<25>

82 13 4
                                    

Kita mundur ke setahun yang lalu. Dan melihat alasan mengapa Devan meninggalkan Panti.

Di hari yang cerah seperti hari-hari seperti biasa bagi Devan. Ia masih terlelap di atas tempat tidurnya. Hari ini adalah akhir pekan dan dia bisa terbebas dari yang namanya sekolah dan menempelkan tubuhnya sepanjang hari di kasur dan tidak keluar dari kamar.

Tetapi, tuhan tidak memihaknya. Pintu kamar Devan diketuk dan dibuka oleh seseorang, suara yang sangat bahagia dan kadang membuag Devan merasa terganggu.

"Devan. Temenin yuk, gue mau ke mall nih. Ayo dong, Raya ama Rara ada acara keluarga. Kak Nahal dan kak Elena keluar. Semuanya pada gak ada. Aku mau nonton, temenin yuk. Dev come on." Nabila menepuk-nepuk tubuh Devan.

Devan bangun dan terduduk, lalu melamun sebentar dan kembali membaringkan tubuhnya. Sebuah pukulan telak jatuh ke pundaknya.

"Aw.....apaan sih Bil? Ngantuk gue ah. Ngajak yang laen aja sono." Nabila melempar selimut dan bantal yang ada di atas kasur itu lalu melemparnya ke segala penjuru kamar milik Devan. Devan tak peduli.

"Beneran nih gak mau nemenin?"

"Hm.."

"Ya udah, aku ajak kak Azlan aja deh." Nabila berjalan keluar kamar. Devan tiba-tiba bangun dan mengejar Nabila yang bersiap melangkah keluar. Devan menghentikannya.

"Gila lo Bil. Lo emang suka ya, gue dapet masalah ama kak Sasa." Devan berbalik. "Iya deh iya, gue temenin. Asal...." Devan menunggu kelanjutan Nabila.

"Asal jangan nonton yang romantis!!"

"Good. Ok. Get out from my room. Gue pen siap-siap." Tanpa disuruh dua kali Nabila keluar dan menunggu di ruang tengah sambil memainkan handphonenya.

Nabila sedang sangat asik memainkan handphonenya, hingga Azlan saja duduk memasang sepatu di sampingnya ia tak sadar. Azlan yang melihat Nabila tenggelam ke dalam teknologi itu menjitak pelipis Nabila hingga terdengar suara. Sepersekian detik Nabila merasakan sakitnya dan berteriak lalu sadar kalo Azlan lah yang telah menyentuh keningnya dengan kasar, lebih tepatnya menjitak.

"Aw... Kak Azlan apaan sih, tiba-tiba datang jitak pala orang sembarangan. Sakit tau." Nabila mengelus-ngelus keningnya yang sakit.

"Salah sendiri kok maen Hp sampe segitunya. Kakak dari tadi udah duduk disini, dan kamu gak sadar. Bil bil," ejek Azlan.

"Biarin!" ketus Nabila.

"Eh....kok rapi? Weekend nih, pergi ama siapa?? Kok gak ngajak?" tanya Azlan ingin tahu.

Pasalnya setiap Nabila ingin pergi, dan tidak ada seorangpun di Panti yang bisa menemaninya, ia mengajak Azlan. Yang notabeneh saat akhir pekan akan sangat sibuk dengan pacarnya, Sasa. Bukan pergi nge-date atau apalah itu. Azlan dan Sasa bertemu untuk belajar bersama persiapan UN mereka. Karena mereka siswa tahun terakhir di SMA. Ya, mungkin di Panti hanya Azlan lah yang benar-benar giat belahar, dan hanya dia yang formal saat berbicara di Panti.

Nabila menunduk sekilas untuk melihat penampilannya, lalu mendongak kembali melihat Azlan. "Oh, ini aku mau pergi nonton."

"Nonton? Sama siapa? Kamu kan jomblo!" ketus Azlan.

"Ih apaan dah kak Azlan. Mentang-mentang punya pacar," Nabila memalingkan penglihatannya sekilas lalu kembali. "Aku pergi sama Devan kak."

"Oh. Baguslah, jangan ajak kakak lagi dulu ya. Soalnya Sasa marah-marah mulu. Hehe....," Azlan berdiri dan menepuk-nepuk celananya yang tidak kotor. "Ya udah kakak pergi ya. Tihati!" Azlan berjalan keluar.

Beberapa menit kemudian Devan turun. Nabila yang sesungguhnya sudah menunggu lama, kesal dan memukul Devan.

"Paan sih. Baru juga gue turun udah di pukul. Apa lagi?" Devan menyelipkan tangannya ke saku celananya.

"Lama amat lo siap-siapnya, cowok banyak gaya. Ayo buruan. Keburu habis nanti tiketnya." Nabila berjalan di depan dan Devan mengikuti.

"Idih. Gini-gini juga lo pasti seneng kalo ada yang ngira gue pacar lo, lo kan paling anti nonton sendirian," ejek Devan, lalu di lanjutkan dengan tawa yang puas.

"Jijik gue njir. Buruan ah. Jangan jalan kek bebek lo."

~•~

Saat sudah sampai di bioskop, Nabila menyuruh Devan memesan tiket. Padahal sebenarnya Nabila bisa membeli sendiri. Bukan karena batas usia, tapi Nabila tidak ingin berpikir, masa cewek yang beli tiket, ini kan akhir pekan. Yah, begitulah Nabila.

Setelah selesai membeli tiket dan cemilan. Mereka berdua pergi ke dekat theater yang mereka masuki. Disana Devan dan Nabila menunggu. Saat sedang menunggu, sebuah pesan masuk ke Handphone Devan, tapi Nabila tak menyadarinya, karena dia sibuk memotret sekeliling untuk di jadikan status di sosial media.

Setelah Devan membaca pesan yang ada di handphone miliknya, ia menatap Nabila dan bertanya.

"Bil," panggil Devan, Nabila berbalik menatap Devan. " Lo gak mau ke toilet dulu? Gak mau pipis gitu atau mirrorselfie? Jarang amat-"

"Eh iya ya. Ya udah deh, aku nitip nih popcorn. Tunggu ya." Nabila lebih dulu pergi ke toilet untuk pipis, setelah itu dia melakukan yang disarankan oleh Devan.

Lain halnya dengan Devan. Setelah Nabila pergi, Devan keluar dari bioskop dan pergi ke coffe shop di dekat bioskop. Disana ia bertemu dengan orang yang mengirimkannya pesan.

Ia pun duduk di hadapan orang itu dan mengeluarkan handphonenya, lalu menunggu seseorang yang ada di depannya berbicara. Karena hening cukup lama, Devan yang akhirnya memulai pembicaraan.

"So, what you get Gani?"





TBC
|
|
|
Devan ama Gani??
Nasib Nabila gimana??
Pikir aja ndiri ya.. Hehe....
Author bakal berusaha update 3kali seminggu.

So ya, see ya💛

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang