.
.
.
.
.
Hotel Black Swan adalah sebuah hotel yang cukup besar yang terletak di High Street, tak jauhdari stasiun. Ketika kami sampai di sana, wanita muda itu sudah menunggu. Dia juga sudah memesan ruangan khusus untuk pertemuan ini, dan hidangan makan siang pun sudah siap di meja.
"Saya senang sekali Anda bisa datang," katanya dengan sungguh-sungguh.
"Anda baik sekali, sungguh,saya sedang amat kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Nasihat Anda akan sangat berarti bagi saya."
"Silakan ceritakan apa yang telah terjadi pada Anda."
"Segera akan saya lakukan, karena waktu saya tak banyak. Saya berjanji pada Mr. Rucastle untuk kembali sebelum jam tiga. Saya berhasil minta ijin darinya tadi pagi, tapi dia tak tahu untuk apa kepergian saya ini."
"Mari kita dengarkan urutan kejadiannya."Holmes menyelonjorkan kakinya yang kurus dan panjang ke arah perapian, dan siap untuk mendengarkan.
"Pertama-tama, saya harus mengakui bahwa secara keseluruhan, perlakuan Mr. dan Mrs.Rucastle kepada saya cukup baik. Tapi saya masih tetap tak dapat mengerti mereka, dan pikiran saya terus terganggu karenanya."
"Apa yang tak dapat Anda mengerti?"
"Alasan kelakuan mereka. Coba dengarkan apa yang telah terjadi. Ketika saya tiba, Mr.Rucastle menjemput saya di sini, dan kami berangkat ke Copper Beeches bersama-sama naik kereta kuda. Seperti yang pernah dikatakannya, rumahnya terletak di daerah pedesaan yang indah. Tapi rumah itu sendiri sebenarnya tak menyenangkan, karena berupa bangunan segi empat berwarna putih yang sudah agak kotor dan pengap karena dimakan usia dan cuaca. Sekelilingnya ada halaman, lalu hutan diketiga sisinya. Halaman depannya menurun dan membelok tajam ke arah jalan raya yang menuju Southampton, berjarak kira-kira seratus meter dari pintu masuk. Seluruh bagian tanah di depan rumah itu milik Mr. Rucastle, tapi hutan di kiri-kanan dan di belakang rumah itu milik Lord Southerton. Sederetan pohon berwarna tembaga berjejer tepat di depan ruang tamu. Itulah sebabnya rumah itu diberi nama Copper Beeches, sesuai dengan nama pohon itu.
"Saya dibawa ke situ oleh majikan saya yang ramah itu, dan malam harinya saya diperkenalkan kepada istri dan anak lelakinya. Apa yang pernah kita bayangkan sewaktu kita omong-omong di Baker Street tentang istri Mr. Rucastle ternyata keliru sama sekali. Mrs. Rucastle tidak gila. Malah orangnya pendiam, wajahnya pucat, dan jauh lebih muda dari suaminya. Saya rasa, umurnya belum sampai tiga puluh tahun. Sedangkan suaminya sudah lebih dan empat puluh lima tahun. Dari percakapan mereka,saya tahu bahwa mereka telah menikah selama tujuh tahun, dan pada waktu itu Mr. Rucastle adalah seorang duda dengan satu anak perempuan dari istrinya terdahulu. Gadis itu sekarang berada di Philadelphia. Waktu istrinya sudah pergi, Mr. Rucastle menjelaskan pada saya secara pribadi bahwa anak gadisnya tak begitu menyukai ibu tirinya itu. Putri Mr. Rucastle umurnya sekitar dua puluhan, jadi saya bisa memaklumi keengganannya mempunyai ibu tiri yang masih muda itu.
"Mrs. Rucastle nampaknya tak begitu hebat, baik penampilannya maupun kecerdasannya. Saya tak bisa menyimpulkan apakah saya menyukai dia atau tidak. Biasa-biasa saja, begitulah. Jelas sekali bahwa dia amat mencintai suami dan anak tunggalnya. Matanya yang keabu-abuan itu terus-menerus memperhatikan keduanya, siap melayani apa pun yang mereka butuhkan. Suaminya juga bersikap baik kepadanya dengan caranya yang agak berlebihan. Secara umum, mereka nampaknya pasangan yang berbahagia. Tapi, wanita ini menyimpan derita yang tersembunyi. Dia sering melamun dengan wajah sedih. Lebih dari sekali, saya terkejut karena mendapatinya sedang menangis. Kadang-kadang saya berpikir, mungkin kelakuan anak lelakinya itulah yang membuatnya sedih, karena belum pernah saya melihat anak yang sedemikian manja dan nakalnya. Tubuhnya kecil untuk anak seusianya, tapi kepalanya besar sekali, sehingga rasanya tak seimbang. Sepanjang hari dia menghabiskan waktu dengan berkelakuan liar atau merengek-rengek. Dia senang sekali menyakiti binatang-binatang kecil yang lemah, dan dia cekatan sekali kalau menangkap tikus, burung, dan serangga. Tapi sebaiknya saya tak usah menceritakan hal ini, Mr. Holmes, karena tak ada hubungannya dengan masalah saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
the adventure of sherlock holmes
ActionKisah - kisah dari the adventure of sherlock holmes yang terdiri dari 12 seri. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari novel yang sama. Highest rank #3 on #Sherlockholmes 190810 #2 on #Sherlockholmes 190813 #3 on #Sherlockholmes 200404