19
Terimakasih banyak untuk pembaca yang terus setia membaca cerita aku. Mungkin banyak yang merasa bingung dengan jalan ceritanya. Semuanya akan pelan-pelan dijelasin ya nantinya.
Cerita ini masih belum menuju ending. Semoga tetap setia menunggu ya.. 😉Aku usahain dalam seminggu ini akan up terus.
Kalo gak malam ini mungkin besok aku akan up Chapter 40. Sesungguhnya aku udah berdebar² 😩 untuk nulis chapter² kedepan. Rasanya gk mau up. Tapi itu sebuah keharusan!Selamat menikmati cerita cinta Vanya dan Rionard yang penuh dengan kejutan. ☺

KAMU SEDANG MEMBACA
My Adult Senior (Complete)
General FictionBagaimana perasaan seorang Vanya Samantha ketika ia bertemu kembali dengan seorang pria yang pernah ia sukai saat masih berumur 13 tahun? Dan rahasia apa yang ditemukannya saat ia menjalin hubungan dengan sang senior? Bijak dalam memilih bacaan (21...