Pukul 9 malam, Seoul hari ini dilanda gerimis. Suhu udara memang tidak terlalu dingin, tapi cukup membuatmu tertarik untuk bisa menyeruput secangkir kopi ataupun teh hangat yang disediakan cafe-cafe terdekat dan menghabiskan waktu beberapa jam sebelum tengah malam menjemput.
"Ge, shift ku sudah berakhir," seorang pemuda terburu-buru melepas apron yang melekat apik di pinggang ramping nya. Mengambil sweater dan mantelnya yang tergantung dan sedikit membersihkan sekitar pakaiannya dari debu yang mungkin saja menempel selama ia bekerja.
Kun -orang yang dipanggil Ge-, tersenyum maklum melihat pegawai sekaligus adik angkatnya itu. "Terlalu merindukan seseorang hm?"
Senyumannya semakin melebar ketika yang digoda terlihat salah tingkah. Telinganya memerah bahkan benda yang ada ditangannya terlepas jatuh karena terlalu gugup.
"B-bukan!"
Sanggahan kikuk seperti itu, manusia mana yang akan percaya?
"Aku sudah paham Renjun, tak perlu malu seperti itu," gelak Kun. Kemudian menyuruh pemuda yang lebih muda untuk segera pulang, karena malam yang semakin larut dan gerimis yang semakin melebat.
Renjun saat ini sibuk menggigiti kuku jarinya dengan gugup ketika tidak ada notifikasi panggilan masuk seperti biasa. Sekarang sudah pukul setengah 12, waktu sudah hampir memasuki tengah malam. Tanpa sadar Renjun sudah menunggu selama dua jam lebih. Dan ia semakin khawatir ketika pikiran-pikiran jelek terlintas di otaknya.
Belum selesai atas fantasi anehnya, handphonenya dengan tiba-tiba berdering nyaring karena menerima sebuah video call dari seseorang yang sedari tadi ia tunggu.
Renjun berdeham, lalu sedikit merapikan rambutnya sebelum menjawab panggilan itu. Senyuman manisnya terkembang ketika layar ponselnya menampilkan wajah seorang pemuda dengan rambut coklat yang berantakan dan kantong mata yang terlihat jelas serta suara serak yang memanggil namanya.
"Jeno, kau baik-baik saja?"
Pemuda yang ditanya hanya mengangguk. Renjun bisa melihat gurat lelah diwajah yang biasanya tampan itu.
"Aku hanya sedang stress dengan tugas dan jadwal magang ku," jawabnya. "Kau belum tidur?"
Renjun menggeleng. Bagaimana bisa ia tertidur, jika hanya dengan melakukan panggilan tengah malam seperti ini yang bisa ia lakukan bersama kekasihnya untuk melepas rindu.
Jeno, kekasihnya saat ini sedang berada di Amerika untuk melanjutkan studi sedangkan dirinya berada di Korea.
Sebenarnya Jeno ingin untuk melanjutkan kuliahnya di Korea saja, tapi karena keinginan dari ayahnya untuk bisa melanjutkan perusahaan, maka mau tak mau pemuda Lee itu harus terbang jauh untuk belajar bisnis. Meninggalkan kekasihnya dengan janji untuk segera pulang dengan cepat.
Renjun tentu saja mengerti. Ia juga tidak mau egois dengan memaksa Jeno tinggal disisinya dan hanya menghabiskan waktu bersamanya. Ia cukup paham, bahwa di pundak kekasihnya ada tanggung jawab keluarga dan orang-orang banyak yang harus pemuda itu tanggung.
"Aku merindukanmu."
Perkataan Jeno membuat Renjun tersenyum. Selama ini mereka hanya bisa berkomunikasi melalui video call ataupun panggilan telepon. Mereka bahkan tidak pernah benar-benar merasakan kencan seperti pasangan pada umumnya. Tapi Renjun yakin jika dirinya dan Jeno mampu bersabar sampai waktu yang mereka harapkan tiba.
"Aku juga merindukanmu."
.
.
.
Renjun menghela nafas pelan. Semalam, Renjun tidak ingat kapan tepatnya ia tertidur, yang pasti ia masih terjaga ketika Jeno masih sibuk menceritakan bagaimana kegiatan magang yang ia lakukan di perusahaan ayahnya. Tapi setelahnya ia tidak tahu apapun lagi.
"Renjun-ah~"
Lengkingan suara itu menghasilkan kerutan sebal dikening Renjun. Apalagi ketika ia melihat Jaemin yang berlari menggeret Haechan dibelakangnya.
"Ada kabar bagus!" pemuda yang sering dipanggil Nana itu sepertinya tidak bisa menahan senyum lebarnya. "Aku dan Haechan, sudah berpacaran!"
Netra Renjun melebar, ia kemudian menatap sahabatnya untuk memastikan.
Haechan yang ditatap seperti itu sedikit salah tingkah, tapi kemudian mengubah raut wajahnya menjadi kesal. "Dia yang memaksaku!" ujarnya membela diri. Tidak mau ditertawakan oleh Renjun.
Padahal dulu ia sering berkoar-koar tidak akan mau berpacaran dengan si clingy Jaemin. Aish.
Renjun tertawa, "Aku sudah tau dari awal kalian itu berjodoh..." Ia menjeda kalimatnya sebelum menarik pipi Jaemin dan Haechan satu-satu, "...karena kalian itu sama-sama menyebalkan."
Gelak tawa Renjun terdengar memecah suasana, yang kemudian diikuti dengan kekehan dari Jaemin dan Haechan.
.
.
.
.
.
=============
To be continued
=============
..
.
.
.
______________________________________
[A/n] Chap 1 is hereee~Btw, apa ada yg suka dengan crack couple?? 😜😜
Gegara liat moment nahyuck, aku jadi soft banget ke mereka uwuAyo main games! Nama gamesnya 'Mari mencari Renjun!'
Kecil bgt kamu nak, gak ngerti lagi :')
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) FOR HIM; ╰Noren╮
FanfictionRenjun paham dan mengerti jika dirinya dan Jeno tidak akan bisa menjadi bagian hidup masing-masing. _________________________________________ Lee Jeno - Huang Renjun _________________________________________ Start: 1 Oktober 2019 En...