CHAP 3 : I HATE YOU

2.4K 256 9
                                    

Anak-anak berseragam cerah berwarna biru itu berlarian dengan riang menuju orangtua dan penjemput masing-masing  Mereka terlihat begitu polos dan manis, berlari dengan ceria tanpa beban.

Jisoo tersenyum simpul melihat keceriaan murid-muridnya. Salah satu yang disyukuri dalam hidupnya, menjadi seorang guru taman kanak-kanak. Setiap hari dapat melihat kebahagian dan keceriaan para anak-anak kecil yang begitu polos tak berdosa.

Dengan melihat mereka semua Jisoo seolah dapat merasakan sebuah kebahagian yang ia tak dapatkan di masa kanak-kanaknya. Menjadi sebuah pelipur lara ketika kenangan masa kecilnya yang menyedihkan terngiang.

Suasana terasa lenggang setelah para murid taman kanak-kanak telah pulang. Setelah memastikan tak ada lagi muridnya yang menunggu jemputan, Jisoo pun juga bersiap untuk pulang.

"Duluan Bu Jisoo."

Seruan beberapa teman kerja Jisoo dijawab dengan senyum tipis dan lambaian tangan. Kini ia tengah berdiri di halaman luar taman kanak-kanak menuggu Suho untuk menjemputnya, kebiasaan rutin yang pria itu lakukan.

Sebuah mobil Audi perlahan berhenti di hadapannya, memperlihatkan seorang pria yang mengenakan setelan santai, sebuah kemeja jeans yang senada dengan celana dipadukan sepatu converse, terlihat begitu santai berdiri dihadapannya.

Netra kelam Jisoo terpaku kepada pria itu, bukan karena penampilan sederhana walaupun tak mengurangi ketampanan yang dingin serta tatapan tajam yang seolah menghujamnya dari iris pria itu, namun sosok dihadapannya ini sama sekali bukan sosok yang ia harapkan menjemputnya, orang terakhir atau mungkin sama sekali tak diinginkan Jisoo untuk menjemputnya.

Lee Taeyong

Lee Taeyong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Suho minta tolong untuk ngejemput lo karena kebetulan gue ada di dekat sini, ia ada panggilan darurat dari kliennya."

Menjawab keterpakuan wanita di  depannya ini, Taeyong berucap perlahan. Jisoo mengerjap, berusaha mengontrol dirinya dari keterpakuan. Ia balas memandang netra coklat tajam yang memandangnya tak terbaca, memandang dengan tak kalah dinginnya kepada sang pria.

"Saya bisa pulang sendiri, tak perlu repot."

Jisoo berucap cepat, ia tak ingin berlama-lama bersama pria ini. Mengapa ia kembali harus bertemu dengan pria dihadapnnya ini? ia bahkan tak memungkiri bahwa dirinya  ingin menghindar dan menjauh dari sang pria, salah satu masa lalu yang ia ingin kubur dalam-dalam.

"Lo memang merepotkan, tapi Suho meminta tolong dan gue juga sudah berada di sini, ngak perlu banyak ngomong. Gue akan antar lo pulang." Perintah itu diucapkan dengan sinis dan ketus.

Memangnya siapa yang menyuruh pria ini untuk menjemputnya?

Mengapa juga Suho meminta tolong segala? dia jauh lebih memilih untuk pulang sendiri dari pada bersama pria di hadapannya ini.

"Saya bisa pulang sendiri."

Jisoo berucap kaku, ingin segera pergi. Namun langkahnya dengan cepat dihentikan oleh tarikan pada lenganya yang sedikit kasar, membuat dirinya limbung seketika hingga menubruk dada bidang pria di belakangnya ini. Jisoo menghentakkan tanganya cepat, memisahkan jarak di antara mereka, berbalik dengan cepat memandang geram kepada pria di hadapannya ini.

"Anda tak berhak menarik saya seperti ini, saya akan pulang sendiri dan tak perlu bantuan anda."

Dengan dingin Jisoo memandang Taeyong yang juga memandang dengan tak kala dinginnya, membuat suasana taman kanak-kanak yang tengah lenggang ini menyesakan dipenuhi aura ketegangan.

"Lo pikir ini keinginan gue buat jemput lo ? kalau bukan karena Suho yang minta tolong gue ngak bakalan buang-buang waktu ada di sini." Taeyong tersenyum sinis, berkata dengan sedikit kejam. Seolah belum cukup, aura yang mengintimidasi dari pria itu pun membuat suasana kian menegangkan di antara mereka.

Sebelum Jisoo sempat membantah, smartphone di genggamannya berbunyi sekali, menandakan terdapat pesan teks yang ia terima.

From : Kak Suho
Sayang, maaf karena tak bisa menjemputmu. Beberapa klien membuat janji mendadak. Aku sudah meminta tolong pada Taeyong untuk menjemputmu. Pulanglah dengannya dan berisitrahat, aku mencintaimu.

Jisoo menghela nafas membaca pesan teks dari sang kekasih. Merutuki sikap kekasihnya yang meminta tolong pada pria di hadapannya ini. Bukannya merasa nyaman dan aman, Jisoo malah merasa yang sebaliknya dengan adanya pria ini.

"Itu dari Suho kan? gue ngak mau argumen sama lo. Jadi lebih baik lo ikut gue dan ngak usah membantah." 

Taeyong kembali berucap dengan tidak sabar, kali ini melunakan sikapnya karena memang dirinya juga tak ingin berkonfrontasi dengan gadis di hadapannya ini, sejujurnya ia sama sekali tak ingin membuat suasana menegangkan di antara mereka.

"Saya bisa pulang sendiri, maaf karena membuang waktu anda, permisi."

Jisoo berbalik cepat, tetap bersikap keras kepala. Melangkahkan kakinya cepat seolah ingin segera menjauh sejauh mungkin.

"Kim Jisoo"

Seruan pelan itu tanpa sadar membuat Jisoo terhenti. Hanya beberapa detik sebelum Jisoo kembali melangkahkan kaki jenjangnya. Namun genggaman tangan yang tak bisa Jisoo pungkiri, terasa begitu hangat kembali menghentikan langkah Jisoo. Untuk beberapa saat mereka terdiam, sibuk dengan pemikiran masing.

"Kenapa sih lo keras kepala banget, gue cuman mau antar lo pulang."

Perkataan yang diucapkan pelan serta nafas hangat  di ubun-ubunnya mau tak mau terasa begitu menyesakan. Tanpa bisa dicegah kekecewaan kepada pria ini kembali menyeruak, masa lalu yang menyiksanya tanpa ampun, dan pria ini juga berada di sana, di dalam kenangan yang sangat ia ingin lupakan.

"Saya bisa pulang sendiri."

Kembali Jisoo menghempaskan genggaman itu. Berjalan tanpa menoleh lagi.

"Lo masih marah sama gue, kan?"

Kali ini Taeyong telah berdiri di hadapan gadis yang menatapnya datar. Sama sekali tak ada emosi dari gadis ini. netra kelamnya hanya memandang kosong. sebuah ironi yang melukai pria itu, semua ini karena dirinya.

"Jisoo, gue--"

"Benar, aku membencimu...jadi kumohon menjauhlah dariku.”

Sebelum Taeyong kembali berucap, pernyataan yang terlontar dari mulut sang gadis menamparnya dengan telak.

Terpaku, pria itu hanya bisa terpaku, membiarkan sang gadis melangkah semakin menjauh, kali ini benar-benar pergi meninggalkannya.

Aku membencimu

Seperti kaset rusak kalimat itu terulang terus-menerus, semakin lama semakin menyakitkan, tak tertahankan, menghempaskannya.

Pada akhirnya aku hanya akan menyakitimu.


TBC

Disini udah jelaskan apa hubungan empat karakter utamanya ^^ Karena cerita ini sudah selesai, jadi tinggal di edit beberapa bagian, jadi tenang aja ngak akan gantung kok ^^

Thanks for reading, vote, and comment. Your support mean a lots for me :")

EMBRACE THE DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang