25

9.7K 1.1K 182
                                    

Kondisi basement yang sepi, tidak sedikit pun menggentarkan niat Renjun untuk menunggu kemunculan Jeno. Tadi siang, Renjun sudah menghampiri resepsionis untuk bisa bertemu dengan pemuda bermarga Lee itu, tapi ia harus sedikit kecewa karena Jeno yang sedari tadi sibuk menghadiri rapat dan akan selesai hingga larut.

Alhasil disinilah ia sekarang, duduk berjongkok sembari berharap melihat Jeno yang keluar dari gedung perusahaannya.

Tak lama kemudian, sosok Jeno benar-benar terlihat dipandangan. Pemuda Lee itu terlihat sangat berantakan dengan jas yang telah terlepas dan dasi yang telah melonggar. Jangan lupakan wajah tampannya yang saat ini menekuk dengan alis yang menukik tajam. Melihat Jeno yang dengan gesit menuju mobilnya, Renjun pun lantas bangkit, mencoba mengejar Jeno yang saat ini sudah siap sedia menancap gas.

"Tunggu!" Renjun berdiri merentangkan kedua tangannya dihadapan mobil Jeno, membuat si pemilik mobil harus menekan pedal rem secara mendadak karena tak menyangka dengan kemunculan Renjun yang tiba-tiba.

Jeno lantas keluar dari mobilnya dan memandang Renjun dengan tajam. "Apa yang kau lakukan!" ia berteriak marah pada pemuda kecil itu. Bagian depan mobilnya hampir saja mengenai tubuh Renjun. Bayangkan jika tadi Jeno tidak spontan menginjak rem, mungkin tubuh ringkih kekasihnya akan terpental.

Jantung Jeno pasti akan lepas ditempat, jika hal buruk itu terjadi.

"Jeno aku ingin bicara," Renjun berucap pelan. Netranya menatap pada Jeno yang saat ini menghela nafas mencoba menenangkan diri dari rasa paniknya beberapa saat yang lalu.

Dirasa ia telah bisa mengontrol emosinya, Jeno pun balas menatap pada Renjun yang terlihat mengigil. Pemuda Huang itu terlihat berulang kali menarik lengan sweaternya untuk bisa memberikan rasa hangat. "Ck! Apa yang kau lakukan disini, selarut ini." Jeno mendumel pelan. Tangannya bergerak menggengam kedua tangan Renjun dan meniupkan nafasnya pada kedua tangan mungil itu, mencoba mengusir rasa dingin dari tubuh kekasihnya.

Renjun tersenyum lirih menerima perlakuan itu. Tanpa sadar matanya memanas saat terkenang dengan tujuannya untuk bertemu Jeno hari ini. "Aku ingin bicara," ujarnya dengan suara yang bergetar.

Netra kecoklatan Renjun yang telah berkaca-kaca kali ini menatap pada wajah Jeno. Mencoba melihat wajah rupawan yang sedari lama tidak ia tahu telah mengalami beban yang berat. "Jeno, jawab pertanyaanku dengan jujur...





".... Apakah kau mencintaiku?"







Jeno terdiam, gerakan meniupnya di tangan Renjun pun berhenti saat mendengar pertanyaan itu. Netra gelapnya lalu melihat pada Renjun yang menatapnya dengan rasa penasaran yang begitu jelas. "Aku... tidak mencintaimu," jawab Jeno pelan sebelum mengalihkan pandangan dan melepas genggamannya pada tangan Renjun.

"Pulanglah, sekarang sudah semakin larut."

Renjun mengambil nafasnya dengan pelan, mencoba menahan rasa sakit ketika melihat punggung Jeno yang berbalik. "Kau bohong," cicit Renjun pelan, namun bisa menghentikan langkah Jeno yang akan memasuki mobilnya.

"Sudah kubilang jawab pertanyaanku dengan jujur, Lee Jeno."

Renjun lalu mendekat pada Jeno, kedua tangannya bergerak untuk membingkai sisi wajah kekasihnya dan menariknya pelan. Membuat Jeno jadi sedikit menunduk hingga Renjun bisa menyatukan kening mereka. Si pemuda Huang tersenyum, matanya terpejam dengan ibu jarinya yang bergerak mengelus rahang Jeno dengan lembut.

"Kau pasti sangat lelah," Renjun berbisik pelan dihadapan wajah tampan yang hanya diam menerima perlakuannnya. Matanya lalu dengan perlahan terbuka, memperlihatkan iris kecoklatan yang telah berkaca-kaca. "Menjagaku selama ini pasti sangat melelahkan," lirih Renjun lagi dengan air matanya yang mulai menetes.

(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang