Update ^^ happy reading, tinggalkan jejak juseyo ^^
Sebelum Jisoo tersadar dari lamunannya, dalam sekejap ia telah berada di dalam sebuah ruangan dimana bibi dan seorang wanita yang merupakan pemilik panti tersebut.
Sepertinya kini Jisoo tengah berada dalam kilasan beberapa tahun setelah ia tinggal di panti. Melihat di luar sana tepat di luar jendela panti asuhan ini telah mengalami renovasi dan penambahan gedung.
Di hadapannya, bibi dan wanita tadi becakap-cakap serius. Sesekali bibinya menggelengkan kepala tak setuju mendengar penuturan wanita itu yang juga keras kepala.
“Saya tidak mau, bu. Jisoo dan Joohyun adalah saudari kembar, mereka tidak boleh dipisahkan. Lagi pula masih ada saya sebagai bibinya, wali sah mereka.”
Sandara membuka suara, menolak perkataan wanita di hadapannya.
“Yang mau mengadopsi keponakan ibu adalah orang kaya yang terpandang, kehidupan keponakan ibu akan jauh lebih baik jika mereka mengadopsi salah satu dari mereka.” Wanita itu berujar tak mau kalah.
“Ibu pasti juga senang kalau salah satu dari keponakan ibu hidup berkecukupan dan terjamin.”
“Tapi tetap saja saya tidak terima, bu.” Sandara berucap. “Saya tidak bisa memisahkan mereka, saya juga tak mau berpisah dari mereka. Ibu tahu sendiri kalau mereka sudah seperti anak saya sendiri.” Sandara menghela nafas. “Bisakah ibu mencari anak yang lain?”
“Tidak, bu. Orang tua pengadopsi itu mencari anak yang tidak terlalu kecil ataupun sudah terlalu tua. Dan Joohyun adalah yang paling cocok. Usia 10 tahun.” Wanita itu kembali berujar. “Ini adalah kesempatan yang bagus untuk masa depan keponakan, ibu. Setidaknya hidup salah satu dari mereka terjamin dan tak perlu lagi berada di sebuah panti asuhan.”
“Orangtua pengadopsi akan datang siang ini untuk menjemput Joohyun. Saya sudah menyiapkan berkas atas nama Joohyun.” Wanita itu memandang lurus.
“Walaupun Bu Sandara adalah wali sah Joohyun, tapi ibu tidak kompeten dalam menjaga mereka karena membiarkan mereka tinggal di sebuah panti asuhan.” Ada senyum sinis sebelum wanita itu melanjutkan ucapannya. “Jadi mau atau tidak mau Joohyun tetap akan di adopsi.”
Sedetik berikutnya, kini Jisoo telah berada di dalam sebuah ruangan dengan penerangan yang minim serta udara pengap pun dengan berbagai barang-barang yang tertumpuk, ruangan yang sepertinya sebuah gudang.
Jisoo memfokuskan pandangannya dan akhirnya melihat sosok dirinya dan Joohyun kecil berjongkok menyembunyikan dari tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Joohyun, jangan tinggalin Jisoo, Joohyun ngak boleh diadopsi” suara kecilnya kini terdengar, setengah merengek pada sang saudari kembar.
"Joohyun ngak akan kemana-kemana, kita akan tetap sama-sama.” Joohyun menyahut. “Kalau kita tetap di sini dan sembunyi mereka ngak akan bawa Joohyun.”
“Tapi Jisoo capek jongok disini terus, Jisoo juga lapar.” Jisoo kecil kembali berucap, memegang perutnya yang berbunyi keroncongan. Joohyun pun hanya bisa mengangguk, ia juga sama laparnya dengan Jisoo.
Tadi ketika menguping pembicaraan bibi serta wanita nenek sihir, julukan mereka pada wanita pemilik panti yang pemarah. Mereka langsung berlari dan bersembunyi. Itu artinya sudah dari tadi pagi mereka tak makan hingga siang ini. Dan kini perut mereka terus bebunyi keroncongan.
“Joohyun ada roti di kamar, kita bisa makan roti” Joohyun berseru.
”Joohyun akan ngambil roti itu. Jisoo tunggu di sini.”"Tapi nanti Joohyun ketahuan"
"Joohyun akan hati-hati, oke? Joohyun pasti ngak akan ketahuan"
Joohyun melangkah pelan-pelan, membuka pintu sedikit. Ketika tak ada orang-orang, ia pun pergi, meninggalkan Jisoo sendirian.
Pada akhirnya Jisoo hanya bisa menunggu, memeluk kedua lututnya berharap Joohyun segera kembali.***
Sejam berlalu dan Joohyun tak kembali juga. Jisoo kecil yang merasa sudah sangat lama menunggu akhirnya memutuskan untuk melihat keberadaan Joohyun. Ia pun keluar mengendap-endap berusaha untuk tak terlihat. Ketika telah sampai di kamar mereka yang cukup lengang karena ini waktunya makan siang, sosok Joohyun tak terlihat juga.Jisoo kemudian mengintip ke arah ruang makan tempat anak-anak panti makan, namun tak melihat sosok saudarinya itu juga.
Ketika ia telah berada di halaman panti, di sana ia melihat sang bibi menangis tertunduk. Jisoo langsung berlari ke arah bibinya, kemudian memeluk sosok itu.
“Bibi kenapa nangis?” Jisoo kecil berucap polos, mendongakan kepala melihat bibinya.
Bibinya kemudian berjongkok hingga pandangan mereka sejajar, berusaha tersenyum manis di sela-sela tangisnya. “Jisoo, Joohyun sudah pergi, di adopsi oleh sebuah keluarga.” Bibinya memberi pengertian. “Maafkan bibi, ngak bisa berbuat apa-apa.”
“Tapi..tapi Joohyun udah berjanji untuk tetap sama-sama Jisoo.” Jisoo kecil berujar lirih, tanpa sadar sesak di dadanya mulai membuat air matanya terus mengalir.
“Maafkan bibi, sayang. Seharusnya bibi menahan Joohyun.” Bibinya berujar dengan penuh rasa bersalah. “Tapi Joohyun akan tetap berkunjung ke sini. Ia bisa mengunjungi kita. Joohyun ngak akan ninggalin Jisoo dan bibi.” Sang bibi berusaha tersenyum, membelai pipi Jisoo yang terus dialari air mata.
Ucapan bibinya perlahan sedikit membuat hatinya merasa lega, ia tetap memiliki harapan.Joohyun akan mengunjunginya..Joohyun tak akan meninggalkannya.
Jisoo menghembuskan nafas perlahan, ikut menahan sesak begitu kembali diperlihatkan saat-saat dimana Joohyun pergi dan tak kembali. Dulu ia begitu mempercayai bahwa Joohyun setidaknya akan tetap berkunjung menemuinya dan bibi mereka, namun nyatanya tidak. Sama seperti disaat ia tetap berharap ibunya akan menjemput mereka.
Nyatanya semua hanya harapan semu....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBRACE THE DESTINY
FanfictionKim Jisoo, gadis cantik yang menolak takdirnya, gadis yang ingin melawan takdir kejam yang menyakitinya berkali-kali. Ia akan melakukan apapun untuk lari dari takdir kejamnya, bahkan jika itu berarti melenyapkan diri sekalipun. Namun mampukah seoran...