16

9.7K 1.2K 98
                                    

Renjun jelas tau jika Jeno saat ini berstatus sebagai tunangan dari Ryujin. Renjun juga jelas tau jika seseorang yang berada diantara suatu hubungan adalah perusak yang tak termaafkan.

Sebuah perselingkuhan.

Renjun mengutuk dirinya sendiri yang dengan suka rela membiarkan Jeno kembali masuk kedalam hidupnya. Menghujat atas keegoisannya ketika Jeno -yang datang berkunjung ke apartementnya-, dengan tiba-tiba mempertemukan dua belah bibir mereka. Beribu kali juga Renjun meminta maaf dalam hati ketika dirinya juga ikut membalas pagutan yang Jeno lakukan.

Mereka kehilangan arah. Rasanya Jeno dan Renjun seperti baru saja melakukan perjalanan panjang yang begitu melelahkan. Dan ketika pagutan itu terlepas, bagaikan telah menemukan tempat tujuan, mereka saling tersenyum satu sama lain.

Dengan kening yang saling beradu, saat itu pula senyuman mereka saling membalas.

"Saranghae..." Jeno berbisik, bibirnya kembali bergerak mengecupi seluruh sisi wajah Renjun. Mulai dari kening, kelopak mata, pucuk hidung dan kembali memangut belah delima yang telah lama ia rindu. Jeno menginginkan ini, sangat sangat menginginkan ini. Tapi tidak mungkin, semuanya akan terasa berat nanti.

Jeno takut Renjun tidak akan mampu menanggungnya.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jeno benar-benar tidak ingin Renjun menanggungnya.

.

.

.

.

.

"Ingin makan sesuatu?"

Renjun bertanya pada Jeno yang saat ini tengah berbaring di pahanya. Sudah hampir sejam Renjun memangku kepala pemuda tampan itu, dan rasanya kakinya hampir kebas karena tidak bergerak sedari tadi. Tapi melihat betapa nyamannya Jeno dengan posisinya, Renjun jadi tidak ingin memprotes.

Jeno memandang wajah Renjun yang berada di atasnya, ia tersenyum saat tangannya menyentuh pipi Renjun yang sedikit gembil. "Aku ingin memakan masakanmu."

Wajah Renjun mengerut, ia tiba-tiba menjadi gemas dengan Jeno yang -entah sadar atau tidak- menjadi manja seperti anak-anak. "Kalau begitu cepat bangun, dasar anak nakal... biar paman Renjun masakkan sesuatu untukmu."

Jeno terkekeh, ia bangkit dari posisinya dan membiarkan Renjun pergi menuju dapur. Dari tempatnya, ia bisa melihat Renjun yang sedang melilit tubuhnya sendiri dengan apron lalu kemudian mencuci tangannya sebelum mengambil beberapa bahan dari kulkas. Senyuman Jeno semakin lebar, membayangkan jika saja ia bisa menikmati hidup dengan Renjun seperti ini setiap harinya.

Ia pasti akan sangat bahagia.

Renjun terlalu sibuk pada sayuran-sayuran yang dipotongnya ketika ia merasakan pinggangnya yang dipeluk erat dari belakang. Pundaknya juga merasakan beban dari dagu Jeno yang bertengger manis disana. Meskipun begitu, ia tersenyum menerimanya.

"Kau lama sekali," Jeno mengeluh. Pelukannya semakin erat, membuat Renjun jadi sedikit kesulitan bergerak. "Kalau begitu jangan menggangguku," Renjun balik memprotes, menolehkan kepalanya untuk menatap wajah Jeno yang masih berada di pundaknya.

Jeno lalu menjangkau bibir Renjun yang berada didekatnya dan mengecupnya pelan, "Tapi aku rindu." keluhnya lagi, pelukannya masih saja tidak terlepas. "Jangan mengada-ngada!" Renjun berteriak kesal karena merasa malu dengan perbuatan pemuda tampan itu.

"Sana! Biarkan aku memasak."

Dan Jeno akhirnya menurut, dengan sedikit berat hati ia membawa tubuhnya untuk duduk dimeja makan dan hanya melihat Renjun yang kembali sibuk dengan masakannya.

.

.

.

.

.

Ryujin hanya bisa tersenyum kaku ketika sang kepala keluarga Lee sibuk memuji prestasi dan kemampuannya sejak tadi. Ia melirik pada sang nyonya Lee yang bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Saat ini mereka tengah menyantap makan malam, dan sedari tadi hanya Lee Jaehyun lah yang terlihat senang dengan hal ini.

"Apakah Jeno tidak pulang?" Ryujin bertanya karena jujur saja rasanya sedikit aneh ketika menerima pujian dari seorang pria dewasa yang berumur cukup jauh darinya.

Jaehyun melihat arlojinya dan baru menyadari jika seharusnya Jeno sudah pulang dari beberapa jam yang lalu. "Mungkin ada meeting mendadak," ujarnya memberi alasan. Tidak mau membuat sang calon menantu merasa sedih. Ia kemudian melirik pada Taeyong yang tidak mengatakan sepatah kata pun sejak kejadian sore tadi. Istri cantiknya itu hanya diam memakan makanannya dan terlihat tak tertarik dengan kehadiran Ryujin diantara mereka.

Jaehyun menghela nafasnya. Ia sejujurnya merasa bersalah telah membentak dan membiarkan Taeyong menangis, tapi ia juga tidak bisa membiarkan masa depan Jeno hancur jika ia bersikap lunak. Ia kemudian melirik pada Ryujin, gadis ini cantik dan pintar. Selain itu ia juga berasal dari keluarga yang terpandang.

Lalu apa yang salah?

Kenapa Jeno dan Taeyong begitu keras kepala menolak kehadiran Ryujin ke keluarga mereka?

"Jeno!" pekikan senang Ryujin terdengar ketika melihat Jeno memasuki ruang makan. Gadis cantik itu melambaikan tangannya dengan antusias, mengabaikan wajah terkejut Jeno saat melihatnya. Jeno lantas memandang kedua orang tuanya meminta penjelasan, dan melihat bagaimana ekspresi yang dikeluarkan ayahnya, Jeno jelas tau jika ini adalah salah satu permainan pria tua itu.
















.

.

.

.

.

================
To be Continued
================
.

.

.

.

.












______________________________________

Pict by @/23jr000 on Twitter

(Selagi ide lagi lancar dan tugas belum numpuk, gas update aja 😜😜)

Sejauh ini, adakah yg mau disampaikan ke Jeno?

Sejauh ini, adakah yg mau disampaikan ke Jeno?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang