SATU

38.4K 1.1K 18
                                    

SATU

"Kakak...kenapa ini Shasa selalu di pegang?"Tanya Shasa dengan wajah meringis sakit.

Telunjuk lentiknya, menunjuk tepat pada kedua d*** secara bergantian.

Mata tajam Pian memandang dalam, dan tajam pada da** adiknya yang *****

"Suka-suka kakak. Anak angkat harus nurut sama yang anak kandung."Ucap Pian telak.

Membuat Shasa menundukkan kepalanya dalam. Ia memang hanya'lah anak angkat. Kedua orang tuanya telah meninggal. Ayahnya meninggal sejak ia kecil, mamanya, Evita meninggal karena overs dosis penggunaan obat-obatan. Lila dengan baik hati mau mengangkatnya menjadi anak saat ia berumur sembilan tahun.

Pian dapat melihat ada sinar terluka yang terpancar dengan jelas dari sinar kedua mata adik angkatnya.

"Jangan sedih. Kamu istimewa buat, Kakak. Yang penting kamu harus nurut dan patuh sama kakak. Jangan bilang-bilang mama kalau kamu sering di pegang-pegang sama, Kakak."Ucap Pian tajam, dan tegas dengan nada mengancam.

Sosok Pian yang lembut, dan ramah serta menggemaskan dulu telah berubah menjadi Pian yang egois, kasar, dan berbicara semauanya. Sejak Shasa datang ke rumahnya semua sifat baik Pian berubah menjadi sedikit buruk. Tapi sialnya, Pian malah ingin memiliki Shasa. Pian menyadari kalau ia menyukai Shasa, saat ia berada di sekolah tingkat akhir. Shasa selalu menganggu pikirannya, selalu membuat ia merasa rindu dengan wanita kecil itu, yang hanya berjarak umur tiga tahun dengannya.

"Tapi ini sakit."bisik Shasa lirih dengan kedua tangan yang menutup rapat d***nya, takut kakaknya akan mer**as, dan memainkannya lagi.

"Jangan ngeluh, sayang. Untung kakak nggak merobek sekalian mahkota kamu. Nurut aja, jangan rewel dan cengeng."Ucap Pian dengan seringai khasnya.

"Maafkan aku..."

"Melamu lagi?"ucap suara itu tajam.

Seketika, segala lamunan tentang masa lalunya yang buruk ah sangat buruk buyar seketika oleh kakak angkatnya. Shasa memandang tepat kearah Pian, yang tengah memandang tajam kearahnya dengan tangan yang mengepal erat. Shasa yakin, pasti sendok ditangan suaminya itu telah bengkok.

Shasa menggeleng acuh, dan membuang pandangannya kearah lain.

"Makan!"Titah Pian tegas.

Pian kesal dan marah, isterinya sedari tadi hanya mengaduk-ngaduk makanannya tanpa menyentuhnya. Ia bahkan sudah membuang waktu berharganya hanya karena ingin makan siang dengan isterinya.

Shasa tidak menggubris ucapan Pian, dan tetap mengaduk tak nafsu makanan yang dibelikan oleh Pian barusan di tepi jalan.

"Aku nggak sanggup, Kak. Jangan maksa aku lagi."Ucap Shasa dengan nada lembut. Berharap agar Pian mau mendengar kata-katanya. Ia muak selalu di paksa oleh kakak angkatnya yang sialnya telah menjadi suaminya.

"Hahaha...maksa? Kita sama mau sayang. Aku cinta kamu, kamu cinta aku. Nggak ada kata paksa di antara kita berdua."Pian tertawa mengejek mendengar ucapan-demi ucapan yang dilontarkan oleh isterinya.

Isterinya Halu, ah!

Ada sinar cinta di mata Shasa untuk dirinya, Pian yakin.

"Apa yang kakak lakukan selama ini memang paksaan. Aku nggak rela dan ikhlas. Aku juga tidak pernah menginginkannya."Balas Shasa penuh tekad dan yakin.

Pian geram mendengarnya. Dengan tenang laki-laki tinggi tegap itu bangkit dari dudukannya dan melangkah cool kearah Shasa.

Pian mendekap tubuh Shasa dari belakang. Shasa menegang mendapat pelukan erat dari tubuh besar, dan hangat suaminya. Tangan besar itu juga merayap menggoda di leher putih mulus Shasa. Mengelus selembut bulu disana, membuat Shasa seketika merasa panas dingin.

"Nggak ada kata paksa, sayang. Kita sama mau. Kamu akan menjadi isteriku selamanya. Hanya kamu seorang."bisik Pian dalam tepat pada telinga kanan Shasa bagaikan janji mati yang tengah laki-laki itu ikrarkan.

Shasa meremang mendengarnya bahkan bulu kuduk wanita itu terasa merinding.

"Aku mau kamu, sekarang!"Bisik Pian dengan nada serak kali ini.

Shasa semakin menengang. Tangan kecil dan lentiknya mengepal kuat dibawah sana. Ia akan menyampaikan niatannya hari ini juga.

"Aku mau cerai!"

Reflek Pian melepaskan pelukannya dari tubuh Shasa kasar.

Tbc

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang