<27>

77 13 0
                                    

Di sebuah gudang yang tidak terpakai, Devan, Gani, dan teman-teman dari Gani berkumpul. Dan terdapat seseorang yang sedang duduk di kursi sambil di ikat menjadi tontonan mereka.

Lelaki yang membunuh ibu Devan. Ia sedang duduk dengan tangan dan kaki yang di ikat. Devan tidak ingin menanyakan apapun. Ia hanya ingin pembunuh itu mati. Gani memberi aba-aba untuk memukulinya.

Dan sebuah hantaman berurutan menghujani pembunuh itu, Devan hanya menonton. Ia tak ingin ikut campur, ia hanya ingin menikmatinya.

Saat Adrian dan Gery selesai, mereka keluar. Didalam gudang tersisa Devan dan Gani. Mereka hanya berbincang sejenak melihat orang itu sudah tak berdaya lagi.

Gani keluar beralasan ingin menghirup udara, Devan tak curiga dan hanya mengiyakan. Devan pun kini hanya berdua dengan lelaki itu.

"Siapa yang menyuruhmu menbunuh ibuku?" Devan mendekatkan wajahnya dan menanyainya dengan seram.

Cuih....

Pria itu meludahinya. Devan naik pitam dan langsung memukul pria itu dengan sangat keras. Bahkan tangan Devan yang memukulnya ikut berdarah.

"DEVANNNNN!!!" teriak sesorang dari belakang. Devan seketika berbalik dan mendapati Om Satya yang tengah berjalan ke arahnya.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Devan. Devan hanya memegangi pipinya tak percaya. Ia bukannya tidak percaya Om Satya menamparnya, ia tak percaya bahwa Gani dan temannya mengkhianati.

Om Satya pergi ke arah pria yang telah pingsan itu, lebih tepatnya pria yang sudah meninggal. Saat Om Satya mengecek nadinya di leher dan pergelangan tangan, sudah tidak ada lagi denyutnya. Om Satya kembali berdiri di hadapan Devan.

"DEVAN! Apa yang kau lakukan? Kau MEMBUNUH seseorang!!" teriak Om Satya.

Devan hanya bisa tunduk, "Dia orang yang membunuh ibuku. Bahkan caraku membunuhnya tidak sepadan."

"Apa kau bilang?" geram Om Satya memegangi dagu Devan dengan kasar dan mengangkatnya.

"Kalau kau tahu dia pelakunya kenapa tidak bilang ke Om, kita bisa menyelesaikannya dengan cara hukum. Kasus ibumu kan belum ditutup. Om yang memegang kasusnya." Om Satya melepas tangannya dari wajah Devan yang terlihat sangat marah, sesekali ia melirik pria yang sudah terbujur kaku itu.

"KALAU MEMANG HUKUM ADA GUNANYA, DARI DULU MEREKA SEMUA SUDAH DI HUKUM. INI SUDAH HAMPIR 10 TAHUN, DAN HUKUM HANYA DIAM SAJA. PERSETAN DENGAN HUKUM, KALIAN HANYA BISA BICARA BELAKA. KEPARAT SIALAN." Devan meninggalkan Om Satya. Tapi, betapa beruntungnya Devan saat keluar-

"Angkat tangan!" Polisi telah menunggu kedatangannya.

"Bedebah sialan itu." Devan tidak ingin melawan, ia mengangkat tangannya dan dengan senang hati di masukkan ke mobil polisi.

"Penjarakan dia. Saya akan mengajukan persidangan dalam beberapa hari. Saya yang akan memegang kasusnya. Cari keluarga dari Pria itu, jika mereka ingin melawan suruh mereka datang ke persidangan. Jika tidak, anak itu akan dikurangi masa tahanannya. Dan pria yang di dalam adalah buronan yang telah lama kalian cari. Kerjakan tugas kalian!" jelas Om Satya. Om Satya melihat ke Devan, Devan hanya memalingkan wajahnya.

Setelah berita itu sampai ke telinga Bunda Sonita. Bunda Sonita yang mendengarkan hal itu, seketika pingsan di tempat dan di larikan ke rumah sakit. Di Panti hanya Nahal dan Helena yang tahu betul cerita asli kejadian Devan.

Devan di sidang, tetapi masa tahanannya di kurangkan karena yang ia bunuh adalah buronan dan juga pembunuh ibunya. Ia ditetapkan akan di penjara 1 tahun, dan masa pemulihan 1 tahun. Itu di butuhkan, karena Devan masih cukup muda, tetapi sudah bisa di penjara karena sudah cukup umur. Ia mengalami trauma atas kematian ibunya dan memiliki tekad yang sangat kejam.

Setelah sidang, Devan tidak langsung di penjara, ia di pulangkan terlebih dahulu atas saran dari Om Satya sebagai pengacaranya. Devan pergi menemui Bunda Sonita yang hari itu telah keluar dari rumah sakit.

Saat Devan datang, semua orang tengah berkumpul di ruang tengah. Di situ ada Bunda Sonita dan anak panti lainnya. Saat Bunda Sonita melihat Devan, ia berlari ke arah Devan dan mendaratkan satu tamparan di wajah Devan.

Nahal yang melihat itu kaget dan langsung melirik Helena. Helena bergerak cepat membawa anak-anak yang masih kecil masuk. Dan menyisakan Nahal, Whitry, Ilya, dan Nabila.

Bunda Sonita tak membahas apapun saat bertemu Devan, ia hanya mengusirnya dari panti. Dan melarangnya kembali, bahkan jika ia sudah keluar dari penjara.

"PERGI DARI SINI! DAN JANGAN PERNAH KEMBALI!" teriak Bunda Sonita. Semua orang di belakang, kaget dan takut melihat Bunda Sonita.

Pasalnya kemarin Bunda Sonita masuk rumah sakit di karenakan Devan. Dan kini ia marah-marah seperti itu.

Devan tak mengatakan apapun dan menyalami Bunda Sonita dan pergi dari panti. Nabila yang tidak tahu apapun mengejar Devan dan memeluknya dari belakang.

"Dev. Kabarin gue ya apapun itu, kalo lo mau ketemu, gue bakalan datang." Devan hanya bisa tersenyum tipis dan pergi meninggalkan Panti, dan menjalani hukumannya.

Setelah setahun, ia bebas dan pulang ke Panti. Tapi, ia tetap harus pulang balik ke kantor polisi dan psikolog untuk masa pemulihannya.




TBC
|
|
|
Yang tentang penjara itu asli hasil pemikiran aku, jadi kalau ada salah mohan di maafkan. Cerita ini memang hanya fiktif.
Ya sudah, ini part terakhir dari cerita Devan.

So ya, see ya✨💛

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang