<57>

45 8 0
                                    

Hari ini sudah sedekah belum?
Kalo belum vote yuk sebelum baca biar gak lupa:) Sekalian sedekah.

Kalau ada typo atau kesalah komen ya:)

Happy Reading my lovely readers
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~

Raya mengatakan segalanya ke Nabila. Selama Raya bercerita, Nabila mendengarkan dengan seksama. Suasana kamar berubah sunyi saat Raya memasuki cerita mengenai ia yang di tolak oleh Farhan. Nabila tak bisa berkata apa-apa. Semua isi otaknya seperti terhenti. Lidahnya terputus. Untuk mengatakan sesuatu adalah hal yang sulit saat itu.

Beberapa saat kemudian Raya menghentikan ceritanya dengan derai air mata. Hati Nabila terketuk, dan ia merasa iba dengan Raya. Ia memeluk Raya dan mencoba untuk menenangkannya. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut Nabila setelah Raya menyelesaikan ceritanya.

Raya memilih istirahat, ia lelah hanya karena bercerita. Nabila pun meninggalkan Raya sendiri untuk mendapatkan waktunya. Entah kemana Rara menghilang, sejak tadi ia tak kunjung balik ke kamar inap Raya.

Nabila hanya berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang lengang. Ada sesuatu yang menganggu pikirinnya. Langkahnya terhenti. Matanya entah fokus ke titik mana. Yang dia tahu, ia sangat ingin bertemu Farhan dan memakinya.

Di dalam benak Nabila saat ini, ia sangat membenci Farhan. Karenanya Raya sampai harus masuk tempat terkutuk ini lagi. Bahkan Nabila takut, kepergian Raya akan lebih cepat hanya karena Farhan. Tatapan Nabila tajam menatap Farhan yang sudah berdiri di depannya. Mereka berdua berada di belakang rumah sakit. Farhan datang setelah Nabila menelfonnya. Farhan merasa ada yang salah dengan Nabila. Dan ya, itu benar.

"LO MIKIR APAAN SIH HAN. KOK LO BISA-BISANYA NINGGALIN RAYA HARI ITU. LO GAK MIKIR APA GIMANA RAYA SETELAH ITU. GIMANA PERASAANNYA. GARA-GARA LO, RAYA SAMPAI MASUK RUMAH SAKIT. KALO RAYA KENAPA-NAPA GIMANA HAN?!! LO MAU TANGGUNG JAWAB. HAH?..." teriak Nabila. Ia terhenti sejenak karena air mata yang memaksa keluar.

"Hiks...gimana kalau Raya beneran pergi Han? Gue gak mau. Gue gak mauu! Hiks...." Farhan menarik Nabila ke dalam dekapannya. Nabila pasrah dan hanya menangis di pelukan Farhan.

Setelah beberapa saat, Nabila kembali baik. Matanya yang sembab sangat jelas terlihat. Farhan dan Nabila kini duduk di bawah pohon yang teduh.

"Lo daritadi gak ngomong Han?" tanya Nabila menatap Farhan, masih dengan tatapan tajam.

"Gue mau ngomong apa. Hmm...berapa nomor kamar Raya?" tanya Farhan seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"VIP mawar 3," ucap Nabila. Farhan sudah berdiri dan ingin meninggalkan Nabila. Tetapi tangan Nabila menghentikkan langkah Farhan. Farhan melirik Nabila.

"Maafin gue Han. Gue cuman gak mau kehilangan Raya. Please, terima Raya Han," bujuk Nabila seraya menunduk dan hanya menatap tanah.

Farhan melepas paksa tangan Nabila. "Bil, lo tau? Lo tuh egois," ucap Farhan meninggalkan Nabila dengan belati putih yang tertancap di dadanya. Farhan meninggalkan Nabila tanpa perasaan bersalah. Sedangkan, Nabila hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang mungil, ia frustasi.

Nabila tahu ia egois. Tapi, pilihan tuhan kali ini sangat berat untuknya. Raya adalah sahabatnya. Ia sangat takut kehilangan Raya. Tetapi, di lain sisi, ia tak mau dibenci oleh Farhan. Perkatan Farhan tadi sempurna membuat Nabila sangat membenci dirinya sendiri. Karena, ia tak bisa memilih dan hanya bersikap egois.
Mana bisa ia memaksa Farhan untuk menyukai Raya. Dan yang menyuruhnya adalah Nabila. Mantan kekasihnya. Nabila juga merasa sakit, apalagi setelah ia tahu bahwa Nabila sebenarnya suka dengan Farhan.

Sesak memenuhi dada Nabila. Ia bahkan tak bisa menangis. Ia hanya diam menahan sakit. Hingga mendengar suara Rara yang sangat nyaring terdengar dari kejauhan.

"Woi monyettt," teriak Rara melengking. Untungny mereka berada di belakang rumah sakit yang sunyi.

Nabila mengangkat kepalanya menatap arah suara Rara berasal. Awalnya ia merasa baikan saat mendengar suara Rara. Tapi, malah menjadi lebih buruk saat melihat Devan yang datang bersama Rara. Tanpa sadar, Nabila sudah berderai air mata lagi. Ia langsung mengingat, betapa egois dirinya, hingga Devan juga menjadi korban.

Devan dan Rara yang melihat Nabila menangis, kaget dan berlari ke arah Nabila. Rara seketika memeluk Nabila dan bertanya ada apa. Tapi Nabila tidak berkuti, ia hanya menangis terus menerus.

~•~

Lain halnya dengan Farhan yang tengah berdiri merenung menatap pintu dengan tulisan 'VIP MAWAR 3' itu. Sejak tadi ia berdiri dan mengumpulkan keberanian untuk masuk ke dalam kamar itu. Tapi entah kenapa ia merasa sangat berat. Farhan menghirup napas panjang, dan mengetuk pintu tiga kali. Tidak ada sahutan dari dalam, ia langsung masuk.


"Bangke kalian, biasanya gak ngetuk pintu juga-" Raya terhenti saat melihat yang masuk adalah Farhan. Ia pikir adalah Nabila dan Rara. Raya sedikit kesal, karena mereka berdua tak ada saat Raya bangun dari tidurnya. Raya hanya menatap datar ke arah Farhan.

"Mmm...duduk aja Han," pinta Raya seraya menunjuk sofa panjang di ruangan itu. Tanpa pikir panjang Farhan duduk. Seketika aura kamar tegang. Suasana menjadi kikuk. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Mata Farhan daritadi hanya berputar menyusuri seisi kamar, ia tak ingin berkontak mata dengan Raya.

Beda dengan Raya yang sejak tadi hanya menatap Farhan. Raya tak tahu mengapa pandangannya tak bisa lepas dari lelaki dingin satu itu. Lelaki yang ia suka, kini tengah duduk di ruangannya dan mereka hanya berdua. Serasa kejadian kemarin bukanlah apa-apa. Hati Raya sudah berdebar melihat Farhan dengan wajah tampannya yang dingin itu.

Farhan yang merasa daritadi diliatin oleh Raya, tak sengaja membalas tatapannya dan terjadi kontak mata antara mereka berdua. Suasana semakin kikuk, Farhan langsung beralasan ingin ke toilet. Saat Farhan masuk toilet, Raya langsung menghela napas lega.

Raya melihat ponsel Farhan di meja, ia pun bergegas turun dari dipan dan mengambil ponsel milik Farhan. Raya menekan tombol on pada ponsel itu. Seketika layar menyala dan menampakkan wajah seorang gadis yang sangat Raya tahu. Seketika rasa tidak suka di hati Raya semakin membesar.

Potret diri Nabila terpampang jelas di layar ponsel Farhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Potret diri Nabila terpampang jelas di layar ponsel Farhan. Farhan menggunaknnya sebagai Wallpaper. Hal itu membuat Raya naik pitam. Ia menaruh kasar ponsel milik Farhan dan kembali ke dipannya.



TBC
|
|
|
Yo hae guys, setelah sekian lama:v
Maapkeun aku yah.
Tapi keknya aku udah bakalan rajin up, karena aku nulis ini sampe tamat dulu baru up. Wkwkwk.

Ydh See u.

Woi...jand lupa Vote, Comment, dan Share!!!

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang