Part 5

402 25 1
                                    


Malam itu aku menginap di Baker Street dan kami sedang asyik makan roti panggang dan minum kopi ketika Sang Raja Bohemia berlari masuk ke kamar kami.

"Anda telah mendapatkan foto itu?" teriaknya sambil memegang kedua pundak Sherlock Holmes, dengan pandangan penuh harap.

"Belum."

"Tapi ada harapan, bukan?"

"Ya, ada harapan."

"Kalau begitu, mari. Saya tak sabar untuk segera berangkat"

"Kita perlu kendaraan."

"Baik, kereta saya sudah menunggu."

"Kalau begitu, mari berangkat"

Kami turun dan segera menuju ke Briony Lodge.

"Irene Adler telah menikah," komentar Holmes.

"Menikah! Kapan?"

"Kemarin."

"Tapi, dengan siapa?"

"Dengan seorang pengacara Inggris bernama Norton."

"Tapi, Miss Adler tak mencintainya, kan?"

"Saya harap dia mencintainya."

"Kenapa?"

"Karena dengan demikian Yang Mulia tak akan diganggunya lagi. Kalau dia mencintai suaminya, berarti dia tak mencintai Yang Mulia. Kalau dia tak mencintai Yang Mulia, dia tak punya alasan untuk merusak rencana Yang Mulia."

"Benar. Tapi...! Yah! Kalau saja dia sederajat dengan saya! Betapa hebatnya dia kalau menjadi seorang ratu!" Dia tiba-tiba terdiam sampai kami-tiba di daerah Serpentine Avenue.

Pintu Briony Lodge terbuka, dan seorang wanita setengah baya berdiri di tangga. Dia memandang kami dengan tajam begitu kami turun dari kereta.

"Mr. Sherlock Holmes, bukan?" katanya.

"Sayalah Mr. Holmes," jawab temanku sambil memandang wanita itu dengan heran.

Tentu saja! Majikan saya mengatakan Anda mungkin akan kemari. Dia sudah berangkat ke Eropa bersama suaminya naik kereta api dari Stasiun Charing Cross jam 5.15 pagi tadi."

"Apa!" Sherlock Holmes berteriak, mukanya memucat karena terkejut dan kecewa. "Maksud-mu dia telah meninggalkan Inggris?

"Dan takkan kembali lagi."

"Dan surat-surat itu?" tanya Sang Raja dengan parau. "Tamatlah semuanya."

"Kita lihat dulu." Dia melangkah masuk melewati pelayan wanita itu, dan berlari menuju ruang duduk, diikuti oleh Sang Raja dan diriku sendiri. Perabot di situ berserakan, rak-raknya berantakan semua, laci-lacinya terbuka, seolah-olah penghuninya telah mengobrak-abrik semuanya dengan tergesa-gesa sebelum dia meninggalkan ruangan ini. Holmes berlari ke penarik bel, membuka sebuah pintu sorong kecil, dan terjatuhlah ke hadapannya sebuah foto dan sepucuk surat. Foto itu adalah foto Irene Adler dalam gaun malam, dan suratnya ditujukan kepada "Yth. Mr. Sherlock Holmes. Harap disarahkan kalau yang bersangkutan datang." Temanku membuka surat itu, dan kami bertiga serentak membacanya bersama. Tertanggal tadi malam, dan berbunyi demikian:

Mr. Sherlock Holmes yang terhormat,

Anda pintar sekali, Anda telah menipu saya mentah-mentah. Sampai teriakan kebakaran waktu itu, saya tak curiga apa-apa. Tapi kemudian, ketika saya sadari bahwa saya telah membuka rahasia, saya mulai berpikir. Saya telah diperingatkan beberapa bulan yang lalu, bahwa kalau Raja sampai menugaskan seorang agen, pasti Andalah pilihannya. Dan alamat Anda telah diberikan pada saya. Tapi, saya toh masih tertipu. Anda berhasil mengetahui tempat rahasia saya. Sesudah saya mulai curiga pun, rasanya saya tetap tak percaya bahwa sang pendeta tua yang baik hati itu ternyata berniat jahat. Tapi Anda tahu, saya sendiri pun seorang aktris yang terlatih. Menyamar sebagai pria telah sering saya lakukan. Saya menyukainya karena saya bisa lebih bebas bergerak. Saya minta John, kusir saya, untuk mengawasi Anda, sementara saya segera lari ke atas, ganti mengenakan pakaian jalan-jalan-begitulah saya menyebutnya-dan bergegas turun kembali tepat pada saat Anda meninggalkan tempat tinggal saya.

Kemudian, saya mengikuti Anda sampai ke rumah Anda dan memastikan diri bahwa memang saya telah menjadi incaran Mr. Sherlock Holmes yang termasyhur itu. Yah, secara agak sembrono, saya mengucapkan selamat malam, lalu saya segera menuju ke tempat suami saya.

Kami berdua sepakat untuk segera melarikan diri karena dikejar oleh lawan yang begitu hebat; jadi Anda akan temukan tempat rahasia itu kosong kalau Anda datang kemari keesokan harinya. Mengenai foto itu, klien Anda boleh berhenti risau. Saya hanya mencintai dan dicintai seorang pria yang lebih segala-galanya dibanding dia. Silahkan Raja melakukan apa saja tanpa halangan sedikit pun dari seseorang yang pernah dikhianatinya. Foto itu tetap akan saya simpan untuk menenangkan diri saya sendiri, dan menjadikannya senjata untuk melindungi diri saya dari tindakan-tindakan yang mungkin dilakukannya untuk merugikan diri saya di masa yang akan datang. Saya tinggalkan sebuah foto untuknya kalau dia berkenan memilikinya; dan sekian saja, Mr. Holmes.

Hormat saya,
Irene Norton, d/h Adler



"Wanita hebat!" teriak Sang Raja Bohemia, ketika kami bertiga selesai membaca surat istimewa ini. "Betul kan kata saya, betapa cekatan dan tegasnya dia itu? Bukankah dia bisa menjadi ratu yang mengagumkan? Sayang, dia tak sederajat dengan saya."

"Dari apa yang saya lihat tentang wanita tni, dia nampaknya memang tak sama derajatnya dengan Yang Mulia," kata Holmes dengan dingin. "Maaf, karena hanya beginilah yang bisa saya perbuat untuk Yang Mulia."

"Sebaliknya, sir," teriak Sang Raja. "Anda telah sangat berhasil. Saya tahu kata-katanya bisa dipercaya. Foto itu kini tak jadi masalah lagi, anggap saja telah hangus dibakar."

"Syukurlah kalau begitu."

"Saya sangat berutang budi pada Anda. Silakan katakan apa yang Anda inginkan dari saya sebagai tanda terima kasih. Cincin ini..." Dia-mencopot cincin bermotif ular dan berbatu jamrud dari salah satu jarinya dan menaruhnya di telapak tangannya.

"Yang Mulia, saya menginginkan sesuatu yang bagi saya, nilainya lebih dari itu."

"Katakan saja."

"Foto ini!"

Sang Raja menatapnya dengan penuh keheranan.

"Foto Irene!" teriaknya. "Silakan, kalau memang itu yang Anda minta."

"Terima kasih, Yang Mulia. Dengan demikian selesailah kasus ini. Dengan penuh rasa hormat, saya mohon diri."

Dia membungkuk, dan berbalik tanpa menyambut uluran tangan Sang Raja yang ingin menyalaminya. Kami lalu meninggalkan kamar itu.

Demikianlah kisah skandal yang pernah mengancam Kerajaan Bohemia, dan bagaimana rencana Mr. Sherlock Holmes yang saksama telah digagalkan oleh kecerdikan seorang wanita. Dia dulu suka meremehkan otak wanita, tapi kini tidak lagi. Dan kalau dia berbicara tentang Irene Adler, atau kalau dia menatap fotonya, dia selalu menyebutnya sebagai wanita istimewa.



............................
End...

Tidak pernah bosan membaca ini...
Bagaimana dengan kalian...

the adventure of sherlock holmesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang