<36>

68 14 9
                                    

Setelah pengakuan Raya yang mengejutkan Rara dan-terlebih Nabila-Nabila sangat ingin memberitahukan hubungan dia dengan Farhan. Tetapi, sebelum katup mulut Nabila terbuka Raya tiba-tiba merintih kesakitan. Seketika Rara dan Nabila panik.

"Woi! Lo kenapa? Raya, apa yang sakit!?" tanya Rara mendesak. Mereka berdua berusaha menenangkan Raya.

"O-o-obat aku di t-t-ass," pinta Raya terbata-bata.

Nabila bergerak cepat meraih tas milik Raya di dekat mereka, lalu ia mencari obat yang di maksud. Tak butuh waktu lama, Nabila menemukannya. Ia sempat terkejut saat pertama kali melihatnya, obat Raya sangat banyak. Ia bahkan berteriak histeris di dalam hatinya melihat obat yang sangat banyak.

Raya minum ini setiap hari? batin Nabila. Lalu ia menunjukkan kepada Raya obat apa yang harus ia berikan. Raya menunjuk satu obat, lalu secepat mungkin Rara meraih air minum dan Nabila memberikan obat yang harus diminum oleh Raya.

Beberapa saat kemudian setelah nafas dan kondisi Raya kembali normal, sahabatnya hanya menatap mencekam ke arah Raya. Raya yang merasa bersalah menunduk, dan beberapa saat kemudian fakta mengejutkan terungkap.

"Aku cuman punya waktu 2 bulan untuk sama-sama kalian," ucap Raya parau. Sejak tadi ia menunduk, ini memang waktunya ia memberitahu para sahabatnya.

"Kok gue de javu ya, lo becanda kan Ya? Ada kamerakan. Mana mana, beritahu Ya ini becanda kan!!?" bentak Rara. Nabila yang sudah tahu ini akan terjadi sebisa mungkin menahan tangis dan menengkan Rara.

"Maafin aku Ra. Tapi itu udah kehendak tuhan," ucap Raya.

Rara membentangkan tangannya dan mendekap sahabatnya tersebut, Nabila dari belakang juga ikut memuluknya sahabatnya. Tak butuh waktu lama, tangis mereka pecah. Tapi, mereka berusaha agar tidak menarik perhatian yang lain.

"Kita akan berjuang sama-sama, janji ya? Lo harus kasih tahu kita apapun itu. Ok?" ungkap Nabila, dibalas anggukan oleh Raya.

"Bener tuh. Kitakan sahabat lo, kenapa gak ngasih tahu dari awal coba. Dan ngapain sih lo harus ngulangin kejadian yang sama, gak enak anjir." Raya hanya menunduk. Nabila menjitak kepala Rara kasar, karena omongannya.

"Santai napa. Kita kan dapat berita yang gak baik. Ngapain malah kek gitu sih ke Raya??" tanya Nabila.

Rara hanya buang muka. Kini Raya kembali berbicara.
"Dan...." Raya diam sejenak, mata sahabatnya terfokus padanya. "Aku punya keinginan terakhir," Rara dan Nabila hanya mengangkat alis kebingungan.

"Apaan?" tanya Rara.

"Aku suka sama Farhan, kalian bisa bantu aku?" Seketika Nabila dan Rara membalalak. Terlebih Nabila, ia mengira Raya hanya becanda bahwa ia menyukai Farhan, tapi kini itu adalah keinginan terakhir Raya, yang berarti harus mereka ikuti.

"Raya, gue mau ngasih tahu lo-"

"Kita bakalan bantu lo kok, tenang aja," potong Nabila. Rara menatap Nabila kejam, Nabila membalas tatapan Rara dengan tatapan rela dan mengangguk pelan.

~•~

Setelah semuanya merasa lelah, mereka pun memilih pulang. Perjalanan yang lumayan panjang membuat mereka lelah. Mereka semua langsung kembali ke habitat mereka masing-masing dan beristirahat.

Rara yang disuruh oleh Bunda Sonita untuk kembali ke rumahnya karena hari mulai gelap, ia menolak. Rara ingin menginap, alasannya. Padahal, ia sebenarnya ingin berbicara dengan Nabila.

Bunda Sonita mengizinkan dan ia langsung naik ke kamar milik Nabila. Sesampainya di sana, Nabila terlihat sedang menarik selimutnya dan ingin tidur. Tetapi, saat Rara masuk, Nabila berhenti dan memasang raut wajah malas terhadap Rara.

"Ayo lah Bil. Gue pen ngomong," bujuk Rara. Ia melangkah menuju tempat tidur milik Nabila. Nabila hanya cuek dan menidurkan tubuhnya.

"Istirahat gih. Capek gue nyet." Nabila bersiap mematikan lampu kamarnya, tetapi Rara menghentikannya.

"Bil lo beneran gak papa?" tanya Rara dengan nada khawatirnya.

"Apasih njir. Kalo lo mau bahas tentang Raya ama Farhan, gak usah. Gue bakalan putus ama dia besok," ucap Nabila yang membuat Rara membalalak.

"Anjir, lo baru berapa hari, udah mau putus aja lo."

"Palingan juga Farhan nembak gue karena random. Udah lah tidur sana. Bicara sekali lagi, gue usir lo." Rara hanya menurut. Nabila mematikan lampu kamarnya, dan mereka berduapun menutup mata lalu tertidur.

Dia beneran random kan nembak gue? Emang ada alasan yang kuat gitu gue harus pertahanin dia. Raya lebih penting buat gue, batin Nabila.

TBC
|
|
|
Hayo, ayam bek. Miss gk?? Gk!!!!

Bomat^^

Voment!!!

So ya, see ya✨

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang