<43>

78 13 7
                                    

Naufal yang hanya mengekor pada Devan kini tengah menunggu topik apa yang ingin dibicarakan Devan sampai dia datang ke sekolah yang sudah lama ia tak injak ini. Mereka berdua berada di belakang sekolah yang cukup lengang dipagi hari ini. Mereka berdua terpisah beberapa meter, Devan duduk di kursi sedangkan Naufal bersender pada dinding sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kenapa lo kasih tahu gue semalam? Kenapa bukan Farhan?" tanya Devan. Naufal yang tiba-tiba dihantam dengan pertanyaan itu hanya melongok. "Woi!" teriak Devan, membuyarkan lamunan Naufal.

"Oh. Jadi beneran semalam ada yang gak beres?" tanya Naufal. "Gue kira itu cuman berita burung doang lo nyari kesana kemari sampe hubungin kaki tangan lo yang udah lama lo tinggalin. Ternyata lo nyari sesuatu." Naufal tampak santai dengan perbincangan ini.

"Seseorang bukan sesuatu!" ketus Devan.

"Hah? Seseorang? Wait! Lo juga tadi nanya kenapa gue kasih tahu lo bukannya Farhan. Apa hubungannya ama Farhan nyet, kan yang nyari lo." Naufal sesekali memutar bola matanya bosan dengan pembicaraan ini.

"Semalam Nabila diculik ama babu lo! Dan-Farhan-tuh....pacarnya Nabila," balas Devan dengan nada yang lesuh.

"What?!" Naufal kaget dengan penuturan Devan yang menyatakan bahwa anak buahnya menculik Nabila. Tentu saja itu bukanlah perintah Naufal, Naufal tidak pernah sekalipun berani menyentuh Nabila, atau ia akan habis di tangan Devan.

"Slow aja. Gue tau, yang merintahin bukan lo," potong Devan, seolah tahu apa yang dikhawatirkan oleh Naufal. "Sebagai gantinya ceritain, kok bisa ubab lo nyulik Bilbil gue!" Tanpa pikir panjang Naufal menceritakannya.

Semalam, sekitar jam setengah 10 malam Ismi menelfon Naufal untuk ketemuan di sebuah cafè. Tentu saja Naufal tidak mempertanyakan kenapa Ismi ingin ketemu. Orang yang berpacaran adalah hal lumrah jika ingin bertemu.

Sesampainya Naufal di cafè yang dimaksud Ismi, ia sedikit terkejut. Pasalnya, Ismi tidak sendirian, ada Lisa bersamanya. Dan mereka tampak baru saja menyelesaikan perbincangan mereka saat Naufal duduk di meja mereka.

"Kok ngajak ketemuan?" tanya Naufal.

"Aku mau minta sesuatu dari kamu. Lebih tepatnya janji kamu ke aku," jelas Ismi. Naufal memproses apa yang dikatakan oleh Ismi. Ia tidak ingat satupun janjinya ke Ismi selama ini.

"Apa?" singkat Naufal.

"Kamu pernah bilang, aku boleh pakai kaki tangan kamu sesuka ku. Yah, tentunya yang tunduk ke aku juga. Kali ini boleh gak?" Pertanyaan itu membuat Naufal sedikit bingung, kenapa Ismi bertanya hal itu.

"Untuk apa?" tanya Naufal menatap kedua gadis yang ada di hadapannya.

"Lisa jelasin ndiri lah. Malas gue!" pinta Ismi terhadap Lisa. Lisa hanya menurut bak budak pada tuannya.

"Gue ada rival yang pen gue takutin doang sih." Singkat dan padat. Naufal bahkan tidak peduli apa yang dikatakan oleh Lisa. Karena, Ismi yang meminta tentu saja Naufal tidak bisa menolak. Ia tidak mencari tahu lebih jauh, ia langsung mengizinkan Ismi.

Setelah itu, pembicaraan mereka selesai. Dan beberapa jam setelahnya ia mendapat kabar burung bahwa Devan sedang kocar-kacir mencari sesuatu. Ia berpikir mungkin ada hubungannya dengan Lisa, tanpa basa-basi ia memberitahu di mana keberadaan anak buahnya yang di pakai oleh Ismi, lebih tepatnya Lisa.

Setelah mengatakan semua hal yang terjadi semalam padanya, Naufal tetap terlihat santai. Lalu, beberapa saat kemudian raut wajahnya berubah. Ia langsung teringat dengan Ismi. Ia juga baru tersadar, Devan pergi begitu saja setelah mendengar Naufal mendongeng. Naufal mengejarnya dan memberi tahu seseuatu.

"Eh Dev! Lo jangan apa-apain pacar gue ya!" Devan hanya berdeham pelan dan ia berlalu pergi meninggalkan Naufal.

Lain halnya di kantin sekolah, Ismi dan Lisa sudah bertemu sepagi ini untuk membicarakan hal yang tidak berguna.

"Mi! Lo kenapa kok bisa kasih gue kesempatan kek semalam?" tanya Lisa sambil memakan rotinya.

"Gue juga gak suka ama Nabila," ketus Ismi.

"Hah? Kenapa emang? Apa hubungannya?" tanya Lisa penasaran.

"Gue dengar dia pacaran ama Farhan. Gue gak sudi lah njir." Lisa tampak tertawa, Ismi yang melihatnya hanya menatap bingung.

"Lo kan udah putus ama Farhan. Ngapa dah." Ismi tidak menanggapi perkataan Lisa. Yah, memang benar bahwa ia bukanlah pacar Farhan lagi. Ismi hanya tidak sudi Farhan secepat itu mendapatkan penggantinya.

"Lah lo sendiri, kenapa lo mau nakutin Nabila coba?" tanya Ismi mengganti topik.

"Ya gue mau dia gak dekat-dekat ama Gani," jawabnya santai. Sebuah pukulan pelan telak jatuh menghantam kepala Lisa.

"Goblok! Lo tuh cinta buta banget ya ama Gani. Heh, lo tau, gak ada satupun cewek di sekolah kita yang beneran mau jadi pacarnya tuh bastard, mereka centil doang ama Gani. Dan, cara lo bego banget mau nakutin Nabila. Dengan tololnya lo kasih tahu Nabila kalo Gani udah ngincar dia dan Nabila gak bakalan jadi korban Gani. Nabila pun selamat. Tamat. Goblok lo emang, otak udang!" Ismi meninggalkan Lisa yang tengah mencerna perkataan Ismi yang sangat menyayat hati. Jika di ibaratkan versi temannya author, perkataan Ismi ngejleb banget. Hahaha....(Ok abaikan)

TBC
|
|
|
Abaikan yang terakhir ya guys:*

Voment! Harus! Kalo gak author gk update!

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang