<5>

211 23 2
                                    

Rara dan Nabila kini telah berada di dalam kelas menunggu Bu Widya masuk untuk memberikan ulangan.

"Bil!" panggil Rara dari samping. Nabila sedang fokus membaca buku. Nabila hanya melirik.

"Beri jawaban ya entar," seketika Nabila menendang meja milik Rara, membuat suara bising.

"Tai! Belajar sana." Nabila kembali fokus pada bukunya. Nabila sebenarnya sudah belajar sejak semalam. Tetapi kebiasaan Nabila hanyalah membaca buku jika ia menunggu guru masuk.

Pasalnya jika ia menanggapi temannya, mereka berdua hanya akan bergosip terus menerus.

Setelah beberapa menit, pintu kelas terdorong, tanda bahwa seseorang akan masuk. Siswa siswi yang tadinya hanya berwajah santai, seketika berubah saat melihat Bu Widya masuk.

Lain halnya dengan Nabila, ia bingung melihat Bu Widya masuk tanpa membawa kertas ulangan.
"Tuh anak yang namanya Farhan, beneran di kelas ini ya. Ulangan jadi di undurin deh," batin Nabila.

"Selamat siang anak-anak." Bu Widya memulai pembicaraannya.

"Siang Bu!" serentak satu kelas.

"Ulangannya di undur dulu," tidak ada suara, walau sebenarnya di dalam relung hati semua murid sedang berteriak senang.

"Kok di undur Bu?" Nabila mengangkat tangannya, dan bertanya tanpa di persilahkan.

Bu Widya tersenyum sejenak lalu melirik ke arah pintu masuk.
"Silahkan masuk."

Seketika semua kaum hawa merasa adanya pangeran berkuda putih sedang memasuki kelas mereka. Farhan, cowok yang cool, tampan, dan badan bak model tersebut melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dan berdiri tepat di samping Bu Widya.

Rara hanya melotot melihat kedatangan lelaki yang sedari tadi ia kenal itu. Beda halnya dengan Nabila, yang hanya membuang penglihatannya ke sebuah buku tebal di depan mata.

"Baiklah anak-anak, kita kedatangan murid baru. Dia baru memulai public school untuk pertama kali. Jadi mohon kalian membantunya. Farhan perkenalkan dirimu." Farhan melangkahkan kakinya maju satu langkah.

"Siang. Nama saya Farhan Monasterio."

"Nomor handphone ada?"

"Akun sosmed?"

"Punya pacar?"
Semua cewek-cewek mulai bertanya.

"Khem... Baik anak-anak. Nanti tanyanya ke Farhan ya. Oh iya, Farhan duduknya di samping Nabila ya. Rara pindah ke bangku ke belakang." Rara seketika melotot lalu menunjuk dirinya sendiri. Bu Widya mengangguk mengiyakan.
Tetapi, yang berdiri dan pindah ke belakang bukan Rara, tapi Nabila.

Rara langsung menatap Nabila dengan tatapan 'kau adalah dewi ku' dengan artian seperti itu.

Nabila hanya memutar bola matanya malas menanggapi. Farhan telah duduk di bangku milik Nabila. Rara yang sedari tadi terpukau dengan lelaki tersebut terhenti saat Bu Widya memanggilnya.

"Syakira, ambilkan tas ibu di ruang guru." Rara berdiri dan keluar kelas.

"Bu Widya mah, gak bisa apa ya liat gue bahagia. Natap pangeran kayak Farhan aja, auto terbang gue. Tapi tunggu.... Monasterio, bukannya itu nama keluarga terkenal ya." Rara terus berjalan, tanpa ia sadari ia menabrak Ismi.

"Astaga... An-" mulut Rara terhenti saat melihat yang ia tabrak adalah ketos. "Maaf kak." Rara langsung menunduk.

"Oh. Gak papa kok, sans aja. Deluan ya." Ismi telah berlalu pergi.

"Huft... Untung gak di semprot gue." Rara mempercepat langkahnya menuju kantor.

Sesampainya di kantor Rara langsung menuju meja milik Bu Widya dan mengambil tas. Saat ia mengambil tas milik Bu Widya ia melihat sebuah novel, ia terfokus dengan logo penerbit novel tersebut.

"Astaga.. Farhan tuh-" Rara berlari meninggalkan ruang guru dan segera kembali ke kelasnya.

...TBC...
|
|
|
Aku tuh hari ini double kerjaan guys. Karena upload di YouTube di sini juga Update. Jadi maaf kalo telat 😅

Kalian kasih like dong, supaya aku lebih semangat. Capek tau 😶

Ya udah deh, terserah kalian. Yang penting jangan judge aku 🤐

Jangan lupa like dan follow aku 💖

Thank you 💙

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang