Pria Berbibir Miring Part 2

149 8 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Holmes! " bisikku "Apa gerangan yang kau lakukan di tempat seperti ini?"

"Bicaralah sepelan mungkin, " jawabnya, "telingaku masih baik. Kalau kau bisa melepaskan diri dari temanmu yang sedang teler itu, aku perlu bicara denganmu sebentar."

"Aku ditunggu kereta diluar. "

"Kalau begitu, biarlah temanmu pulang sendiri dengan kereta itu! Dia pasti akan sampai dengan selamat, karena tubuhnya terlalu lemah untuk berbuat yang tidak-tidak. Titiplah kepada pengemudi kereta, katakan pada istrimu bahwa kau kebetulan ketemu denganku. Silahkan tunggu di luar, akan kususul lima menit lagi. "

Tak mudah bagiku menolak permintaan Holmes, karena permintaannya selalu begitu tegasnya, dan bagaikan perintah yang tak bisa kuabaikan begitu saja. Lagi pula kalau Whitney sudah berada di kereta yang akan mengantarnya pulang, berarti sudah selesailah tugasku, dan selanjutnya dengan senang hati aku akan menemani Holmes berpetualang. Dalam beberapa menit saja aku telah selesai menulis pesan untuk istriku,  membayar utang-utang Whitney, memapahnya keluar menuju kereta, dan melihatnya menghilang dikejauhan bersama kereta itu.  Sejenak kemudian, sesosok tubuh tua muncul dari pondok candu, dan aku pun lalu menemani sosok itu yang sebenarnya adalah Sherlock Holmes. Selama melewati dua gang, dia berjalan dengan punggung dibungkukkan dan langkah sempoyongan. Setelah itu, dia menoleh ke sekeliling dengan sigap, lalu tubuhnya kembali dan tertawa terpingkal-pingkal.

"Kurasa, Watson. " katanya, "kau pasti menduga bahwa aku telah terjerumus ke praktek menghisap candu sebagai lanjutan dari kebiasaan menyuntikkan kokain atau kebiasaan-kebiasaan lain yang dari segi medis amat merugikan diriku."

"Aku memang terkejut ketika melihatmu didalam sana tadi! "

"Kau pikir aku tak terkejut ketika melihatmu?"

"Aku kan cuma mau menjemput teman. "

"Dan aku cuma mau menjemput musuh."

"Musuh? "

"Ya, salah satu musuh biasa, atau lebih tepatnya, orang yang sedang kumangsa. Secara ringkas, Watson, aku sedang menjalankan penyelidikan yang besar, dan aku mengharap akan menemukan petunjuk diantara para pemabuk dan pecandu yang awut-awutan tadi, sebagaimana biasa kulakukan sebelum ini. Tapi kalau aku sampai ketahuan berada di pondok itu, pasti nyawaku sudah meyang, karena aku pernah memakai tempat itu untuk kepentingan penyelidikanku,  dan si bajingan Lascar yang mengusahakan tempat itu telah bersumpah akan membalas dendam kepadaku. Di bagian belakang gedung itu, yaitu di ujung Paul's Wharf, ada pintu jebakan. Melalui pintu itulah pada malam buta dilakukan pembuangan benda-benda yang sudah tak terpakai lagi. "

"Apa? Maksudmu pasti bukan mayat manusia, kan?"

"Ah, ya, memang mayat, Watson. Kita bisa kaya, kalau bisa menemukan mayat pecandu-pecandu yang menemui ajalnya di pondok itu dan menjualnya dengan harga seribu pound sebuahnya. Tempat itu merupakan perangkap pembunuh yang paling keji di seluruh daerah ini, dan jangan-jangan Neville St. Clair telah masuk ke situ dan tak akan pernah muncul lagi. Nah, kereta kita disana! "

Dia menaruh kedua jari telunjuk dimulutnya dan berisul dengan nyaring. Kode ini segera dijawab dengan siulan pula dari kejauhan lalu terdengar derak kereta yang pada kedua sisinya diterangi lampu. Kereta itu mendekat ke arah kami.

"Kau mau ikut aku, tidak? "

"Hanya kalau ada gunanya."

"Oh, teman yang dapay dipercaya selalu ada gunanya. Apalagi kalau dia seorang penulis. Kamarku di Vila Cedars bisa untuk berdua,  kok"

"Vila Cedars?"

"Ya, milik Mr. St Clair. Aku tinggal di sana sementara melakukan penyelidikan. "

the adventure of sherlock holmesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang