<18>

106 15 0
                                    

Kak Nahal
Bil aku ada acara ama guru-guru lain di luar. Jadi kamu pulang ama yang lain aja ya.

"Sial!" pekik Nabila. Dengan kesal Nabila membereskan barang-barangnya dan keluar dari kelas.

"Arghh... Kalo gue tau gue tadi ikut ama Rara dan Raya. Kalo kek gini gue mau pulang ama siapa coba, naik angkutan umum, uang gue habis,cih. Kayaknya..." Nabila melangkahkan kakinya ke tempat parkir, dan dengan terpaksa ia membuang nafas pasrah di karenakan ia tak lagi melihat motor milik Farhan. Di saat seperti ini Nabila betul-betul berharap.

Nabila pun terpaksa meniatkan dirinya untuk berjalan kaki. Ia ingin menelfon seseorang di Panti, tapi kesialan menimpa Nabila berkali-kali, hp nya juga lowbat.

Namun ia mendengar suara motor yang mendekati dirinya, dan benar saja saat Nabila membalikkan badanya ia mendapati seseorang dengan motornya. Tetapi, Nabila sedikit kecewa karena yang ia dapati bukannya Farhan, melainkan Gani.

"Mau ikut?" tawar Gani dari atas motornya.

"Gak kak. Makasih. Aku bisa jalan kok. Deluan kak." Nabila membalikkan badannya mantap dan melangkahkan kakinya.

Walau dalam hatinya, "Please gue mau ikut. Gue gak mau kaki gue kayak kaki gajah ntar."

Dan benar saja Gani mengejar Nabila dan berhenti tepat di sebelah Nabila.

"Naik aja kali. Gue anterin ampe depan rumah. Ayo. Gak usah takut ama gue, gak papa kok. Ayo buruan," ajak Gani.

Nabila hanya menatap Gani. Gani menatap Nabila dan meyankinkannya. Dengan terpaksa-walau Nabila bahagia-ia naik ke motor milik Gani.

"Lo punya pacar?" tanya Gani.

"Gak kak." Nabila hanya menjawab datar.

"Lain kali, kalo.gue ajak jalan mau gak?"

" Maaf kak, rumahku udah deket. Kakak fokus aja dulu."  Dan benar saja gang sempit yang tepat menghadap ke Panti Asuhan sudah terlihat, Nabila memilih turun di situ. Gani bersikeras ingin mengantar Nabila hingga depan rumah. Namun, Nabila menolaknya dengan mentah-mentah dan turun dari motor.

"Makasih ya kak. Maaf ngerepotin. See you." Nabila berlari kecil menyusuri gang sempit tersebut.

"Arghh... Kok gue bilang see you sih," batin Nabila.

Saat ia sudah yakin bahwa Gani telah pergi dan tak mengikutinya, ia memilih berjalan santai. Nabila selalu saja terbawa perasaan saat melewati gang ini. Bagaimana tidak, gang ini adalah tempat di mana Nabila di temukan.

"Bunda cepat sembuh ya, aku ingin dengar cerita itu lagi, walaupun Bunda telah menceritakannya beribu kali." Nabila melanjutkan jalannya sambil tersenyum tipis membayangkan Bunda Sonita yang selalu menceritakan kisah saat Nabila di temukan.

Sesampainya di Panti, Nabila mendapati Rara yang sedang berbincang dengan Jon.
"Ngapain lo disini ndut?" Nabila bertanya, dan berlalu pergi. Rara pun mengikuti Nabila dari belakang. Jon kembali ke saudaranya yang lain.

"Ih, lo kenapa dah. Baru dateng muka udah masem kek gitu. Jelek tau!" Nabila tak menggubris jawaban Rara. Dengan terpaksa Rara menghembuskan nafas.

"Gue kesini mau nanya, lo mau pergi jengukin Bunda gak?." Saat Nabila mendengar itu, Nabila menatap Rara dengan penuh intimidasi.

"Anjir, santai woi. Gue cuman nanya juga."

"Liat aja nanti!"

"Yeh. Tapi kan Bil..."

"Udah ah. Ayo naik, gue mau ganti baju." Tanpa di suruh pun, Rara mengikuti Nabila. Sesampainya mereka di kamar Nabila yang bernuansa Pink Pastle, Rara lebih dulu merebahkan dirinya di tempat tidur milik Nabila. Nabila hanya melempar tas dan seragamnya di sembarang tempat. Lalu masuk ke kamar mandi.

"Nabila," panggil Rara.

"Hmm....," gumam Nabila dari kamar mandi.

"LO BOKER?" Rara bertanya dengan nada yang lebih tinggi. Membuat Nabila geram di dalam kamar mandi.

"Apaansih. Kalo lo mau ngomong, ngomong aja. Gak usah teriak kayak gitu." Nabila keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih masam.

"Lo kenapa sih Bil. Dari tadi tuh muka di lipat mulu. Ada masalah?" Nabila tak menggubris sama sekali. Dan Rara teringat sesuatu. "Woi Bil. Lo pulang ama siapa tadi? Gue tadi dengar dari kak Helen, kak Nahal ada rapat di luar."

Nabila dengan santainya melangkah mengambil baju di lemari miliknya. Ia mengeluarkan baju berlengan panjang berwarna rainbow dan celana jeans pendek berwarna putih.

Lalu ia kembali ke kamar mandi untuk memakainya. Rara yang sangat kesal karena dicueki oleh Nabila, memilih diam. Ia ingin melihat apa yang sebenarnya Nabila ingin lakukan.

Setelah beberapa menit akhirnya Nabila keluar. Rara langsung saja menarik Nabila duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.

"Lo kenapa sih Bil?" Rara kini mulai serius.

"Tadi gue pulang ama kak Gani." Dengan nada yang sangat pasrah Nabila mengatakannya. Dan pada akhirnya Nabila menceritakan semua kejadian tadi.

Saat selesai menceritakan semuanya, Nabila tau apa reaksi Rara. Seperti apa yang akan di tebak oleh Nabila, Rara tertawa dengan sangat puas.

"Lo beneran ngeharapin kalo suara motor itu milik Farhan. Gila lo Bil. Pertama kalinya gue dengar hal gini dari lo. HAHAHA.." Nabila menepuk kasar bahu milik Rara.

"Tai lo. Gue kan cuman nebak bukan mengharap."

"Alah... Jujur aja kali Bil, lo suka kan ma Farhan?" dengan nada mengejek Rara beberapa kali menepuk-nepuk pundak Nabila.

"Apaansih Ra." Nabila berdiri dari duduknya dan mengambil tas. Benar saja, tanpa Nabila sadari pun, pipinya memerah.

"Lo mau kemana Bil?" tanya Rara yang melihat Nabila mengambil tas, seperti ingin keluar. Apalagi dengan style nya sekarang.

"Ke rumah lo," kata Nabila. "Ke rumah sakit lah. Ayo cepetan. Katanya tadi mau jengukin Bunda?" sambungnya.

"Oh. Ok ok. Ayo." Rara dan Nabila bersiap ingin melangkahkan kaki mereka keluar dari kamat tersebut. Tetapi, Nabila tiba-tiba berhenti. Rara yang melihat hal itu, sudah tahu apa yang ingin di lakukan oleh Nabila.

"Ra. Tolong dong," kata Nabila. "Hehehe... Please," sambungnya. Dengan muka memelas, Nabila menyodorkan Hp miliknya. Ya, Nabila ingin di foto. FYI, salah satu hobi Nabila adalah mengambil gambar.

Rara tentu saja menerima nya dan mengambil gambar Nabila. Setelah selesai, Nabila langsung mempostingnya ke Instagram.

Setelah selesai, mereka berdua pun berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga. Sesampainya di bawah Nabila bertemu dengan seseorang yang tampak tak asing baginya. Dan saat ia menyadari siapa lelaki yang sedang berdiri di depannya. Ia terkejut bukan main. Lelaki yang berdiri di depannya adalah satu-satunya lelaki yang sangat Nabila sayangi di dunia.

"De-" sebelum Nabila mengatakannya, lelaki tersebut lebih dulu memeluk Nabila.








...TBC...
|
|
|
Hi guys. Maaf saya baru update lagi. Ini mungkin adalah update terakhir di bulan ini. Maaf banget. Karena bulan ini aku sibuk bangettttttt...

Karena satu dan lain hal. Bulan ini benar2 padat. Jadi aku buat episode ini agak panjang. Dan bagi kalian yang mau tau kelanjutannya, stay aja ya.

See you💙


^1058 words^

Next>>>>>

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang