CHAP 19 : SUDDENLY YOU

1.2K 167 1
                                    

Tap ⭐ before reading ^^










































Jisoo perlahan mengerjap mengumpulkan kesadaraan. Pandangannya perlahan menjelas sehingga ia dapat melihat langit-langit putih tepat di atasnya. Ia mengerinyit begitu merasakan sakit di punggungnya, walaupun tak sesakit yang tadi. Ini bukan yang pertama ia kehilangan kesadaran karena menahan sakit.

Ketika wanita pemilik panti itu sedang sangat kalap, biasanya dia akan memukuli dirinya berkali-kali lipat kuatnya. Sehingga terkadang Jisoo yang tak mampu menahan sakit akibat pukulan itu akan jatuh pingsan tak berdaya. Seperti saat ini sepertinya ia kembali tak mampu menahan kesakitan dan akhirnya kehilangan kesadaran.

"Lo sudah sadar?"

Jisoo tersentak begitu mendengar suara itu. Di sisi ranjang, kakak seniornya, Lee Taeyong terduduk di sebuah kursi dalam diam. Mengamati Jisoo yang kini telah sadar sepenuhnya.

"Lo sakit, yah? sampe bisa pingsan kaya tadi." Pria itu kembali bergumam. "Kalau emang masih sakit sebaiknya lo pulang aja."

Jisoo perlahan berusaha bangkit, menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sedikit mengerinyit begitu merasakan kembali sakit di punggungnya.

"Terima kasih, kak. Sudah nolongin saya.''

Jisoo menunduk perlahan,
mengucap terima kasih dengan tulus. Pria itu hanya mengangguk seadanya, kemudian bangkit dari duduknya.

"Istirahat aja dulu di sini, setelah baikkan lo bisa pulang." Pria itu berdehem pelan. "Gue udah izinin lo."

"Kalau gitu, gue duluan."

Taeyong mengangguk perlahan, membalikkan badan. sebelum keluar dari ruang UKS, pria itu kembali menoleh. Memandang gadis yang kini sentengah terbaring yang juga balas memandangnya.

"Terima kasih, kak."

Sebelum Taeyong kembali melangkah keluar, ia dapat mendengar kembali lirihan gadis itu, ucapan terima kasih yang terdengar begitu tulus. Pria itu kembali terdiam, namun sedetik berikutnya ia kembali melangkah, menutup pintu ruang UKS pelan, menghilang dibaliknya.

Jisoo menghela nafas dalam begitu pintu itu tertutup. Menyadarkan tubuhnya lelah. Rasa sakit masih merayapinya, sepertinya dia memang harus segera pulang dan mengoleskan salep pada luka di punggunnya yang terasa berdenyut sakit.

Ia kembali menghela nafas berat begitu mengingat dirinya tak berhasil mendapatkan tanda tangan seniornya. Sepertinya ia harus menyiapkan diri untuk kemarahan senior perempuan tadi, Jennie. Semoga saja setidaknya kemarahan itu cepat berlalu dan ia kembali dilupakan.

Jisoo tanpa sadar menoleh ke arah kertas yang terdapat di atas nakas samping ranjang. Itu adalah kertas tempat tanda tangan tadi. Gadis itu meraihnya dan langsung terpaku begitu melihat coretan tinta pena di kertas yang tadinya kosong itu.

Ini adalah tanda tangan seniornya, tanda tangan Kak Taeyong....

***


Jisoo remaja memandang sosok itu diam-diam, memperhatikannya dari kejauhan. Pria itu sedang bercakap-cakap dengan dua temannya, sesekali tersenyum tipis mendengar celoteh kedua temannya. Mereka sedang duduk di tribun penonton lapangan basket di sekolah, menyaksikan beberapa siswa-siswa anak basket sedang berlatih.

Sebenarnya pasti Kak Jennie lah yang minta ditemani untuk menonton permainan anak basket. Sedangkan Kak Taeyong jelas lebih memilih untuk membaca di balkon dari pada membaca di tempat riuh seperti ini. Dan Kak Yuta yang juga anak basket tentu juga ada di sana, berceloteh dengan bersemangat.

EMBRACE THE DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang